Stuck With Beautiful Princess || 01. Tanggung Jawab

27.7K 1.4K 30
                                    

"Maaf Gibran, dari awal kita juga tahu akhirnya akan seperti ini kan?"

Senyum getir terulas, ia menatap perempuan yang sudah lebih dari setahun menghuni hatinya. Dari awal mereka memang tidak harusnya bersama. Ia tahu, hanya saja dia tidak bisa menahan perasaannya. Ia pikir akan ada kesempatan untuk hubungan mereka. Apa semua waktunya hanya terbuang sia-sia selama ini?

"Semoga kamu bahagia dengan pilihan-mu." mungkin ucapannya terdengar seolah dia adalah pria baik dengan hati seluas samudra. Tapi tidak lebih bahagia dariku. Lanjutnya dalam hati. Setidaknya jika Tuhan memang baik, maka dia tidak akan dibuat menderita sendiri bukan?

"Dua bulan lagi pernikahanku, semoga kamu bisa hadir."

"Tentu, mana mungkin aku melewatkannya bukan?"

Bohong. Jika bisa maka dia akan mempercepat waktu agar bisa melewatkan hari itu dengan mudah. Bagaimana bisa perempuan ini menikah dua minggu lagi sedangkan dia saja masih mencoba mengobati luka hatinya. Lagipula dia sendiri tidak yakin akan hadir, takutnya dia akan membawa lari sang mempelai wanita. Lalu dia akan dibenci oleh semua orang setelah itu.

"By the way, kamu makin cantik setelah berhijab."

Ya, setelah menetapkan pilihan untuk menikah, perempuan yang pernah menjadi kekasihnya ini memutuskan untuk berhijab. Dulu, dia pernah mendapati mantan kekasihnya ini berhijab, rasanya? Seperti ada seseorang yang menamparnya dengan keras. Menyadarkan jika mereka berdua berbeda. Makanya dia selalu melarang perempuan ini memakai hijab sebelumnya. Katakanlah dia jahat, karena dia memang masih tidak terima dengan perbedaan mereka.

"Makasih," senyum menyejukkan itu terlihat. Jika saja keadaannya seperti sebelumnya, pasti sekarang dia akan memberikan kecupan manis dipipi perempuan itu. Sial! Kenapa keadaannya harus seperti ini? "Bahagia selalu, Gibran."

Tentu. Tentu dia akan bahagia walau ditinggalkan seperti ini. Jika mantan kekasihnya saja bisa, kenapa dia tidak? Walau ia sendiri tidak tahu kapan kebahagiaan itu datang.

"Terimakasih, Syakila."

Itu adalah awal mula kehancuran hatinya. Hari dimana Syakila menikah, ia hanya datang sebentar. Memastikan jika Syakila tidak lagi menoleh kepadanya. Mungkin jika Syakila tiba-tiba saja berubah pikiran, berlari kepadanya, saat itu juga dia akan membawa perempuan itu kemanapun agar tidak dijangkau oleh orang lain. Karena orangtua Syakila sampai kapanpun tidak akan merestui mereka. Ia sendiri tidak yakin keluarganya akan memberi restu.

"Pilihan lo nggak buruk, tapi kalian berbeda. Jangan ambil dia dari Tuhan-nya. Karena bukan lo yang bakal menjamin kehidupan akhirat dia."

Dulu, dia memang merenungkan ucapan iparnya -Elena. Hanya saja dia tidak bisa melepaskan Syakila. Dia sudah terlanjur mencintai perempuan itu. Rasanya begitu sakit ketika mereka harus berpisah seperti ini.

Merasa memerlukan pengalihan, ia memilih datang ke tempat yang Syakila sebut tempat maksiat. Ini bukan pertama kalinya ia kesini, terkadang rapat singkat dengan klien pun bisa dilakukan di tempat ini. Aneh? Tidak juga jika klien-nya orang-orang menyebalkan dengan uang berlebihan.

Regan pernah mabuk parah dan berakhir merepotkan dirinya. Jika kini ia seperti itu tidak masalah bukan? Minum banyak minuman beralkohol dengan harapan akan melupakan masalahnya walau hanya sebentar. Ia butuh pengalihan, wajah bahagia suami Syakila terus terngiang di kepalanya. Juga senyum manis Syakila ketika berbicara bersama suaminya. Sial! Kenapa hanya dirinya yang merasa sakit disini?

Harusnya, malam itu dihabiskan dengan bersenang-senang lalu menyambut pagi dengan bahagia. Bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Pada kenyataannya, takdir berkata lain. Rencana manusia hanyalah sebuah rencana jika takdir sudah berkata.

Stuck With Beautiful Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang