❌ DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI ❌
‼️ WAJIB MERAMAIKAN‼️
Happy Reading!
.
.
.Melihat suaminya sibuk dengan pekerjaan bukan hal baru baginya. Jika ditilik kembali, semua anggota keluarga Wiratama penggila kerja. Gava saja yang terlihat urakan seperti itu bisa menginap di kantor disaat-saat tertentu. Namun kondisi Gibran akhir-akhir ini sangat parah.
Berangkat lebih pagi dan pulang tengah malam. Sejak Gibran duduk di kursi direktur, pria itu menjadi sangat sibuk. Karena bukan hanya dinasti Lesmana yang ia urus namun juga perusahaan miliknya sendiri. Tidak mungkin Gibran melepas perusahaan yang ia bangun dengan jerih payahnya sendiri. Walaupun jika dibandingkan jelas LS Group jauh lebih unggul.
"Selamat malam..."
Kaki Kayra berjalan memasuki ruang kerja suaminya. Bukan dirumah melainkan di perusahaan. Ya, malam-malam begini dia mengunjungi sang suami dengan susunan kotak makan yang ia bawa.
"Ini malam minggu, biasanya pasangan pergi berkencan." Kayra duduk di sofa. Memperhatikan suaminya yang tetap bergeming di tempatnya. Tidak merasa terganggu sedikitpun dengan kehadiran istrinya. "Setidaknya ayo makan bersama, Gibran..."
Dia yang menambah beban kerja suaminya, dia juga yang membuat suaminya begitu sibuk dengan pekerjaan. Oleh karena itu sebisa mungkin dia tidak protes. Malahan biasanya dia ikut ke kantor untuk membantu Gibran walau hanya membaca sebuah berkas. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan untuk membantu.
"Kamu sudah makan?" meski matanya terfokus pada layar monitor, namun pria itu tetap menanyakan kondisinya. Bagaimana dia tidak tersentuh jika seperti itu?
"Aku mual lagi."
Gerakan jari Gibran terhenti. Dahi pria itu berkerut seolah tengah memikirkan sesuatu. Hingga Gibran menoleh padanya, dia tetap diam menunggu tanggapan dari sang suami. "Aku memikirkan sesuatu."
"Apa?" tanyanya bingung. Raut wajah Gibran terlihat kurang yakin. Tiba-tiba saja pria itu menggeleng pelan kemudian kembali berpaling ke monitor.
"Besok kita ke rumah sakit, tidak menerima bantahan, Kayra."
Bibirnya mengerucut, tidak suka dengan keputusan suaminya. Memang, beberapa hari ini terkadang dia merasa mual tanpa alasan. Tidak setiap saat, hanya disaat-saat tertentu. Ia menebak jika kondisi tubuhnya menurun karena terlalu banyak pikiran. Keluarga Lesmana tidak melakukan apapun, atau lebih tepatnya belum. Oleh karena itu otaknya tidak bisa diam memikirkan rencana jahat apa yang mereka susun. Merasa was-was akan serangan mendadak dari orang-orang picik itu.
"Kalau begitu ayo kita makan! Aku sudah jauh-jauh kesini agar kita makan bersama."
Gibran mengalah, pria itu meninggalkan pekerjaannya untuk menuruti permintaan sang istri. Semenjak memegang dua perusahaan sekaligus, ia benar-benar tidak memiliki waktu untuk bersantai bahkan di akhir pekan. Ia selalu menghabiskan waktunya di kantor, menghandle perusahaan raksasa milik istrinya ini jelas bukan hal mudah.
"Apa posisi-mu bisa digantikan oleh orang lain? Kita bisa mencari orang untuk mengurus perusahaan ini." Kayra mengutarakan isi kepalanya.
"Tidak semudah itu Kay." Gibran memasukan makanan kedalam mulutnya. Menghancurkannya lalu menelannya, barulah ia kembali bersuara. "Posisi kita masih rawan. Mencari orang kepercayaan tidak semudah itu. Bisa saja perusahaan ini menjadi hancur walau kita tidak sepenuhnya lepas tangan."
Helaan nafas Kayra terdengar berat. Perempuan itu menatap suaminya yang tengah makan lamat-lamat. "Kamu kelelahan." ia membuang muka ketika merasakan matanya memanas. Entah kenapa rasa sedih menghantamnya, membuat dia ingin menangis sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With Beautiful Princess
Romance[#5 Wiratama's] Datang ke club malam hingga mabuk berat bukanlah kebiasaannya. Malam itu, ia merasa patah hati mencoba mencari hiburan disana. Saudaranya -Regan- dulu kerap ke tempat maksiat ini, adiknya saja -Gava- juga melakukan hal yang sama. Mak...