Lunch

16 3 2
                                    

"Kok kamu cuci sama jemur baju sih, Dek? Kan, udah dibilang aku aja."

"Cucian udah numpuk, sayang. Kalo nunggu kamu bangun pasti lama."

"Aku bobo cuma dua jam."

"Dan itu udah jam sepuluh, sayang. Panasnya udah mulai mentereng."

Begitulah keseharian kami semenjak aku hamil. Tiada hari tanpa meributkan sesuatu. Bukan sesuatu yang besar, contohnya seperti tadi. Bojo masih bersikeras untuk mengambil beberapa pekerjaan rumah bahkan pulang kerja pun, akan tetap dilakoninya. Aku nggak tega sebenarnya, tapi anaknya keras kepala.

Aku baru dapat izin memasak lagi dua minggu yang lalu, dengan catatan nggak boleh masak yang ribet dan memakan waktu lama. Tapi aku abaikan. Membuat masakan enak butuh waktu juga, kan? Aku nggak mau Bojoku kurang gizi karena asupan makanan instan.

.

"Ini lucu banget sosisnya diselimutin mi sama telur. Kamu dapet ide darimana?"

"Aku nyontek di internet. Kemarin kan kamu bilang kangen mi, yaudah aku buat itu aja."

"Enak. Besok buat lagi ya, hehe."

"Nggak! Enak aja."

"Pelit."

LUCU BANGET MANYUNNYA!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LUCU BANGET MANYUNNYA!

"Nggak usah pasang muka begitu. Nggak akan aku kabulin juga."

"Bodo. Btw, nanti mau jalan jam berapa?"

Hari ini Kak Anin ngajak aku dan Bojo lunch diluar. Mumpung beliau sedang di Jakarta dan katanya pengen say hi sama calon keponakannya, hehe.

"Abis sholat aja, Bojo. Duh, kakiku."

"Sakit, ya? Atau pegel? Tuh, kan. Pasti capek gara-gara nyuci sama masak."

YAH, SALAH NGOMONG!!

Bojo jadi lebih sensitif semenjak aku isi. Gampang nangis. Waktu pertama kali tau aku hamil–-okay itu salah karena Bojo jadi orang terakhir yang tau, lalu posisinya sehabis aku sikat kamar mandi dan menggosok, wajar ia khawatir.

Satu waktu, pernah nangis ketika aku morning sickness, ketahuan beberes rumah, mijit kakiku yang seharian pakai heels dan masih banyak lagi. Jadi aku yang harus pintar-pintar beralasan dan jangan sampai salah ngomong kayak tadi.

"Bukan pegel yang parah, kok. Cuma butuh selonjoran aja. Jangan khawatir."

"Seriusan? Aku pijit, ya? Bentar, aku ambil minyak angin dulu."

Beneran deh, ini butuh diluruskan saja kakinya. Nggak perlu dipijit.

.

Setelah acara pijat-memijat, kami langsung bersiap-siap menuju lokasi yang sudah ditentukan Kak Anin.

BOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang