35

786 65 1
                                    

Rencana pembebasan Brandon berjalan lancar. Jessica dan Brandon keluar melalui pintu belakang sesuai informasi Panda. Di sana, mobil van yang dikemudikan Comcom dan Gaban sudah siap menjemput dan mereka pun segera pergi dari sana.

"Siapa mereka?" Tanya Brandon yang tentu saja penasaran.

"Mereka anggota Sabit Merah yang baru kurekrut Kak! Namanya Comcom dan Gaban! Karena Sabit Merah hampir hancur sepenuhnya, makanya aku ngerekrut anggota baru yang bisa kupercaya!" Comcom dan Gaban pun bergantian menyapa Brandon memperkenalkan diri. "Nah sekarang... Kita kabur ke mana Kak?"

"Kau menjemputku tapi tidak tahu mau membawaku ke mana?"

"Ehehe... Ya... Aku tidak tahu tempat aman dari polisi sih Kak. Apalagi Kakak buronan kelas kakap. Aku bingung kita mesti sembunyi di mana. Aku cuma kepikiran cara membebaskan Kakak aja!"

Brandon tersenyum lalu mencubit pipi Jessica gemas. Ia senang sekali, sungguh, tak menyangka wanita yang ia pilih sebagai kekasih ini mampu membebaskannya seperti ini. "Kalau tempat aman..." Brandon tahu di mana, hanya saja, ia melihat-lihat kondisinya sekarang. Rumahnya itu adalah lokasi paling rahasia yang ia jaga mati-matian. Jessica saja ke sana ia buat pingsan terlebih dahulu. Tapi, keadaan memang sudah mendesak. "Ya sudah. Ini karena aku percaya denganmu. Ayo kita ke rumahku. Di sana aman. Polisi tidak ada yang tahu lokasinya. Tapi, anak buahmu ini bisa dipercaya, kan?" Bisik Brandon.

"Bisa Kak, tenang saja."

"Oke." Brandon mengangguk lalu kemudian memberi petunjuk jalan kepada Comcom yang sedang menyupir. Dari kaca spion yang menghadap ke belakang, mata Comcom pun bertemu dengan mata Jessica. Keduanya sama-sama tersenyum sekilas sebelum akhirnya Brandon memeluk Jessica erat lagi.

Baru ini Jessica melihat langsung arah jalan menuju rumah Brandon. Rupanya, memang melewati jalanan besar lalu kemudian jalanan besar itu makin lama mengecil sampai jadi jalan satu arah saja. Sebelumnya, ada pintu gerbang yang menjadi akses masuk ke dalam kawasan seperti hutan lindung dalam kota ini. Perjalanannya juga jauh, sehingga Jessica merasa kalau mereka sudah meninggalkan Jakarta, dan ada di suatu daerah yang tidak diketahui Jessica.

Lantas, mobil van pun berhenti di depan sebuah pagar menjulang lagi yang kali ini dijaga oleh orang-orang bersenjata. Mereka menyuruh Comcom memutar balik sambil mengancam dengan menodongkan senjata. Tak ada keraguan. Pelatuk sepertinya tanpa ragu akan ditarik untuk melesatkan peluru ke mobil van asing yang tiba-tiba masuk ke wilayah ini. Untungnya, Brandon turun dan mengajak Jessica ikut bersama. "T- tuan Brandon!?" Para orang bersenjata yang berjaga itu pun langsung mengerti dan menurunkan senjata mereka.

"Oh iya..." Brandon teringat sesuatu lalu pergi ke jendela untuk berbicara ke Comcom, "Beritahu Pepeng dan yang lainnya untuk berkumpul di sini. Kalian sudah tahu jalannya bukan?"

"Iya Tuan!" Jawab Comcom yang kemudian lanjut menjalankan perintah Brandon.

Berikutnya, Brandon masuk melalui pintu pagar besi sambil merangkul Jessica. Tak ada perbedaan dibanding ingatan Jessica yang terdahulu sewaktu ia ke sini. Masih sama. Sepertinya di rumah ini ada orang-orang yang memang dipekerjakan untuk merawatnya. Pelayan-pelayan dan juga penjaga seperti orang yang di depan pintu gerbang tadi.

"Aku benar-benar lega, punya kekasih sepertimu. Kau benar-benar wanita yang dapat diandalkan," gumam Brandon sambil tersenyum menatap Jessica. Pria yang baru lolos dari penjara itu tak dapat menahan hasratnya dan rasa kegemasannya melihat Jessica. Ia menarik Jessica semakin erat dalam dekapannya lalu menciumi Jessica bertubi-tubi.

"Ehehe..." Jessica juga menyambutnya dengan baik, dan membalas ciuman Brandon dengan lebih menggebu-gebu. "Kyah!" Jerit Jessica mendapati tangan Brandon yang nakal datang meremas pantatnya begitu kuat.

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang