"Bersabar lah, aku akan menemukan bukti itu secepat mungkin. Kamu bisa menjalankan balas dendam-mu dengan baik."
Bersabar, dia sudah sabar selama ini. Menantikan kapan saatnya membalas orang-orang biadab itu. Namun, seolah dilindungi oleh Tuhan, cela mereka sulit untuk ditemukan. Meski begitu, dia tetap bisa tersenyum manis ketika berhadapan secara langsung dengan orang dibalik kematian calon anaknya.
"Kamu tumbuh menjadi wanita kuat, saya tidak menyangka ini."
Bak seorang bangsawan, wanita di seberangnya meminum teh dengan begitu anggun. Rambut disanggul rapi, pakaian yang mencerminkan sosialita, oh jangan lupakan perhiasan yang menempel dimana-mana itu. Tidakkah wanita ini sadar jika mereka hidup di negara dengan angka kejahatan tinggi? Ia rasa orang biasa pun ingin berubah menjadi penjahat ketika melihat wanita ini.
"Karena saya bukan berasal dari keluarga biasa."
Mengimbangi lawannya, ia pun ikut bersikap anggun. Tanpa perlu berpenampilan nyentrik seperti itu, ia yakin tetap banyak orang yang menaruh perhatian padanya. Bodyguard kiriman suaminya saja sampai ikut masuk karena orang-orang langsung mendatanginya. Sudah lama tidak keluar, ternyata masih banyak orang yang mengenalinya.
"Terlalu lama di dunia hiburan sepertinya membuat otakmu terlalu banyak berkhayal." Wanita itu meletakkan cangkirnya. Tubuhnya sedikit condong kedepan dengan mata menatap lurus pada lawan bicaranya. "Tidak ada Cinderella di dunia nyata." bisiknya namun dengan suara cukup keras.
Kayra terkekeh menanggapi hal tersebut. Benar, tidak ada Cinderella di dunia nyata. "Dan saya bukan Cinderella." Oh, c'mon, dia memang bukan Cinderella. Kisah mereka pun jauh berbeda. "Saya seorang putri yang memang pantas mendapatkan pangeran. Dan sekarang, saya juga mendapatkan takhta saya."
"Itu bukan hak kamu."
Benar. Takhta itu bukan haknya. Duduk di kursi tertinggi LS Group bukanlah haknya. Ia hanyalah anak dari seorang selingkuhan. Sebenarnya dia tidak ingin mendapatkan ini, akan tetapi jika ia melepaskannya, bukan berarti orang-orang ini akan berhenti mengusik hidupnya. Tanpa kedudukan, ia akan lebih mudah disingkirkan. Bergantung pada Gibran sepenuhnya pun bukan pilihan bagus. Ia tidak ingin menyulitkan suaminya lebih dari ini.
"Percayalah Nyonya, jika saja kalian tidak mengusik hidup saya, kita pasti tidak akan diposisi ini." ia melunakkan wajahnya. Bersandar pada sandaran di kursinya. "Jika saja kalian tetap membiarkan saya menjadi Kayra Princesssa, posisi kita akan sama-sama aman. Menurut Anda, dengan apa yang kalan lakukan pada saya, saya akan diam saja menerima nasib?"
Tindakan Sita tidak sepenuhnya salah dimatanya. Jika posisinya sekarang sama dengan Sita, dimana Gibran memiliki anak dengan wanita lain, bisa dipastikan dia tidak akan berbeda jauh dengan wanita ini. Memangnya wanita mana yang akan lapang dada jika pria yang dicintainya berselingkuh bahkan meninggalkan bukti hidup? Tidak akan ada yang menerima.
Hanya saja, obsesi Sita untuk membuat hidupnya menderita membuat semuanya runyam. Wanita ini tidak puas hanya dengan kepergiannya dari keluarga Lesmana. Sita, menginginkan hidupnya hancur. Bahkan ketika ia berdiri dengan kakinya sendiri, wanita itu tetap ingin merobohkannya.
"Saya akan menganggap ini impas. Kalian menghancurkan saya, saya melakukan hal yang sama. Bahkan tanpa mengurangi nyawa. Tapi jika kalian bertindak diluar batas lagi, saya akan membalasnya dua kali lipat. Ingat itu baik-baik, Nyonya Sita Lesmana."
Meraih tas jinjingnya, ia pun beranjak dari duduknya. Menyunggingkan senyum manis, kakinya berjalan menjauh. Hatinya bergemuruh, ia tidak setenang apa yang terlihat. Ingin rasanya ia melemparkan apa saja ke wajah wanita itu. Menyalurkan segala emosinya pada orang yang menyebabkan kematian ayah mertua juga anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romansa[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...