37

794 60 0
                                    

Beberapa hari yang lalu...

"Aku ingin kalian pura-pura mati untuk membuatnya percaya."

"Ya." Semua mengangguk. Lebih lanjut, Sendok menambahkan, "Aku punya beberapa campuran untuk membuat darah palsu. Asalkan dia tidak mendekat, kurasa kalau dari penglihatan tidak akan ketahuan."

"Akan kuusahakan." Sahut Jessica mengerti. Permasalahan selanjutnya adalah, apa rencana mereka berikutnya setelah menipu Uka? Jessica bergantian menatap semua Batavia Roses yang ada di hadapannya. "Apa... kalian percaya denganku?"

"Huh? Kenapa lu tanya begitu?" Tanya Raiden mewakilan semuanya.

"Ya... Ini akhirnya. Ini rencana terakhir. Ini final yang kita siapkan sudah sejak lama. Memang banyak kejadian mendadak yang membuat kita harus berimprovisasi. Tapi pada akhirnya, saat ini tiba..." Ucap Jessica menunduk.

Om Italia kemudian maju ke depan. Pria yang sedang menghisap cerutu itu menepuk pelan pundak Jessica yang terasa berat. Dia tahu apa perasaan Jessica yang sepertinya tidak dapat disampaikan Jessica dengan benar ke semuanya. "Aku tahu apa yang mau lu katakan. Kita semua sudah sampai di sini. Kita semua berkumpul untuk tujuan yang sama, yaitu menghancurkan Sabit Merah dan Tirai Naga. Percayalah, tidak ada yang lupa akan hal itu. Sejak awal, kita semua sudah siap untuk mati."

Jessica pun mendengus pelan, menahan tawa kecil. Dirinya sungguh bodoh. Ia merasa sudah malu sudah merasa ragu dan bertanya seperti tadi. Semua rekannya yang hadir di sini... Semua sama seperti dirinya. Tekad bulat. Apa pun yang terjadi, meski mati sekali pun, mereka akan tetap maju. "Maaf, ehehe! Ya sudah rencana kita selanjutnya begini." Jessica menatap Raiden, Sendok dan Garpu, "Kalian bertiga pura-pura mati di sini. Aku akan berusaha membuat Uka tidak curiga. Lalu... Aku ingin kalian bertiga bergabung ke Tirai Naga."

Sendok dan Garpu mengangguk, namun tidak dengan Raiden. Ia masih merasa enggan bergabung ke geng yang telah mencelakai kakeknya itu. Jessica juga mengerti perasaan Raiden, karena itu, khusus Raiden, Jessica mendatangi cowok itu lalu mengelus pipinya. Tanpa kata yang terucap, hanya dengan tatapannya yang sungguh-sungguh, Jessica ingin agar Raiden mengerti dan percaya dengan rencananya. "Hah... Baiklah..." Ucap Raiden dengan nada berat.

"Ehehe..." Tawa kecil Jessica terdengar sebelum ia balik badan dan kembali fokus. "Nanti saat di Tirai Naga, aku ingin kalian menyebar gosip tentang permata mereka di villa Sabit Merah. Kalau berjalan lancar, Bertran pasti akan diinterogasi dan dibawa ke sana untuk memeriksa, dan... seharusnya mereka juga membawa komisaris lain dalam pemeriksaan itu karena ini persoalan penting. Harta karun mereka ternyata dicuri oleh komisaris baru mereka? Pasti mereka akan heboh..." Jessica mengapit dagu. "Lalu, aku akan membuat Sabit Merah membuntuti mereka untuk mencari tahu di mana saat ini markas Tirai Naga berada."

Bergabung ke Tirai Naga lalu menyebar gosip-gosip? Pemikiran itu tidak sulit, wajah Garpu dan Sendok tampak yakin bisa melakukannya. "Lalu, bagaimana dengan kami?" Kali ini Comcom yang angkat bicara mewakili dirinya dan juga Gaban.

Sebelum Jessica menjawabnya, Om Italia lebih dulu membuka suara, "Ah... Iya. Seperti kesepakatan kita di awal, aku tidak pernah ada di sini. Iya kan?" Tanya Om Italia ke Jessica, yang diangguki Jessica sebagai jawabannya.

"Untuk Comcom dan Gaban, kalian berdua ikut aku. Kalian akan berpura-pura menjadi anggota Sabit Merah yang baru kurekrut. Oh iya!" Jessica bergidik, baru teringat sesuatu. Ia lantas menatap Garpu, "Kalau bisa hubungi Panda di saat Bertran sudah dibawa kembali ke markas Tirai Naga. Panda pasti mengerti, dia akan mengulur waktu untuk kita agar polisi tidak segera datang, karena kalau polisi datang, sama saja rencana kita mengadu domba ini bakal gagal." Dan Garpu pun mengangguki tugas tambahannya itu.

Setelah semua itu, mereka pun bubar. Sendok segera menyiapkan cairan darah palsu ditemani Garpu. Sedangkan Comcom dan Gaban berangkat mencari baju Sabit Merah. "Hei..." Panggil Jessica ke Raiden yang mau menemani Garpu. "Bisa bicara... sebentar?"

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang