.Prolog.

32.4K 1.6K 21
                                    

Pening menyerang ketika ia mencoba membuka mata. Beberapa kali mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya. Netranya menatap langit-langit kamar yang nampak berbeda dengan kamar dirumahnya ataupun rumah orangtuanya.

Meski terasa pening, ia mencoba mengingat kembali kejadian semalam. Ia pergi ke club malam sendiri, lalu duduk di bar. Menghabiskan banyak minuman dan kesadarannya mulai menipis. Samar ia mengingat jika ada seorang perempuan yang mendekatinya.

Bergerak cepat, ia menoleh ke sisi lain ranjang. Hal yang didapatinya jelas membuat jantungnya hampir saja keluar. Ada seorang perempuan disebelahnya bahkan satu selimut dengannya! Gila, ini gila. Masih diliputi rasa terkejut luar biasa, ia mengintip keadaan tubuhnya dibalik selimut.

Naked. Benar-benar polos tanpa tertutup apapun. Lalu ia mengedarkan pandangannya kearah lain. Setelan yang ia kenakan tergeletak tak beraturan. Entah itu di lantai ataupun di sofa. Rasanya dia ingin menyangkal, tapi kenyataan tidak bisa ditolak.

Beranjak duduk, ia menyadarkan tubuhnya di kepala ranjang. Mencoba mengingat kembali bagaimana bisa dia berakhir seperti ini. Nihil. Dia tidak mengingat apapun setelah seorang perempuan mendekatinya. Apa karena efek terlalu mabuk? Tapi Regan berkata tetap akan mengingat sesuatu walau tengah mabuk parah.

"Eunghh." lenguhan terdengar dari seseorang di sampingnya. Sepasang matanya terus mengamati perempuan yang sepertinya sebentar lagi akan membuka mata.

Ekspresi perempuan itu hampir sama sepertinya. Terlihat bingung, lalu ketika mengedarkan pandangan, mata mereka bertemu. Tiga detik, mereka terus bertatapan sebelum lengkingan kencang keluar dari mulut perempuan asing itu.

"KAMU SIAPA?!"

Tangan kanannya terangkat, memijat pangkal hidungnya demi mengurangi rasa pening. "Bisa bersikap biasa saja?" ia pun mencoba bersuara dengan tenang. Ya, dalam situasi apapun ia harus selalu tenang bukan? "Kamu, harusnya saya yang bertanya kamu siapa. Kenapa kita bisa berakhir disini?"

Perempuan tadi terlihat tidak percaya. Ketika perempuan yang masih belum ia ketahui namanya mencoba menarik selimut yang menutupi tubuh mereka, ia pun menahannya. Hell, tubuhnya tidak tertutupi apapun. Dan dia tidak merasa harus memamerkan asetnya pada perempuan asing ini.

"Kenapa kamu berlagak seolah habis dilecehkan disini?" wajah perempuan itu berubah sinis. Keduanya sudah sama-sama duduk dengan menahan selimut agar tubuh mereka tetap tertutupi. "Kamu, kamu pasti menjebakku sampai berakhir seperti ini kan?!"

Salah satu alisnya terangkat. Menjebak perempuan yang walau terlihat cantik namun tidak begitu menarik baginya, untuk apa? "Lebih baik kita akhiri percakapan tidak jelas ini. Sebut saja berapa yang kamu mau, dan urusan kita selesai. Anggap saja tidak ter--"

"Berengsek!" tamparan mendarat di pipi mulusnya. Panas, pipinya terasa panas karena tangan perempuan itu. "KAMU MENGAMBIL KEPERAWANAN KU DAN TIDAK MAU BERTANGGUNG JAWAB?!"

Memejamkan mata sesaat, ia mencoba menekan emosinya. Apa benar ia telah merusak gadis? Matanya pun menjelajah ranjang, menyingkap selimut untuk melihat bagian tengah ranjang. Ada noda merah disana. Sial, jadi yang ditidurinya bukan seorang wanita malam melainkan... seorang gadis?

"Dengar, saya benar-benar tidak mengingat apapun tentang semalam. Saya bisa memberi kamu uang, sebanyak apapun yang kamu mau. Itu adalah bentuk pertanggungjawaban saya."

Terdengar berengsek memang, tapi mau bagaimana lagi? Ia menikahi perempuan asing ini dan merusak masa depannya? Tidak. Lagipula ia merasa bukan hanya dirinya yang salah disini. Melainkan pihak lain juga melakukan sebuah kesalahan, jika tidak, mana mungkin mereka berakhir disini kan?

"Lihat!" perempuan itu mengulurkan tangan kirinya, dimana ada sebuah luka di pergelangan tangan. Seperti sayatan atau lebih tepatnya... Cakaran? "Kamu bahkan melukaiku, lebih parahnya kamu mengambil keperawanan-ku. Bagaimana kalau aku hamil?!"

Hamil? Sial! Apa dia tidak memakai pengaman semalam? Yah, pengaman dari mana juga karena semalam ia tidak membawa benda laknat itu. Tujuannya hanya mencari hiburan sesaat bukan menghabiskan waktu dengan wanita malam.

"Tidak mungkin, lagi pula kita melakukannya hanya sekali."

Decihan terdengar dari perempuan itu. Perempuan itu mengambil bantal kemudian menimpuk wajahnya dengan itu. "Pokoknya kamu harus tanggung jawab!" seru si perempuan cukup keras.

"Tunggu, saya--"

"Kamu sudah ambil keperawanan aku, terus nggak mau tanggung jawab gitu?! Dasar berengsek!" Pukulan bantal itu semakin brutal. Memaksanya untuk menghentikan tingkah anarkis perempuan asing ini dengan memegang kedua tangan perempuan asing ini.

Bodoh, itu adalah tindakan paling bodoh karena selimut yang menutupi tubuh atas perempuan tadi melorot. Cepat-cepat ia memalingkan wajah ketika melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihatnya. Sekilas, ia melihat ada beberapa tanda merah di tubuh yang tertutup itu. Apa itu hasil perbuatannya?

Isakkan terdengar, mengerutkan dahi ia pun menoleh. Tentu saja perempuan tadi yang menangis, memang siapa lagi? Perempuan asing itu menangis tersedu-sedu. Membuat rasa iba juga bersalah mulai timbul. Apa dia telah menghancurkan hidup seseorang? Lalu bagaimana dengan hidupnya?

"Nama kamu siapa?" tanyanya.

"Kamu... Nggak tahu aku siapa?" alih-alih menjawab, perempuan itu malah bertanya padanya.

"Tidak." jawabnya lugas. Memang siapa perempuan ini sampai dia harus tahu namanya?

"Kayra, Kayra Princessa."

Dahinya berkerut, ia menatap uluran tangan perempuan yang pipinya terlihat basah itu.

"Gibran."

Kayra Princessa, kenapa seperti tidak asing ditelinganya?

🍁🍁🍁🍁

TO BE CONTINUE

Yuhuuu, gimana pembukaannya? Pada tertarik kah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuhuuu, gimana pembukaannya? Pada tertarik kah?

Aku pengen bikin cerita ini tuh romance comedy gitu. Buat kalian yg baca cerita Wiratama series, sedikit² udah tahu lah gimana kelakuan Gibran. Kadang ngomongnya pedes, kadang ngeselin, kadang sok cool, kadang ngangenin awokawok.

Menurut kalian mending aku jadwal up-nya atau gak? Dari pengalaman ceritanya Reza, aku enjoy banget nulis itu cerita. Gak kerasa udah tamat malah. Kalo gak dijadwal pun, aku bisa nulis teratur. Tapi di cerita ini, aku gatau. Tergantung antusiasme kalian gimana.

Jangan lupa vote sama komen ya guys! Harus banyak-banyak pokoknya, see you...

Stuck With Beautiful Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang