❌ DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI!❌
‼️ WAJIB MERAMAIKAN ‼️
Happy Reading!
.
.
."Kenapa kita kesini?"
Mobil yang mereka tumpangi memasuki kawasan perumahan elit yang berbeda dari tempat Gibran. Akses masuk dijaga ketat, tak sembarang orang bisa masuk. Kebanyakan rumah disini memiliki halaman, padahal ia yakin tanah disini pasti sangat mahal. Dan mobil mereka berhenti di rumah tingkat tiga dengan taman luas di depannya. Sedangkan di samping rumah terdapat kolam renang juga halaman luas di sampingnya. Mungkin bisa digunakan untuk pesta kecil.
"Mamah sama Bunda bilang kalau kamu sama Gibran harus nginep disini." setelah pintu dibuka dari luar, Elena turun lalu ia menyusulnya.
"Aku nggak bawa perlengkapan apapun, Len."
Dari masing-masing sisi mobil keduanya berjalan dan bertemu di depan mobil. Sejak karirnya naik, kemewahan memang selalu menjadi temannya. Dia pun pernah berkunjung ke rumah utama keluarga Lesmana, tapi melihat rumah ini dia tetap terperangah.
"Tenang, udah beres sama suami kamu."
Elena mengapit tangannya lalu berjalan bersama memasuki rumah besar milik mertuanya ini. Rumah sebesar ini, siapa yang akan menempatinya nanti? Selain Gava, semua saudara Gibran sudah memiliki rumah sendiri. Apa mungkin Gava yang akan menempatinya? Ah, kenapa jadi dia pusing memikirkan hal tidak penting ini.
"Menantu-menantu Mamah!" tiba di ruangan luas yang ia tebak berfungsi sebagai ruang tamu, seorang perempuan yang tak lagi mudah namun tetap masih cantik muncul dari ruangan lain di sisi kanannya. "Kalian udah puas belanjanya?"
Elena mengangguk kemudian melepaskan tangannya. Perempuan itu mendekat pada ibu mertuanya itu kemudian memeluk wanita itu sebentar. "Harusnya Mamah tadi ikut," Elena merangkul bahu ibu mertuanya itu. Jika orang asing mendengar nama mereka, pasti mereka akan menganggap dua wanita itu sepasang ibu dan anak, bukan mertua dan menantu. Nama mereka terdengar mirip, Elena dan Alina.
"Besok lagi deh, tadi Papah minta di temenin mancing soalnya."
"Ciyeee, yang udah tua masih aja lengket." tanpa sungkan Elena meledek ibu mertuanya. Lalu tergelak ketika mendapat pelototan dari ibu mertuanya yang terlihat malu-malu.
Melihat interaksi mereka, Kayra seperti melihat hubungan ibu dan anak pada umumnya. Mereka tidak terlihat seperti mertua dan menantu. Padahal dia tahu --meski tidak banyak-- jika awal pernikahan Elena dan suaminya tidaklah harmonis. Tapi dia tidak menyangka jika hubungan Elena dan mertuanya akan sedekat ini. Tidak seperti di film-film dimana mertua selalu memberikan sekat pembatas pada menantunya.
"Kayra, kok bengong? Yuk kita ke ruangan santai, lagi pada disana." entah sejak kapan Alina sudah berada di sisinya, ibu mertuanya itu menggandeng tangannya, ditarik lembut untuk ikut ke ruangan yang dimaksud tadi.
"Wah udah rame, pengangguran ya kalian?" Elena menyeletuk. Wanita itu berjalan menuju Gava --adik ipar mereka-- yang tengah memangku keponakannya --Krystal-- anak Regan dan Clara.
"Aku sih, iya." ibu muda yang tengah duduk manis di karpet bulu bersandar pada sofa, di tangannya terdapat majalah yang tengah dibacanya. Dia Clara, istri dari Regan.
"Pengangguran bangga ya Kak?" Gava menyahuti ucapan Clara.
"Iya dong! Biar menikmati hidup." perempuan itu terkekeh. Kayra tahu, para menantu keluarga ini semuanya wanita karir --termasuk dirinya. Dari informasi yang ia dengar, sejak mulai hamil, Clara memang mengurangi aktivitasnya diluar. Meski begitu ibu dari Krystal itu masih tetap aktif di perusahaan, membantu suaminya meski tidak setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...