36

918 65 0
                                    

Sepanjang jalan, tak henti-hentinya Bertran menelan ludah dengan wajah berkeringat. Bukan tanpa alasan, meski baru saja diangkat menjadi salah satu komisaris di Tirai Naga, ia sekarang seakan-akan sudah menjadi tawanan perang. Di kiri dan kanannya siap sepasang ninja menodongkan pisau ke leher, sebagai panduan bagi Bertran untuk terus berjalan.

Ninja putih, yang dipanggil Shiro-san oleh rekan-rekan anak buahnya tampak berjalan lebih dulu di depan sebagai pemimpin. Tak ketinggalan, beberapa preman anggota geng Tirai Naga mengikuti di belakang. Mereka semua, termasuk Bertran sedang berada di villa Sabit Merah yang sekarang kosong. Anak buah Bertran yang berjaga di sana beberapanya mengikuti Bertran dan pindah ke Tirai Naga. Sedangkan yang lainnya lagi keluar dan mungkin menjadi preman secara solo atau membentuk geng baru.

"Begini cara kalian memperlakukan Komisaris kalian hah!?" Gerutu Bertran yang dipaksa untuk lanjut berjalan.

"Apa boleh buat. Isu ini sangat sensitif dan langsung datang dari Martin. Sudah tenang saja. Kalau memang tidak terbukti, toh lu tidak perlu takut, bukan?" Dennise, salah satu dari 4 komisaris Tirai Naga juga ikut andil serta dalam kegiatan ini. Ia ikut menemani karena memang kasus yang sedang ditangani ini sangat penting, melibatkan komisaris lain, yaitu Bertran. Dennise juga mendapat perintah langsung dari Martin, sehingga, meskipun ia malas, ia terpaksa untuk ikut dan memantau bagaimana kejadian di lapangan.

"Huaaah..." Dennise menguap-nguap.

"Tch!" Bertran mendesis. Tapi, ucapan Dennise benar juga. Buat apa dirinya takut? Sudah jelas, tuduhan yang dilancarkan kepadanya ini adalah tuduhan tak berdasar! Bertran juga berpikiran kalau ini semua hanyalah trik untuk menguji kesetiaannya. Mau bagaimana lagi? Dia adalah seorang pembelot. Meski benci mengakuinya, tapi Bertran sendiri sadar kalau wajar misalkan Tirai Naga waspada dan tidak langsung mempercayainya begitu saja. Meskipun dia sudah memberikan banyak informasi ke Tirai Naga untuk menumbangkan Sabit Merah sampai seperti ini.

Permata hitam kebanggan Tirai Naga ada di villa Sabit Merah. Kabar itu menjalar seperti burung. Internal Tirai Naga tidak ada yang tahu darimana asal kabar itu dimulai. Tapi, mereka yang memang belum henti-hentinya melakukan penyelidikan untuk mencari permata hitam itu akhirnya mendengar kabar itu dari desas-desus yang beredar. Dennise, sebagai komisaris yang memimpin pencarian permata hitam itu mendengar kabar ini dari anak buahnya, yang katanya juga mendengar kabar ini dari rumah bordil milik Tirai Naga.

Sebenarnya, kecurigaan Tirai Naga akan keberadaan harta karun mereka yang ada di Sabit Merah bukanlah hal baru. Sejak pertama hilang, jelas mereka menaruh curiga kepada Sabit Merah yang saat itu masih menjadi rekan mereka untuk menjaga pengangkutan harta karun mereka. Tapi, mereka tidak bisa melakukan penyelidikan karena Brandon menolak dan justru menuduh Tirai Naga balik telah menyabotase pengangkutan permata hitam itu, lalu memfitnah Sabit Merah untuk mencari alasan-alasan untuk bermasalah.

Lantas, semenjak Brandon ditangkap polisi, pergerakan Tirai Naga yang menyelidiki lokasi permata hitam itu pun serasa semakin bebas untuk menyelidiki Sabit Merah. Bukan hanya membebaskan Toto untuk dapat melapor ke polisi atas tindakan Brandon, tapi Tirai Naga juga melakukan pencarian terhadap permata hitam mereka di gudang Vlam tempo hari. Tapi, hasilnya yang nihil membuat mereka melanjutkan penyelidikan mereka hingga sampailah rumor-rumor tentang Villa Sabit Merah ini.

Mereka tahu, kalau Villa ini ada di bawah kendali dan kekuasaan Bertran. Sosok itu memang memegang beberapa wilayah dan aset Sabit Merah, seperti villa ini dan juga fight club. Karena alasan itulah, kecurigaan pun mendarat kepada sosok Bertran selaku pemegang Villa Sabit Merah ini. "Hmh!" Bertran mendengus kesal karena merasa ini hanyalah buang-buang waktu. Tentu saja karena ia yakin sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kasus hilangnya permata hitam milik Tirai Naga ini. "Silahkan saja cari sampai dapat! Sudah gue bilang, gue enggak tahu apa-apa tentang batu itu!"

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang