"Gua enggak salah dengarkan? Lu mau gabung ke Sabit Merah?"
"Iya Bang!" Jessica mengangguk mantap tanpa ragu.
"Lu tahukan Geng Sabit Merah itu isinya apa? Kami ini kumpulan preman-preman, enggak butuh cewek kayak lu."
"Ta- tapi aku serius ingin gabung Bang!"
Ssshhh... Asap rokok dihembuskan Bertran yang memandangi Jessica dari atas hingga ke bawah. "Kalau lu sok-sokan mau gabung jadi gangster, Tirai Naga lebih cocok buatlu. Mereka butuh cewek-cewek penghibur di bisnis mereka, Sabit Merah isinya preman petarung. Enggak butuh cewek kayak lu!"
"I- iya aku tahu itu Bang. Ta- tapi aku serius mau gabung ke Sabit Merah Bang! Ja- jadi budak juga enggak apa-apa Bang!"
Bertran pun menatap mata Jessica dalam-dalam, seakan ingin melihat apakah niat Jessica ini bisa ia ladeni atau Jessica ini hanya seorang cewek mabuk dan tidak waras. "Kenapa lu mau gabung ke Sabit Merah?"
"Karena Sabit Merah lebih keren daripada Tirai Naga, Bang!"
"Jangan berdusta. Jawab kenapa?" Bertran tampaknya tidak puas dengan jawaban Jessica. "Ngapain cewek SMA kayak elu ini sampai main ke tempat ini terus bilang mau gabung ke Geng yang isinya preman semua. Pasti lu punya alasan kuat?"
Jessica menghisap bibir. Memang benar, ia punya alasan kuat sampai harus ke tempat penuh preman seperti ini, menantang bahaya. Tapi, ia tidak bisa memberikan alasan yang sebenarnya itu kepada Bertran. Karenanya, Jessica sudah memikirkan jawaban yang matang kalau ia ditanyai alasan terkait keinginannya ini. "Karena... Aku butuh uang Bang."
"Kalau butuh uang kenapa enggak jual diri saja di Jatinegara sana?"
"A- aku juga dicari orang Bang, makanya aku nyari... Tempat perlindungan." Jessica menunduk, dan wajahnya benar-benar menunjukkan ekspresi ketakutan.
"Dicari orang? Siapa?"
"A- ayah angkatku Bang."
"Hah? Orang tua asli lu di mana?" Tanya Bertran.
"Sudah mati Bang, hehe. Aku tinggal sama Ayah angkatku Bang. Dia..."
Hah... Asap rokok dihembuskan Bertran. "Biar gua tebak, dia memperk0sa lu?"
Jessica mengangguki itu. "Dia ngejual aku juga Bang ke teman-temannya. Makanya... Aku kabur..." Jessica gemetaran dan memeluk diri.
"Jadi dengan kata lain, lu kabur dan mau gabung ke Sabit Merah buat minta perlindungan sekaligus minta tolong buat ngehabisin Bokap angkat lu itu?" Bertran melangkah mendekati Jessica.
"Iya Bang. Ma- masalahnya bokap angkat aku itu... anggota Tirai Naga Bang. Jadi... Aku engak tahu lagi harus lari ke mana selain ke Sabit Merah, Bang." Jessica semakin meringkuk. "Kumohon Bang..." Tatap Jessica dalam-dalam ke sosok Bertran.
"Lu lari dari satu Iblis ke Iblis lain, apa yang lu harap?"
"E- enggak ada Bang. Setidaknya... Perasan aman kalau bokap angkatku itu enggak bakal ganggu aku lagi Bang kalau tahu aku gabung jadi anggota Sabit Merah."
"Sini ikut gua," Bertran menarik pinggang Jessica dan membawanya ke kursi vip. "Minggir kalian semua!" Bertran juga mengusir para wanita penghibur lain yang ada di kursi vip itu, yang tadinya menenaminya. Mereka semua kalang kabut sembari membawa obat-obatan terlarang mereka. Duduklah Bertran berduaan bersama Jessica yang ia tarik untuk dekat dengannya. "Gua enggak bisa jamin bisa ngebunuh Bokap lo karena lo tahu sendiri, kalau ada Sabit Merah ngebunuh Tirai Naga itu bakal bikin perang besar. Tapi setidaknya, kalau lu sama gua, gua jamin lu bakal aman."

KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...