31

795 49 0
                                    

Badan Jessica remuk-remuk, tapi setelah tidur panjang ia merasa sedikit mendingan. Tubuhnya juga terasa menggigil, perutnya mual sehingga ia harus berlari keluar kamar mencari kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Dampak negatif dari narkoba yang dimasukkan ke dalam tubuhnya sangat jelas terasa, tapi setidaknya setelah tidur cukup lama, efek ketagihan dan telernya sedikit mereda.

"Ohok! Ohok! Ohok!" Bunyi muntah-muntah Jessica di kamar mandi, lantas menarik perhatian seseorang yang rupanya juga ada di sana. Toilet dan kamar mandi rumah bordil itu menjadi satu, tapi ada sebuah dinding sekat yang memisahkan antara toilet dan bak mandi besar di sebelah.

"Oh, lu sudah bangun?" Suara itu tidak asing. Jessica sempat sayup-sayup mendengarnya saat kesadarannya masih terombang-ambing. Sosok Alice yang sedang mandi di sebelah mengintip suara muntah-muntah Jessica. "Syukurlah, gue kira lu mati."

"Ada apa kak?" Dua wanita lain yang masih berbusa ikut mengintip ke kamar mandi. Rupanya Alice tidak sedang sendirian. "Siapa dia?"

"Dia anak baru. Oh iya, ayo sini! Kenalan dulu sama kita-kita sekalian mandi. Percaya sama gue, lu butuh mandi." Alice menjulurkan tangan, Jessica sempat ragu menerimanya. Tapi, setelah melihat senyuman Alice, Jessica pun jadi yakin untuk menerima ajakan itu.

Jessica pun melangkah ke dinding sebelah, di mana terletak sebuah bak mandi besar yang sepertinya memang dipakai untuk mandi bersama. Seperti yang sedang dilakukan Alice dan kedua wanita lain bersamanya. "Gue Alice, kali aja pas lu teler lu lupa sama gue." Alice memperkenalkan diri dan kemudian ia melebarkan tangan memperkenalkan dua wanita lain yang sedang mandi bersamanya itu, "Ini Iren dan yang ini Shopia." Iren dan Shopia sama-sama mengangguk bergantian memperkenalkan diri. "Nama lu siapa?"

"Fre..." Sesaat Jessica hendak menggunakan nama palsunya, ia melihat wajah-wajah Alice dan yang lainnya. Ia juga teringat akan kondisinya sekarang. Sudah percuma juga, gumam Jessica. "Jessica. Namaku Jessica..."

"Ooh Jessica." Alice dan yang lainnya mengangguk. "Lu pasti lelah dan merasa kotor kan? Rambut lu juga sudah mulai kusut. Percaya sama gue, memang rasanya kotor tapi mandi bisa sedikit membuat lu merasa lebih baik kok."

"Oh ya, karena lu anak baru belum boleh keluar beli barang sendiri, kalau lu mau, lu bisa pakai sabun sama shampoo kita-kita kok." Ucap Iren menimpali Alice.

Jessica masih bingung-bingung. Ia menatap Alice, Iren dan Shopia bergantian. Mereka jelas lebih tua dibandingkan dirinya. Mereka bertiga wanita berusia dua puluh tahunan akhir, bahkan mungkin Alice sudah menyentuh usia tiga puluh. Mandi bersama seperti ini... bak mandi umum, dan kamar-kamar tempat pelacuran membuat Jessica pusing dan bingung di mana ia saat ini. "Ini... di mana?" Tanya Jessica.

"Hah? Lu sudah di sini tapi enggak tahu ini tempat apaan?" Iren kaget keheranan tapi kemudian Alice merentangkan tangan, menyuruh Iren untun tidak terlalu meninggikan suara dan menekan Jessica yang jelas berkata apa adanya.

"Orang-orang menyebut ini Rumah Boneka. Salah satu rumah bordil milik Tirai Naga."

"Begitu..." Sebenarnya Jessica sudah memperkirakan di mana dirinya, tapi ia hanya butuh kejelasan. Setelah mendengar langsung dari mulut Alice, ia pun tak lagi penasaran. "Itu berarti... kalian..."

"Ya... Kami pelacur di sini." Sahut Alice menyipitkan mata, "Dan lu sendiri tahu artinya kan? Lu juga sama seperti kami di sini."

"Mmmm..." Jessica mengangguk mengerti. Begitu rupanya... Dengan pengaruh narkoba yang melemah membuat otak Jessica bisa berpikir jernih. Jessica telah dijadikan boneka penghibur untuk Tirai Naga, dan mengetahui Martin, sepertinya niatnya bukan hanya untuk itu. "Jadi... kita budak?"

"Bukan budak juga sih." Alice menyahut, "Kita diberi uang, diberi tempat tinggal, dan diberi jatah narkoba buat yang makai. Kita juga diberikan waktu break dan boleh jalan-jalan tergantung pelayanan kita. Ya... walaupun pas jalan-jalan disuruh pakai gelang pelacak sih."

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang