Stuck With Beautiful Princess || 42. Akhir?

10.5K 870 39
                                    

"Kayra diculik."

Dua patah kata itu berhasil membuat rasa pusing datang. Memijat pangkal hidungnya, Reza memejamkan matanya. Sejak pemberitaan yang dibuat oleh Kayra memang ia sudah memiliki firasat buruk. Perempuan itu kurang perhitungan. Bergerak sendiri tanpa memberitahunya. Bahkan setelah membuat publik geger, dengan seenak jidat Kayra menghilang dari ranahnya.

"Kerahkan banyak orang untuk mencari Kayra. Jangan sampai lewat dari satu hari. Dan jangan sampai orang lain tahu tentang penculikan ini."

Pelapor tadi menunduk kepalanya sebelum pergi dari sana. Selepas kepergian bawahannya, Reza menghembuskan nafas kasar. Ia yakin seratus persen jika Lesmana lah dalang dari penculikan Kayra. Situasinya menjadi mengkhawatirkan karena bisa saja nyawa Kayra melayang sekarang.

"Beberkan semua keburukan tikus-tikus itu." ia memberi perintah pada salah satu orangnya lewat telepon. Jika dugaannya benar jika para tikus itu adalah dekengan Lesmana selama ini, artinya dia berhasil membuat Lesmana semakin terpuruk. Jika bukan, setidaknya dia membantu negara memberantas sampah-sampah itu.

Hanya selang beberapa menit, pemberitaan baru muncul ke permukaan. Orang-orang dari partai pihak Lesmana ketahuan melakukan berbagai bentuk kejahatan. Ada beberapa oknum yang memiliki catatan korupsi. Beberapa melakukan kecurangan seperti melakukan bisnis ilegal. Tak hanya itu, ada juga yang terjerat kasus prostitusi. Semua kejahatan mereka terkuak lengkap dengan bukti-bukti kuat.

Jelas saja hal tersebut menggegerkan masyarakat. Mereka menerka-nerka sebenarnya apa yang terjadi di kalangan atas hingga ada dua berita buruk berturut-urut. Dua hari lalu, berita besar berhasil menghebohkan publik.

Prayuda Cakra Lesmana, salah satu kandidat presiden masa depan terlibat dalam kasus berat yaitu pembunuhan. Kasus masa lalu yang ditutup secara paksa akhirnya menemui titik terang. Kematian Pratama --sulung keluarga Lesmana-- yang diduga sebagai kasus pembunuhan memang benar adanya. Kasus beberapa tahun silam yang berhasil ditutupi seapik mungkin.

Sekarang, Prayuda sudah menjadi tahanan kepolisian. Sidang pun sudah dijadwalkan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Kayra Princessa atau Kayra Adisty lah yang menjadi pihak penuntut. Sedangkan semua orang tahu jika Kayra adalah anak angkat Prayuda. Akan tetapi tidak ada yang tahu jika Kayra --sang pihak penuntut-- telah menghilang.

🍁🍁🍁

Ruangan tanpa cahaya, pengap dan berdebu. Menahan nafas terus-menerus pun tidak mungkin ia lakukan. Sedangkan terus bernafas membuat dia tersiksa. Ruangan gelap dan berdebu, ia benci ini.

Sudah beberapa lama ia disini? Entahlah. Rasanya waktu berjalan begitu lambat. Menyiksanya secara perlahan, membuat setan berbisik agar ia mengakhiri hidupnya saja. Benar-benar penyiksaan.

Suara pintu yang terbuka membuatnya mengangkat kepala. Kaki dan tangannya terikat membuatnya menyatu dengan kursi. Sial, bahkan untuk sekedar buang air kecil saja ia tidak diijinkan. Beruntung sampai sekarang ia belum merasakan tanda-tanda panggilan alam.

"Belum ada satu hari, kenapa wajahmu sudah terlihat menyedihkan?"

Decihan lolos dari sela bibir pucatnya. Kedua netranya menatap tajam tiga orang yang baru saja masuk. Terlebih wanita tua yang sudah sangat ingin ia satukan dengan tanah.

"Sepertinya perselisihan ini tidak akan selesai sampai salah satu dari kita mati bukan?"

Sita, istri dari Prayuda yang tak lain adalah ibu tirinya, maju mendekat. Tanpa belas kasihan, lakban yang menutup mulutnya dilepas dalam satu tarikan. Rasa sakit itu membuatnya ingin berteriak. Alih-alih melakukan itu, ia memilih untuk meludah, tepat mengenai tubuh Sita.

"LANCANG!"

Plak!

Kekehan lolos dari sela bibirnya. Tamparan ini tidak ada apa-apanya ketimbang pukulan Gibran dulu. Ah, Gibran, apa yang tengah pria itu lakukan sekarang? Apa Gibran tahu kondisinya? Apa Gibran membencinya? Apa Gibran akan bersedih jika ia tiada?

"Hidupmu sudah berakhir nyonya." ia berucap angkuh. Menatap remeh pada wanita yang wajahnya terlihat merah padam karena amarah. Apa Sita tidak takut cepat mati karena terlalu sering emosi? Ck, ia jadi ingin berdoa untuk kematian wanita ini.

"Siksa wanita ini agar tahu dimana tempatnya sekarang."

Dimas, satu-satunya pria disana maju menuruti perkataan ibunya. Pria itu berjalan ke belakang kursi tempat dimana Kayra duduk. Melepaskan tali yang mengikat tubuh Kayra. Menyisakan tali di tangan dan kaki saja. Orang-orang ini terlihat begitu takut akan perlawanan Kayra bukan?

Brak!

Satu tendangan sudah cukup untuk membuat Kayra tersungkur. Tangan kanan Dimas menyingkirkan kursi yang ikut jatuh tadi. Dalam diamnya, pria itu melepaskan gespernya.

"Berteriaklah sesuka hati, adik manis."

Ctar!

Posisi Kayra yang menelungkup memudahkan Dimas menyiksa punggung perempuan itu. Tidak ada teriakan, hanya terdengar suara gesper yang beradu dengan tubuh berkali-kali. Walau tubuh mungil itu terlihat gemetar, namun sang empunya menolak untuk bersuara. Memilih melukai bibirnya untuk menahan erangan keluar dari mulutnya.

"Sudah. Dia bisa mati."

Bagai kerbau yang dicucuk, Dimas menurut. Memakai kembali gespernya dengan gerakan santai.

"Sudah tahu dimana tempatmu sekarang, gadis bodoh?" Sita menendang tubuh Kayra dari samping, membuat tubuh yang terlihat ringkih itu terjatuh kesamping. Bagai janin, Kayra meringkuk di lantai dengan mata terpejam.

"Kita berdua sudah sama-sama hancur sekarang. Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin membunuh suamimu itu. Tapi kalian bercerai dengan cepat." Sita menyeringai puas. Berjongkok di depan perempuan itu, ia berbisik sinis. "Bagaimana rasanya sendirian di dunia ini? Mengerikan bukan?"

"Kamu terlalu berani memasukan Yuda ke penjara. Cih! Tidak kah kamu tahu kalau aku bisa membebaskan dia dengan mudah?" 

"Lakukan." tidak seperti tadi, suara Kayra terdengar pelan. Memperlihatkan betapa tidak berdayanya dia saat ini. "Lakukan jika memang kamu bisa."

Wajah Sita terlihat masam. Wanita baya itu berdiri, menatap penuh kebencian pada perempuan tak berdaya itu. "Jangan beri makan ataupun minum. Biarkan dia mati secara perlahan."

Mengikuti Sita, dua orang anaknya --Syara dan Dimas-- ikut pergi darisana. Membiarkan Kayra yang masih terkapar tidak berdaya di lantai.

Membuka matanya, Kayra tidak bisa menahan tangisnya. Ia merasa jika ajalnya sudah sangat dekat. Rasanya baru kemarin ia mencecap kebahagiaan, kenapa semua itu berlalu begitu cepat. Kenangannya saat menjadi artis, bertemu dengan para penggemarnya, bercanda bersama mereka baik secara langsung maupun lewat sosial media.

Lalu kenangan bersama Gibran memenuhi kepalanya. Bagaimana Gibran memperlakukan dirinya begitu buruk dulu. Meski begitu dia tidak membenci Gibran, dia mencintai suaminya. Ya, suami. Dia tidak pernah bercerai dengan Gibran. Jika pun mereka akan berpisah nantinya, maka biarlah maut yang memisahkan mereka.

Maaf Gibran, kita berpisah bukan dengan cara yang baik. Pria terbaik yang pernah aku temui, jika kehidupan kedua memang ada, aku harap kita akan bertemu kembali. Menulis kembali kisah kita dengan awal yang bahagia dan berakhir bahagia.

🍁🍁🍁🍁

End

🙂🙂🙂🙂🙂

Selesai guys.

Oke untuk kelanjutan kisah mereka bisa dibeli di sopi. Link ada dibawah.

Up cepet buat prolog? 1k komen, besok aku up lagi.

Oke sekian bye!

Ku cinta Gibran!!!

Stuck With Beautiful Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang