"Mmmhhhh..." Jessica membuka mata, dan tubuhnya langsung mendapat serangan kejut ketika ia menyadari sedang ada di mana. "Astagaaaaa!" Cewek itu langsung bangkit dan duduk, untungnya di sekitarnya tidak ada orang. "Bisa-bisanya gue ketiduran di lorong apart! Huaaahhh..." Gumam Jessica sembari mengucek mata.
Setelah diantar Raiden, Jessica langsung menuju apartemen Bertran, akan tetapi sosok Bertran tak kunjung membukakan pintu untuk Jessica, sampai akhirnya Jessica yang kelelahan menunggu pun tertidur di lorong seperti ini. Tentunya, bukan karena Bertran yang tidak mau membukakan pintu, melainkan pastilah karena pria itu memang tidak ada di dalam apartemennya.
Mungkin ini ada kaitannya dengan penyerangan malam tadi. Bertran yang merupakan ketua perekrutan anggota baru Sabit Merah tentu saja yang paling dibuat repot dengan kejadian penyerangan semalam. Bisa jadi sekarang Bertran sedang ada di villa untuk memeriksa keadaan. "Huaaah..." Jessica menguap dan melakukan peregangan. Ini hal yang terlewat dari renaca Jessica, dia sama sekali tidak memperhitungkan ini. "Tahu begini, mending nyuruh Raiden nganterin ke rumah Belanda saja. Huaah..."
Jessica kemudian bangun dan berjalan menuju jendela di lorong apartemen. Langit masih gelap. Tapi kalau dikira-kira mungkin sekarang sekitaran jam 4 sampai jam 5 dini hari. Yang jelas, subuh masih beberapa saat lagi.
Kruggg... Perut Jessica berbunyi. Memang, setelah melakukan penyerangan dan diantar ke apartemen Bertran ini, Jessica belum makan malam sampai sekarang. "Jam segini mau makan apaan yang buka?" Mata Jessica lantas tertuju ke sebuah logo yang menyala. Restoran cepat saji yang buka 24 jam itu seakan memanggil Jessica yang kelaparan untuk masuk ke sana. Tapi sebelumnya, Jessica mengais-ngais kantong dan menemukan pecahan uang 50 ribu satu lembar. Cukup untuk membeli sesuatu.
Tiba di kasirnya Jessica memilih-milih menu mana yang cocok di kantong, yang paling murah dan juga yang paling bisa mengenyangkan. Ia harus bisa menemukan titik keseimbangan antara harga murah dan porsi cukup. "Ya ampun... Mahal-mahal banget..." Gumam Jessica mengelus perut. Ia sempat kepikiran untuk ke tempat tinggal Garpu saja dan meminta makan, tapi mengetahui berapa jauh jaraknya untuk ditempuh ia keburu lapar dan pingsan kalau ke sana. "Ya sudah, Mas, pesan yang paket C ya." Mas-mas penjaga kasir itu pun mengangguk mengerti, walau sempat melirik heran kenapa dini hari begini ada cewek memakai seragam SMA.
"Aduh... Sial." Tiba-tiba, dari belakang Jessica terdengar seorang cowok mengumpat. Jessica pun melirik ke belakang dan mendapati seorang cowok memakai anting balok memanjang ke bawah dengan motif harimau. Cowok itu terlalu tampan sampai sedikit lagi masuk kategori cantik. Dia terlihat kebingungan meraba-raba kantong. "F*ck!"
"Kenapa Mas?" Tanya Jessica.
"Ah! Aku lupa bawa dompet!" Sahut cowok itu tertawa kecil.
Jessica kemudian menerima makanannya sekaligus kembaliannya. Sebenarnya, uang 50k ini merupakan hasil curiannya di kamar Bertran tempo hari. Karena merupakan curian juga, Jessica pun merasa ringan tangan untuk memberikan kembaliannya ke Cowok beranting harimau itu. "Ini Mas. Ya... Enggak banyak sih, enggak tahu bisa dipakai buat beli apaan."
"Wow! Makasih ya Mbak!" Cowok itu kegirangan menerimanya dan kemudian giliran dia yang maju ke kasir.
Jessica kemudian mencari tempat duduk yang enak. Karena ini dini hari, otomatis suasana agak sepi dan Jessica bisa mendapatkan spot duduk di balkoni lantai dua, menikmati makan malamnya yang super terlambat sambil melihat pemandangan malam kota Jakarta.
Sembari mengunyah burger dan memandangi lampu-lampu penghias malam, kepala Jessica mulai berpikir apa langkah selanjutnya yang harus ia lakukan. Apakah dia kembali ke apartemen Bertran? Tapi, pria itu sendiri belum jelas kapan kembalinya. Kalau sudah begini, Jessica pun berencana untuk pergi ke sekolah saja lalu pas pulang baru kembali ke apartemen Bertran. Ia tidak sabar ingin melihat bagaimana ekspresi Bertran dan bagaimana kondisi Sabit Merah setelah semua penyerangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
حركة (أكشن)Jakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...