Pakaian hitam memperlihatkan jika mereka semua tengah berkabung saat ini. Pemakaman dilaksanakan sore hari. Keadaan Alina yang drop membuat proses sedikit lambat. Ibu dari tiga anak itu pingsan ketika mendengar kabar tentang suaminya. Gifri memutuskan jika pemakaman ditunda hingga Alina merasa siap. Bagaimanapun, istri dari kakaknya itu pasti ingin mengantarkan suaminya ke peristirahatan terakhir.
Wajah sembab menghiasi para wanita. Sedangkan para pria mencoba untuk kuat, meski mereka juga sama rapuhnya sekarang. Musibah ini begitu tiba-tiba. Kematian memang tidak dapat ditebak. Bahkan yang nampak sehat bugar pun bisa tiba-tiba meninggal dengan cara yang tidak kita duga. Yang seharusnya mereka lakukan adalah menyiapkan mental mereka ketika kehilangan orang terkasih. Karena sejatinya semua orang akan mati, kembali pada sang pencipta.
Gibran beserta istrinya hadir di pemakaman. Kayra memaksa untuk ikut meski hanya duduk di kursi roda. Menyaksikan keluarga suaminya berkabung. Sudah beberapa kali ia memukul dadanya untuk mengenyahkan rasa sakit disana.
Jika saja dia tidak hadir di keluarga ini, pasti semua ini tidak akan terjadi bukan? Keluarga Wiratama akan tetap bahagia, hari-hari mereka akan dihiasi tawa indah. Ia merasa jika dirinya adalah pembawa sial bagi keluarga ini.
"Kay..."
Wanita itu mendongak, menatap seseorang yang baru saja memanggilnya. Alina, perempuan itu nampak lebih kuat dari sebelumnya. Mengulas senyum tipis kemudian mengusap sisi wajahnya. Tetap memberikan perhatian padanya, seolah dialah yang paling menderita disini.
"Kamu jangan sedih terus, okay? Semua yang terjadi pada kita, Tuhan sudah mengaturnya. Kamu boleh sedih, tapi jangan berkepanjangan. Berlarut-larut dalam kesedihan hanya akan menyiksamu, sayang."
Bahkan Alina menguatkan dirinya. Tak bisa menahan tangisnya, ia kembali terisak. Semakin menjadi ketika sosok istri dari mendiang Rian memeluknya. Kenapa Alina begitu baik? Padahal ia tahu ibu mertuanya ini pasti sangat terpukul. Lalu kenapa Alina malah menguatkannya?
"Maaf, Mamah, maaf...."
Mau ribuan kali ia mengungkapkan kata maaf pun, rasanya belum cukup. Ia telah merusak kebahagiaan di keluarga ini. Ia yang menyebabkan kesedihan menyelimuti keluarga ini.
"Sssttt, ini bukan salah kamu. Jangan menyalahkan diri kamu, Papah bakal sedih lihatnya. Kamu tahu kalau Papah sayang banget sama kamu kan?"
Bahkan kasih sayang dari Rian melebihi kasih sayang dari ayah kandungnya. Mereka belum lama mengenal, namun ia menemukan sosok ayah pada Rian. Ia sangat menyayangi pria itu. Tapi kenapa Tuhan mengambilnya begitu cepat?
🍁🍁🍁
"Seharusnya dari awal kita tidak ikut campur konflik Lesmana."
Perkataan Reza jelas mengundang tatapan tajam dari Gibran. Kelima pria keluarga ini tengah berkumpul di taman belakang. Mencari udara segar ditengah keruwetan yang terjadi.
"Lo nyalahin istri gue?" tembak Gibran tanpa basa-basi. Sepertinya Gibran lebih sensitif dari biasanya. Sejak ikut duduk disini pun pria itu hanya diam saja. Kentara sekali jika banyak beban yang dimilikinya.
"Nyatanya setelah wanita itu masuk ke rumah ini, Lesmana jadi ikut mengincar kita."
"Lesmana udah nunjukin taring mereka sejak lo tolak tawaran mereka!" Gibran mendesis tajam. "Berhenti cari tumbal buat masalah yang terjadi. Yang salah disini Lesmana, bukan Kayra!"
"Tapi dia bagian dari Lesmana!"
"Dia bagian dari Wiratama!" sergah Gibran cepat. "Kalau emang kalian nggak mau ikut campur, gue bisa atasi sendiri." beranjak dari duduknya, tanpa sopan santu pria itu menendang kursi yang didudukinya barusan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...