"Buat seolah-olah aku dan Gibran bercerai."
Reza menatap bingung pada perempuan berstatus iparnya ini. "Kenapa tidak benar-benar cerai saja?"
Wajah cantik Kayra berubah masam. Kedua matanya menyorot tajam suami dari Elena itu. Apa Reza tengah bercanda? Tapi wajah lempengnya terlalu serius untuk sebuah candaan.
"Mereka bisa lebih parah dari ini kalau Gibran terus dukung aku. Beruntung Gibran hanya memakan sedikit makanan itu, jika saja..."
Tidak, dia tidak bisa membayangkan jika semua racun itu masuk kedalam tubuh suaminya. Walau sekedar khayalan belaka, rasanya tetap menyesakkan.
"Buat seolah kami bercerai, buat mereka percaya kalau kalian sudah membuangku. Setelah itu, aku akan memberikan serangan terakhir."
Dalam diamnya, Reza menatap lama istri Gibran. Perempuan berbadan mungil dengan wajah lembut. Terlihat rapuh namun tidak. Mengingat perjalanan hidup Kayra, ia merasa iba. Meski dia pun kesal dengan keberadaan perempuan ini di keluarganya.
Ia pikir, Kayra akan mundur setelah mendapat ancaman darinya. Toh sekarang Kayra sudah mendapatkan harta Lesmana. Bukankah tanpa Gibran pun Kayra tetap bisa melanjutkan hidup? Bahkan jika di lihat, harta Kayra lebih banyak dari Gibran.
Namun tidak. Kayra menentangnya, walaupun berujung mengemis restu padanya. Ingatan kejadian itu membuatnya sedikit pusing. Bagaimana bisa Gibran hidup dengan perempuan penuh drama seperti Kayra? Bahkan perempuan ini bisa menangis dalam sekejap. Merubah suasana dalam hitungan detik. Memasang wajah semelas mungkin agar mendapatkan belas kasih darinya.
Jika saja bukan karena Elena, Reza pasti tidak termakan drama murahan Kayra.
"Akan saya urus semuanya. Lakukan saja tugasmu sebaik mungkin. Jangan sampai gagal."
🍁🍁🍁
Sorot tajam matanya seolah bisa melubangi apa saja yang ditatap. Begitu tajam, sarat akan kemarahan. Tak tanggung-tanggung, lusinan orang berpakaian hitam berdiri di luar mobil mereka. Menunggu arahan dari bos mereka yang baru saja tiba di kediaman saudaranya, Reza Wiratama.
Halaman luas itu terlihat seperti tempat pelatihan. Alih-alih berbincang santai, Gibran terlihat seperti menantang kakaknya sendiri untuk adu kekuatan.
Dua buah mobil sport masuk, membunyikan klakson agar diberi jalan oleh orang-orang yang memenuhi halaman. Reza, sang tuan rumah nampak pusing. Dalam hati dia bersyukur karena istrinya tengah pergi sekarang.
"Gue tanya sekali lagi, dimana Kayra?"
Tidak ada keramah tamahan di wajah Gibran. Reza sendiri heran, kenapa bisa pria ini kabur padahal penjagaannya sudah sangat ketat. Masalah yang datang bertubi-tubi membuatnya tidak bisa fokus.
"Santai Gib, kita bisa--" Regan yang baru saja menyentuh bahu sepupunya itu tertegun ketika puluhan senjata api mengarah padanya. Apa-apaan anak buah Gibran itu? Padahal dia hanya menyentuh bahu Gibran, bukan ingin melukai.
"Cepat kasih tahu dimana Kayra atau--"
"Kayra diculik."
Dua kata yang berasal dari Galih menambah ketegangan. Wajah terkejut Gibran jelas merupakan pertanda buruk. Terlebih orang-orang Gibran itu masih menodongkan senjata mereka. Seolah keberadaan para saudara bos mereka adalah ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...