Mini Cooper yang dikendarainya berhenti disebuah minimarket. Menggunakan masker serta kacamata, ia keluar dari mobil. Hanya ponsel serta dompet yang dibawanya. Sedangkan kunci mobilnya ia masukan kedalam saku celana.
Membawa keranjang, kakinya berjalan menuju rak makanan ringan. Memasukan beberapa makanan yang terlihat menarik. Selanjutnya, ia berjalan menuju deretan kulkas dimana ada macam-macam minuman disana. Usai memasukan beberapa soft drink, ia menuju kasir.
Kacamata hitamnya memudahkan matanya untuk menatap kesana kemari tanpa mengundang kecurigaan. Tanpa mengeluarkan suara, ia melakukan transaksi. Ucapan terimakasih dari sang kasir hanya ia balas dengan anggukan samar.
Kembali ke mobil, ia dikejutkan dengan keberadaan seseorang dalam mobilnya. Duduk manis di kursi penumpang.
"Ketimbang artis, lo lebih keliatan kayak tukang pijet."
"Pijet plus-plus dong?" alih-alih merasa tersinggung, ia menanggapinya dengan santai. Duduk di kursi kemudi setelah melemparkan plastik yang dibawanya ke penumpang tiba-tiba itu.
"Kita mau kemana?"
"Nggak tau." Kayra hanya menggedikan bahu, tetap fokus pada jalanan.
"So, lo beneran cerai sama Gibran?"
"Hem."
Perempuan yang duduk di kursi penumpang itu berdecak pelan. "Sayang sekali, padahal dia suami potensial." tangannya berkutat untuk membuka kaleng soft drink. "Rencana lo sekarang apa?"
"Nunggu bukti dari lo." Dibalik kacamatanya, ia melirik sebentar pada sosok yang tengah membuka salah satu makanan ringan darinya. "Lo bilang bentar lagi, mana?"
"Nggak semudah itu." suara kriuk makanan yang dikunyah terdengar memenuhi mobil. "Mamah terlalu rapi nutupin kasus itu."
"Sudah terlalu lama, Ara. Gue pengen semua cepat selesai."
"Setelah semua selesai, apa yang bakal lo lakuin?"
Mendapat pertanyaan itu, Kayra hanya menggedikan bahu. Jujur saja dia belum memikirkan masa depannya. Apa yang akan ia lakukan nanti? Meniti karir di dunia hiburan lagi? Terdengar mustahil juga melelahkan.
"Perusahaan nggak bisa bikin gue bergerak bebas."
Posisinya sebagai CEO di LS Group jelas tidak membiarkan dirinya berbuat sesuka hati. Pergi ke tempat antah berantah misalnya. Ia tidak masalah jika perusahaan raksasa itu hancur sekalipun. Tapi para karyawan lah yang menjadi pertimbangan. Ribuan orang menggantungkan hidup pada gaji darinya. Jika perusahaannya sampai hancur, imbasnya tak hanya padanya tapi para karyawan.
"Udah mulai nyaman sama posisi lo?"
"Tentu." Karena lampu merah, ia bisa menoleh pada sosok saudara tirinya, Syara. "Lagian itu hak gue kan?"
Suara mengangguk setuju. "Secepatnya gue bakal temuin bukti itu. Tapi inget Kayra, jangan berlebihan sama mereka. Bagaimanapun... Mereka tetep keluarga kita."
Tidak memberi jawaban, Kayra hanya fokus pada jalanan. Jika bukti ini ditemukan, maka ia akan berhasil menjatuhkan orang-orang itu. Menghela nafas pelan, ia bingung memikirkan seberapa hebat mereka itu. Padahal LS Group sudah jatuh ke tangannya, namun mereka tetap bisa memberikan perlawanan.
Yah, mereka bertujuan menjadi pemimpin negara. Tentu tidak mudah dikalahkan bukan?
🍁🍁🍁
Memasuki kawasan perumahan, ia mengingat-ingat petunjuk satpam tadi. Dari bentuk rumah-rumah disini, sudah bisa dilihat jika kalangan atas saja yang memenuhi tempat ini. Dulu, Reza pernah memiliki niat untuk membangun rumah disini, hanya saja saat terjadi konflik dengan Lesmana, pria itu membatalkan niatnya. Karena perumahan ini adalah salah satu aset Lesmana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Storie d'amore[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...