"Gue sekarang adalah Panglima sementara Sabit Merah!" Tentu saja itu sebuah kabar yang luar biasa. Batavia Roses yang mendengar itu pasti akan heboh, terutama Raiden, Jessica ingin sekali mengatakan informasi ini kepada mereka semua. Tapi, justru karena posisi barunya itu, Jessica jadi takut bergerak. Ia takut, kalau ia dibuntuti Jenderal-jenderal Sabit Merah atau orang lain, baik yang berniat baik atau buruk. Justru dengan posisinya sebagai Panglima Sabit Merah, ia harus merendah, dan tidak bisa sembarangan pergi ke rumah belanda.
Tapi, meski begitu, menjadi Panglima Sabit Merah walau sementara ini benar-benar akan dimanfaatkan oleh Jessica semaksimal mungkin. Apa pun privilege dan keuntungan yang ia dapat harus ia maksimalkan, karena memang waktunya terbatas. Jika Brandon sembuh maka posisinya ini akan diambil kembali. Karena itu, Jessica bertekad jika ia tidak bisa menceritakan soal hal ini ke rekan-rekannya di Batavia Roses untuk menyusun rencana selanjutnya, maka ia akan bertindak sendiri saja terlebih dahulu.
"Hai Kak!" Jessica masuk ke dalam kamar rawat Brandon, "Aku bawa makanan, hehe..." Ucap Jessica menampilkan kantong plastik yang ia bawa. Brandon pun hanya tersenyum melihat itu, nampaknya tidak terlalu tertarik dengan apa yang dibawa Jessica, tapi lebih peduli bahwa sekarang Jessica kembali.
Kamar Brandon kosong, tidak ada pengunjung. Di sana hanya ada Brandon dan Jessica berduaan. Jam besuk sudah berakhir tepat di saat Jessica datang, walau mungkin, jika Jenderal Sabit Merah yang datang bakal diperbolehkan lewat saja oleh petugas keamanan. "Maaf lama Kak."
"Ya tak apa." Sahut Brandon. "Memangnya kau habis darimana?"
Sambil menyusun dan menyiapkan makanan yang sudah dibelinya, Jessica pun memikirkan jawaban yang paling cocok untuk pertanyaan itu. Percuma berbohong, karena pasti akan ketahuan, dan apabila ketahuan pasti akibatnya fatal. "Aku habis ikut Bang Vlam menginterogasi si ketua Hyena Hitam, Kak." Sahut Jessica tersenyum. "Agak dadakan juga soalnya, dan aku... karena tidak punya Hp jadi enggak bisa ngabarin Kakak, hehe. Maaf!" Dan tentu saja Jessica harus tetap mengatur alibi, agar niatnya yang ingin mengorek informasi ini tertutupi.
"Kau meninggalkanku sendirian di sini selama ini, kau tahu itu?" Suara Brandon yang dingin seakan menusuk masuk ke semua pori-pori Jessica.
"M- maaf Kak!"
"Hahaha!" Tapi kemudian Brandon tertawa kecil, "Yah sudahlah. Lagipula selama kau pergi, aku juga tidur seharian. Dokter di sini adalah kenalan Sabit Merah yang sudah biasa merawatku kalau aku terluka. Jadi memang biasanya aku selalu sendiri di sini."
Jessica menatap Brandon tidak percaya. "Kakak sering terluka?"
"Ya. Kau pikir aku manusia super?" Di saat itu, mata Jessica melirik tubuh Brandon. Ternyata memang ada bekas-bekas luka yang jadi tersamarkan karena tato-tato Brandon. "Jadi, hari ini kau sudah langsung menjalankan tugasmu sebagai penggantiku?"
"Iya Kak, hehe." Jessica menggaruk pipi. Ia duduk di samping Brandon dan kemudian siap dengan makan malam untuk kekasihnya itu.
"Bagaimana? Ada masalah? Apa mereka semua mematuhimu?"
"Ya... dibilang mematuhi sih kayaknya iya Kak. Tapi sepertinya mereka tidak terima saja aku yang Kakak tunjuk jadi Panglima sementara. Eh! Tapi, memangnya kenapa aku yang ditunjuk sih Kak!?"
Brandon tersenyum dan memanggil Jessica untuk mendekat, "Aku punya satu permintaan." Ucap Brandon menarik dagu Jessica, "Kau bilang ada pengkhianat di Sabit Merah bukan? Karena itu, aku ingin kau menyelidiki siapa itu."
"A- A..." Bibir Jessica tercekat. "Ta- tapi aku... Tapi aku..."
"Tidak mengatakan benar-benar ada pengkhianat di Sabit Merah, itu yang mau kau katakan?" Brandon seakan mampu menebak pikiran Jessica. "Jangan khawatir. Kalau memang tidak ada pengkhianat, ya sudah, justru bagus. Yang penting, kau coba selidiki terlebih dahulu, siapa di antara Jenderalku yang mencurigakan, lalu laporkan padaku. Kau mengerti?" Sepasang kekasih itu saling tatap. Brandon tidak akan menerima adanya kata penolakan dari tatapan pria itu. Jessica pun menganggukinya sambil menelan ludah dan menunduk, untuk menyembunyikan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...