❌DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI ❌
‼️WAJIB MERAMAIKAN‼️
Happy Reading!
.
.
.Rapat besar seharusnya berjalan kondusif, bukan malah berisi perdebatan seperti ini. Dikursinya --bersebelahan dengan sang suami-- Kayra hanya menyaksikan dalam diam. Menyela disaat kondisi tengah panas seperti ini tidak ada gunanya. Jujur saja dia sedikit tidak menyangka jika ada beberapa orang yang memihaknya. Dia saja tidak mengenal mereka, tapi mereka bersikukuh menjadikannya pimpinan. Cih! Dia sudah mencium bau-bau para penjilat.
"Harap tenang semua." Ajudan dari mendiang kakeknya menengahi. Perlu mengulangi kalimat tersebut beberapa kali agar kondisi kembali kondusif. "Berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki oleh Nona Kayra, suara terkuat harusnya dimiliki oleh beliau."
Itu benar. Seharusnya tanpa rapat seperti ini pun dia bisa langsung mengambil alih perusahaan. Tapi hal tersebut bisa memicu pemberontakan dari orang dalam. Banyak orang menentang dirinya menjadi pimpinan dengan dalih dia tidak bisa apa-apa. Cih! Dia yakin dalang dari pemberontak ini adalah orang itu. Orang yang tengah duduk tenang di kursinya seolah tidak merasakan ancaman apapun.
"Ada satu pemegang saham sebesar dua belas persen yang belum hadir. Beliau sudah tiba di gedung ini, saya rasa kita harus menunggunya untuk memberikan suara."
Pemegang saham lain? Ia pikir pemegang saham yang memiliki jumlah cukup besar adalah keluarga Lesmana --tentu setelah dirinya. Sedangkan disini sudah ada anak-anak dari mendiang Kakeknya. Lalu siapa orang ini?
"Maaf sudah membuat kalian semua menunggu."
Atensi semua orang tertuju pada pria baya yang baru saja memasuki ruangan besar ini. Rasa terkejut tidak bisa ia tutupi, menoleh ke samping, suaminya pun terlihat sama terkejutnya. Matanya terus mengikuti kemana pria tersebut melangkah, menjabat tangan beberapa orang kemudian duduk di kursi yang tersisa. Posisinya berada deretan yang sama dengannya, para pemegang saham.
"Kita melakukan voting untuk para pemegang saham, berhubung pemegang saham terbesar disini adalah Nona Kayra, sudah seharusnya beliau lah yang menduduki kursi tertinggi. Hanya saja beberapa orang menolak karena Nona Kayra tidak memiliki pengalaman apapun untuk memimpin perusahaan. Bagaimana menurut anda Tuan Rian Wiratama?"
Ya, Rian. Mertuanya itu tiba-tiba saja datang sebagai pemegang saham sebanyak dua belas persen. Memiliki saham sebanyak itu di perusahaan besar ini jelas sudah lebih dari cukup menjadi tunjangan hari tua. Pertanyaannya, sejak kapan ayah mertuanya membeli saham perusahaan ini.
"Saya rasa Kayra memiliki suami yang bisa membimbingnya untuk memimpin perusahaan ini."
"Tentu karena suami Kayra adalah keponakan Anda sendiri!" Armita --putri bungsu Pandhu-- langsung mengeluarkan suaranya untuk menentang.
"Itu benar, Kayra sudah masuk keluarga Anda jelas Anda memihaknya."
"Seharusnya Anda bisa melihat siapa yang lebih pantas menjadi pemimpin. Perusahaan ini akan hancur jika dipegang oleh artis."
Dan bla bla bla...
Kayra menghembuskan nafas pelan, merasa jengah dengan situasi sekarang. Sama seperti sebelumnya, orang-orang mulai mengeluarkan argumen yang kebanyakan menyudutkannya. Kapan selesainya jika terus seperti ini?
"Permisi." ia pun berdeham sebelum memulai berbicara. Tubuhnya tak lagi bersandar pada kursi, netranya memindai semua orang kemudian tersenyum tipis. "55 persen saham LS atas nama saya, pemegang saham terbesar kedua juga memihak saya. Bukankah sudah jelas siapa yang akan memimpin setelah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...