Stuck With Beautiful Princess || 10. Hancur

14.4K 1K 36
                                    

❌DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI! ❌
‼️ WAJIB MERAMAIKAN ‼️

Happy Reading!
.
.
.

Pelacur.

Sekarang dirinya tak lebih dari seorang pelacur. Memuaskan nafsu suaminya sendiri lalu ditinggal ketika sudah selesai. Padahal Gibran baru menyelesaikan permainannya ketika jarum pendek hampir menunjuk angka lima, lalu pria itu pergi tanpa menoleh lagi padanya. Seolah dirinya memang hanya seorang jalang dan yang lebih menusuk hatinya saat mendapati sebuah kartu tergeletak di nakas saat ia bangun. Gibran benar-benar menganggapnya seorang jalang.

Jujur saja dia heran dengan tubuhnya yang bisa bertahan semalam. Saat dia pikir kesadarannya akan hilang, nyatanya dia tetap merasakan semua sentuhan suaminya. Gibran mempermainkannya, dia tak berlaku kasar hingga menyakiti fisiknya tapi juga tidak bersikap lembut.

Sudah pukul sepuluh ketika dia membuka mata. Perutnya terasa kosong, tetapi tubuhnya terlalu lemas hanya untuk beranjak duduk. Seluruh tubuhnya terasa pegal, Gibran sangat tahu cara menyiksa rupanya.

Entah sudah berapa kali ponselnya berbunyi, suara dering itu pula yang membangunkannya. Ponselnya masih ada di tas-nya yang berada cukup jauh dari ranjang. Oleh karena itu dia mengabaikan panggilan-panggilan itu sejak tadi. Penasaran juga siapa yang menelponnya sebanyak ini.

Tapi... Sial! Hari ini dia harus bekerja. Pantas saja ponselnya terus berbunyi. Menarik nafas dalam, menghembuskan perlahan. Hanya untuk beranjak duduk saja tangannya sampai bergetar untuk menahan bobot tubuhnya. Seharusnya semalam dia tidak menggoda Gibran, rencana yang ia pikir akan berhasil, malah menjadi boomerang baginya.

Cklek!

Cepat ia menaikkan selimut yang sempat melorot. Gibran, pria itu yang membuka pintu dan masuk dengan menunjukkan senyum mengejek. "Kupikir kamu tidak akan bangun." panggilan 'saya' memang sudah berubah menjadi 'aku' tapi suara Gibran terdengar dingin dari sebelumnya.

"Gibran, please..." pintanya memasang wajah penuh permohonan.

"What? Apa kamu mau melakukannya lagi?" kaki Gibran semakin dekat dengan ranjang. "Yeah, wajar saja. Jalang sepertimu memang terbiasa melakukan itu kan?"

"Jalang..." gumamnya pelan. "Kupikir orang yang memiliki saudara perempuan lebih bisa menghargai perempuan lain." dia tahu ucapannya akan memancing emosi suaminya. Bukan rahasia lagi jika anak perempuan di Wiratama menjadi kesayangan. Melihat interaksi Gibran dengan adik perempuannya membuat dia tahu jika Gibran sangat menyayangi adiknya itu.

"Apa perempuan seperti mu memiliki harga diri?" Gibran berhenti di tepi ranjang. Kedua tangannya berada di kedua saku celananya. Menatap perempuan yang duduk bersandar di ranjang remeh. "Jebakkanmu itu, bukankah secara tidak langsung kamu menjual diri? Menjual dirimu pada Wiratama untuk melindungi-mu dari Lesmana. Kenapa tidak sekalian menjual badan-mu pada mereka?"

Sedari kecil mentalnya selalu diasah. Dia tidak diberikan hak untuk menjadi lemah. Sedari kecil ia harus kuat berada dalam lingkaran setan keluarga Lesmana. Masuk ke dunia entertainment tak ada bedanya masuk ke neraka lain. Berada di titik ini tidak lah mudah. Dan mengingat masa-masa perjuangannya membuat ia ingat, dulu, seseorang juga berkata demikian. Menawar tubuhnya agar dia bisa lolos seleksi.

Apa... Dia memang terlihat semurahan itu?

"Kamu benar, nyatanya bukan hanya kamu yang tertarik dengan tubuh ini." meski begitu dia tidak boleh terlihat lemah bukan? Walau fisiknya masih lemah, tapi dengan berani dia menatap penuh berani tepat di mata Gibran. "Apa menurutmu... Saudara-mu juga akan tertarik dengan tubuh ini?"

Stuck With Beautiful Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang