❌DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI ❌
‼️ WAJIB MERAMAIKAN ‼️
Happy Reading!
.
.
.Kayra tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia merasa ada masalah dengan emosinya, tidak biasanya ia bersikap melankolis seperti semalam. Bahkan sampai pagi ini ia masih merasa kesal pada suaminya. Perkataan Gibran semalam benar-benar menghancurkan mood-nya. Meski mereka tetap tidur bersama pun keadaan tidak membaik sama sekali.
"Bersiaplah, ikut denganku ke kantor."
"Untuk apa?"
"Tentu saja, bekerja."
Jangan berharap ia akan mengenakan setelan formal saat pergi ke kantor suaminya. Menggandeng tangan sang suami, ia berjalan angkuh masuk kedalam gedung tinggi itu. Banyak pasang mata mengikuti langkah mereka, dan dia sudah terbiasa akan hal itu.
Dress bunga-bunga kecil mencapai betis, ditambah stiletto yang membantu tingginya agar tidak terlalu jomplang dengan sang suami. Tas branded berada di tangan kirinya, ketimbang bekerja, orang-orang akan berpikiran jika dia hanya berniat melihat-lihat kantor milik suaminya.
"Apa semua orang selalu menatap-mu seperti itu, Gibran?" Di lift khusus ini hanya ada mereka berdua. Tak jauh berbeda dari kemewahan kantor Reza, milik Gibran pun tergolong mewah meski masih dibawah milik Kakaknya.
"Seperti apa?" Gibran balik bertanya.
"Memuja, seolah kamu adalah pria paling tampan di dunia ini!"
Dahi Gibran berkerut samar. Menoleh sekilas pada istrinya, ia pun menggedikan bahu. Tujuannya ke kantor adalah bekerja, bukan memperhatikan bagaimana orang memandangnya. Bahkan jika ada yang membencinya pun ia tidak peduli, asal tidak mengganggunya.
"Jadi, apa yang bisa aku kerjakan disini?" Kayra mengedarkan pandangannya. Menatap setiap penjuru ruangan suaminya. Terakhir kali ia datang kesini, ruangan bersih nan rapi ini seperti kapal pecah.
"Tugas paling mudah." Gibran yang baru saja duduk di kursinya setelah menanggalkan jas-nya, mendorong setumpuk map di mejanya kedepan. "Berkas-berkas ini butuh tanda tanganku dan aku harus membacanya sebelum memberi tanda tangan."
"Tugasmu hanya baca berkas-berkas ini, jangan sampai terlewat satu kata pun. Jika sesuai, baru aku akan tanda tangan."
Melihat tumpukan map itu mengundang kerutan di dahinya. "Apa kamu selalu begitu?" suaranya terdengar kurang percaya. Membaca kembali laporan sebelum memberi tanda tangan, bukankah itu membosankan?
"Jangan terlalu percaya pada orang lain, terlebih jika kamu pemimpin." Gibran menjawab seraya menghidupkan laptopnya.
Kepala Kayra mengangguk samar. Istri dari Gibran itu pun duduk di seberang suaminya. Mengambil sebuah map kemudian membukanya. "Jadi kamu mempercayaiku?" ia bertanya dengan map menutupi wajahnya, membuat Gibran tak bisa melihat senyum lebarnya.
"Tidak."
Jawaban itu tidak menyurutkan senyumnya. Jika tidak mempercayainya lalu untuk apa dia diperbolehkan membaca berkas-berkas penting ini? Menyandarkan punggungnya, setelah mengatur ekspresi wajahnya barulah ia menurunkan map tersebut. Membacanya dengan teliti walau dia sendiri tidak paham. Otaknya menangkap jika Gibran menyuruhnya memeriksa semua ini agar pria itu tidak kecolongan.
Bisa saja ada pengkhianat di perusahaan ini dan memalsukan dokumen bukan? Tanda tangan Gibran bisa menjadi boomerang bagi pria itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Roman d'amour[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...