Raiden menatap kursi di sebelahnya. Kosong. Tidak ada yang mendudukinya. Sudah dua hari ini Jessica bolos sekolah dan tidak terlihat di mana-mana sama sekali. Terakhir kali Raiden melihat Jessica yaitu di gang sempit saat ia mengantar cewek itu untuk pulang ke apartemen Bertran. Setelah itu, Raiden selama dua hari ini tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar dari Jessica.
Raiden juga sempat mengunjungi rumah belanda kemarin, tapi sama saja, Jessica juga tidak ada di sana. Yang ada hanyalah Sendok, Garpu, dan Gaban yang sedang membersihkan mobil van dan persenjataan mereka. Selain mencari Jessica, Raiden juga ke sana untuk merawat motor ninja yang diberikan kepadanya, karena ia merasa bertanggung jawab sebagai 'racer'nya Batavia Roses.
"Jessica di mana? Kalian melihatnya?" Tanya Raiden ke Sendok dan Garpu.
"Tidak tahu. Sejak kemarin sehabis penyerangan, dia tidak ada ke sini. Bukannya sama lu terakhir kali?" Tanya Sendok balik ke Raiden.
"Ya... Kemarin, terakhir gue nganter dia ke Sunter sih Bang."
"Sunter? Ngapain dia?"
"Di situ rumah Bertran, anggota Sabit Merah. Katanya dia sekarang jadi pacar orang itu." Garpu pun menyahut memberitahu saudara kembarnya itu. "Ya palingan dia lagi ada sama orang itu sekarang."
"Tapi dia juga tidak masuk sekolah. Kalian tidak khawatir?" Mendapat pertanyaan dari Raiden, sontak si kembar saling tatap satu sama lain dan tersenyum bersama. Melihat mereka membuat Raiden justru semakin bertanya-tanya dan curiga kalau keduanya tidak khawatir sama sekali.
"Khawatir? Tentu saja. Kami semua di sini menyayangi Jessica. Tapi, kami juga percaya kalau dia mampu menjaga dirinya." Sendok mengangguk mantap, penuh keyakinan, seperti sosok seorang Kakak laki-laki yang bangga terhadap adik perempuannya. "Wohoho, apa jangan-jangan lu cemburu melihat Jessica ikut om-om haa?" Sendok menggoda Raiden.
"Bu- bukan begitu!" Seru Raiden. "Hanya saja... Apa dia sungguh tidak apa-apa melakukan itu semua? Maksudku... Dia menyakiti dirinya sendiri."
Garpu berdiri dan kemudian memberikan Raiden segelas air, yang memang pas sekali karena Raiden kehausan setelah membersihkan dan merawat motor barunya. "Jeje itu seperti kucing. Dia pergi ke sana ke mari sesuka hati. Aku juga sudah sering sekali mengomentari dan menasihati caranya itu... Tapi... Hah..." Garpu terlihat pasrah, tampaknya usahanya yang menasihati Jessica itu gagal total. "Dia akan melakukan apa pun demi menghancurkan Tirai Naga dan juga Sabit Merah. Apa pun... Sampai aku sendiri juga takut hal gila apa yang rela ia lakukan demi itu. Makanya," Garpu tersenyum menatap Raiden. "Aku merasa lega kalau kau juga ikut khawatir dan memikirkannya. Tapi melihat karakter dan tekad Jeje, tak ada yang bisa mengubah otaknya yang keras itu, makanya kita semua ya... Hanya bisa mendukungnya."
Raiden terdiam di kursinya. Ia melirik ke depan, saat ini Pak Ali sedang mengajar mereka. Pak Ali, selain wali kelas mereka, juga merupakan guru yang pertama kali mengantar Jessica ke kelas, Raiden ingat itu. Pak Ali pasti sudah mengenal Jessica yang memang sejatinya adalah siswi tua di sekolah.
Raiden penasaran, siapa Jessica ini. Sejak kemarin mengantarnya dan berpisah dengan Jessica, otak Raiden tak pernah berhenti-hentinya memikirkan hal itu. Lantas, orang yang mungkin bisa menjelaskan sedikit tentang siapa sosok Jessica adalah Pak Ali.
"Pak..." Raiden mendatangi Pak Ali setelah jam pelajaran beliau selesai. Kebetulan sekali, sekalian jam istirahat siang.
"Ya Raihan? Ada apa?"
"Bapak... Tahu sesuatu tentang Jessica?"
Pak Ali pun terdiam. Matanya lantas mengarah ke kursi Jessica yang sudah dua hari ini kosong. "Hah..." Sama seperti Garpu, nampaknya Pak Ali juga seakan memaklumi kelakuan Jessica yang tiba-tiba membolos sekolah berhari-hari tanpa keterangan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...