2

3.7K 147 0
                                    

"Hei! Ayolah! Jangan cuekin gue begitu! Gue sudah jauh-jauh dan capek-capek datang ke sekolah lagi cuma buat ngerekrut lu!" Bisik Jessica yang tidak mau menarik perhatian Pak Ali di depan.

"Tidak." Namun, jawaban singkat itu didapat Jessica yang sontak membuatnya geleng-geleng kepala.

"Kenapa!? Lu enggak tau orang dengan bakat balapan kayak elu ini jadi rebutan!? Gara-gara aksi lu malam tadi ngerebut gelar Raja Malam dari si Uka, gue yakin baik Tirai Naga dan Sabit Merah pada heboh nyariin lu!"

Lagi dan lagi, ucapan Jessica semakin membuat cowok teman sebangkunya itu penasaran. Siapa cewek ini? Ada perlu apa dia? Kenapa dia tahu banyak hal tentang dunia gelap Jakarta? Dan... Apa maksud celotehan Jessica yang ingin merekrut dirinya ke anggota Geng Jessica ini?

"Raihan, Jessica? Bisa pelankan suaranya?" Tegur Pak Ali pelan yang sepertinya sedang berada dalam mood baik. Mungkin karena Jessica yang kembali hadir di sekolah.

"Iya Pak." Jawab Jessica.

"Jangan bicara hal begituan di kelas bodoh."

"Ahaha..." Jessica tertawa menggaruk kepala. "Hmm?" Ia kemudian melihat bordiran nama si Raja Malam. "Raihan Denny huh..."

Karena berbicara soal dunia gelap Jakarta saat kelas berlangsung terlalu berisiko serta tidak bebas, Jessica pun memilih diam sampai akhirnya jam pulang sekolah dibunyikan. Jessica pun membuntuti si Raja Malam ke parkiran, dan di sana Jessia sebenarnya sudah menanti untuk melihat motor biru yang kemarin malam membuat heboh orang-orang, tapi si Raihan rupanya malah membawa sebuah sepeda motor butut astrea yang entah umurnya berapa. Membuatnya menyala saja Raihan tampak kesusahan dan harus berjongkok dulu di depan mesin, mengakali sesuatu yang tidak dimengerti Jessica.

"Oi..."

"Kan gue sudah nolak tawaran lu, ngapain lu masih ngebuntutin gue?" Tanya Raihan ketus.

"Raihan Denny... Oke! Mulai sekarang panggilanmu Raiden!"

"Hah?"

"Raiden itu artinya dewa petir! Cocokkan buat lu? Hehe..."

"Terserah lu. Jangan ganggu gua, pergi sana!"

"He- hei! Songong amat! Begini-begini, gue ini senior lu!" Ucap Jessica sembari melipat tangan di depan dada.

"Senior? Lu ngomong apaan? Kita kan sekelas. Bego." Raiden, julukan itu sebenarnya dirasa Raihan cukup keren juga. Ia sudah terbayang untuk ikut balap liar lagi dan memberikan nama Raiden itu sebagai nama panggungnya. Tapi, Jessica ini benar-benar mengganggu. Sosok cewek yang keponya minta ampun sampai dekat-dekat ingin melihat Raiden membenarkan mesin itu mengganggu konsentrasi sampai-sampai Raiden bingung ia harus melakukan apa agar motor tuanya mampu menyala. "Pergi sana!"

"Begini-begini umur gue sudah dua puluh tahun!"

Raiden pun menatap Jessica. Ia tidak percaya karena memang muka Jessica terlihat polos seperti remaja. "Gue cuti sekolah sudah hampir tiga tahunan, jadi biar kita sekelaspun gue ini senior lu!"

"Yayaya. Mau senior mau apa, gue enggak ada urusan sama lu. Jangan ganggu gue!"

"Nnghhh!" Jessica mengepalkan tangan erat. "Ayo gabung ke Geng gueeeeeee!" Jessica merengek-rengek dan menarik-narik tangan Raiden.

"Apa sih!?" Kesabaran Raiden akhirnya sampai di ujung tanduk. Bukan hanya motornya tak mau hidup, si Jessica yang merengek-rengek semakin membuat telinganya meradang. "Gua enggak tertarik join geng apa pun!"

"Terus lu ngapain ikut balapan malam tadi? Duit? Lu langsung pulang habis menang. Kalau bukan cari nama buat dilirik jadi anggota geng buat apa?"

"Gue ikut karena gue cuman senang balapan. Gue enggak tertarik berurusan sama geng mana pun! Tch!" Raiden mendesis. "Apalagi lu Tirai Naga."

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang