Penampilannya nampak lebih baik dari sebelumnya. Apa semalam ia tidur? Jawabannya ya. Berterimakasihlah pada obat tidur yang membuat matanya mau terpejam. Tadinya dia tidak mau meminum obat itu lagi, tapi dia juga membutuhkan tidur. Ikut tumbang hanya membuat situasi semakin rumit. Tenaganya harus cukup untuk memperjuangkan suaminya.
Mobil sport milik suaminya meluncur di jalanan padat ibu kota. Hampir satu jam, barulah ia sampai di rumah iparnya, Reza Wiratama. Satpam membukakan gerbang setelah ia mengatakan jika ia adalah ipar dari sang tuan rumah.
Masih dengan kacamata bertengger di hidungnya, ia keluar dari mobil. Ditangannya hanya ada ponsel juga kunci mobil. Tanpa perlu mengetuk pintu, seorang pelayan membukakan pintu. Mungkin kedatangannya sudah diinfokan oleh satpam tadi.
"Dimana Reza?"
Ia tidak yakin jika Reza ada dirumah. Malah akan lebih baik jika tidak ada pria itu disini. Rasanya lebih baik berbicara dengan Elena ketimbang pria berstatus iparnya itu.
"Ada apa mendatangi rumahku, Nona Lesmana?"
Meleset. Reza ada disini. Berjalan menuruni anak tangga dengan baju santai. Jadi pria itu tidak bekerja? Apa kedatangannya sudah di prediksi? Sial! Reza terlihat benar-benar ingin memisahkannya dengan Gibran.
"Sudah ingin mengurus surat cerai-mu?"
Mengabaikan pertanyaan menyebalkan itu, Kayra berjalan menuju sofa. Melepaskan kacamatanya, ia duduk dengan angkuh. Menatap penuh tantangan pada Reza. "Apa yang aku dapatkan jika bercerai?"
Sudut bibir Reza terangkat. Pria itu bergabung duduk di sofa. Berhadapan langsung dengan istri dari adiknya. Tatapan mengintimidasi darinya seolah tidak mempan untuk perempuan ini.
Tubuhnya sedikit condong kedepan, menatap lekat sosok dari artis yang pernah jaya pada masanya. "Bantuan dariku?"
Wajah Kayra nampak berpikir. Menimbang-nimbang tawaran tersebut. Detik berikutnya, ia menyunggingkan senyum tipis. "Setuju." untuk melawan mereka, ia memang membutuhkan Reza. Begitupun pria itu, Reza tidak bisa melawan Lesmana sendiri. Bisa dikatakan mereka saling membutuhkan.
"Ikuti saja permainanku, semua sudah ku persiapkan."
Kayra mengangguk setuju, perempuan itu bangkit dari duduknya. Untuk mencapai tujuannya, memang harus ada yang di korbankan bukan?
🍁🍁🍁
Prang!
"Orang gila mana yang nyebar berita gajelas ini?!"
Baik Regan maupun Gava, keduanya sama-sama terkejut atas tingkah pasien ruangan ini. Pria dengan setelan khas pasien rumah sakit itu terlihat berang setelah melihat berita yang tampil di televisi. Padahal tadinya Gibran tidak terlihat memperhatikan televisi. Namun saat nama Kayra disebut, pria itu langsung menoleh.
"Ke-- uhuk!"
"Gausah banyak bacot dulu makanya." Regan menggeleng samar seraya mendekati brankar pasien. Membalikan gelas lalu menuangkan air mineral kedalam gelas tersebut. Diberikannya gelas tadi pada Gibran, pria yang nampak kuat namun tetap saja masih sakit.
"Gue tanya sekali lagi," Gibran menatap Regan setelah menandaskan isi gelas tadi. "Dimana Kayra?"
Helaan nafas pelan lolos dari Regan. Pria itu terlihat muak, memang siapa yang tidak bosan mendengar pertanyaan berulang itu. Memegang bahu saudaranya, ia memberikan senyum prihatin. "Sabar ya? Terima kenyataan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...