"Jangan kabur kau!" Teriakan Raiden tidak direspon Dennise. Pria itu tahu keadaan sudah buruk bagi dirinya untuk tinggal di sana. Pasukannya sudah habis dibantai Brandon, dan fakta bala bantuan belum datang berarti ada yang terjadi diluar hotel. Benar saja, ketika ia melihat ke bawah melalui jendela, bala bantuan kuroco Tirai Naga dihadang oleh Uka. Akibat keributan di bawah sana, penghuni hotel serta staff hotel juga berlarian kabur karena takut terkena imbas tawuran itu. Bukan tidak mungkin, sebentar lagi polisi juga tiba dan hanya akan memperumit suasana. Apa pun itu, ia harus kabur!
"WOI!" Tapi, teriakan Raiden di belakangnya sungguh mengganggu.
Dennise pun melancarkan tembakan ke arah Raiden yang terus mengejarnya tanpa henti ke tangga darurat. Sudut yang berbeda sungguh membuat Raiden beruntung masih sempat menghindar. Keadaan Dennise yang panik serta ngos-ngosan sehabis berlari juga menjadi faktor peluru yang dilesatkannya mengenai besi pegangan tangga. "Tch!" Raiden pun sadar ia tidak bisa gegabah. Kemunculannya secara terang-terangan hanya akan menjadikannya target yang mudah untuk ditembak.
Ia harus tenang. Mengatur nafas lalu lanjut mengejar Dennise. Penuh kehati-hatian karena Raiden juga tak tahu kapan Dennise akan menembaknya lagi. Dan benar saja, "Ughh!" Tiba-tiba, Dennise berhenti berlari, sengaja menghadang Raiden untuk menembak. Raiden yang terlambat bereaksi terpaksa harus merelakan kakinya menjadi sarang peluru.
Awalnya, Dennise berniat menembak kepala Raiden untuk sekalian saja menewaskan remaja itu. Tapi, ia sadar sudah dikejar waktu. Yang penting sekarang, kaki Raiden yang telah terkena peluru pasti membuat Raiden tidak dapat mengejarnya lagi. Akhirnya, Dennise pun lanjut kabur dari sana.
"Tidak! Ugghhh!" Raiden yang berusaha mengejar mendapat sengatan rasa sakit. Dia tahu, dengan kondisinya sekarang, ia tidak akan bisa mengejar Dennise. Pilihannya hanyalah membunuh Dennise sekarang atau ia akan kehilangan Dennise dan membuat senya ini menjadi sia-sia.
Dia tidak pernah membunuh seseorang. Perkara membunuh seseorang bukanlah hal yang mudah. Nafas Raiden sampai menggebu-gebu. Matanya terpejam. Apa yang dia ragukan? Dia sudah sejauh ini demi membalaskan dendam atas perlakuan ke Kakeknya bukan!? Targetnya semakin jauh jika ia berdiam diri seperti ini. Apa ia akan membiarkan semua berakhir sia-sia seperti ini karena keragu-raguannya!?
"Uuughhh!" Raiden kemudian memaksa otot-otot kaki yang pincang itu untuk berdiri. Dia tidak akan bisa mengejar walaupun memaksa untuk berlari, kecepatannya pasti akan kalah! Karena itu, Raiden mengerahkan semua kekuatannya dalam satu lompatan. Ia melompat ke tangga beberapa lantai di bawah.
Aksi Raiden yang tiba-tiba itu membuat Dennise kaget dan tidak sempat bereaksi. Tepat ketika bahu Raiden sampai membentur lantai, tangannya yang sudah lebih dahulu mengarahkan pistol di tangannya kemudian sontak menarik pelatuk. Bunyi ledakan peluru yang melesat terdengar, dan benda kecil mematikan itu pun menembus masuk ke perut Dennise.
Tubuh sosok komisaris Tirai Naga itu berguncang terkena hantaman peluru. Namun, peluru yang bersarang di perutnya ini belum mampu membuatnya tumbang sepenuhnya. Ketika ia hendak lanjut memaksa diri berlari sambil menutupi perutnya yang bocor, Raiden tidak tinggal diam. Raiden melesatkan tembakan susulan berkali-kali mengenai punggung Dennise, hingga akhirnya, sosok komisaris Tirai Naga itu jatuh terguling di tangga.
"Hah... Hah..." Raiden yang ngos-ngosan menahan rasa sakit mencoba bangkit dan mengintip. Sosok Dennise ada di lantai, tergeletak tak bergerak bersimbah darah. Tak ada tanda-tanda pergerakan apa pun setelah ditunggu Raiden selama beberapa menit yang ingin memastikan apakah Dennise sudah tamat atau tidak. Lantas, ketika Dennise memang tidak bergerak sama sekali, Raiden yang lelah serta tak tahan lagi menahan rasa sakitnya membaringkan diri sejenak.
Di lorong hotel, beberapa saat setelah Raiden mengejar Dennise, giliran Jessica yang mengejar Martin. "WOI!" Seru Jessica sekuat tenaga sampai suaranya serak. Beberbeda dengan Dennise yang langsung ke tangga darurat, Martin yang dibantu Ninja pengawalnya itu lari ke lift khusus eksekutif Tirai Naga. Tapi, sesuai dengan dugaan Dennise, lift tersebut sudah tidak berfungsi karena sebelum ia hendak ke sana, ia melihat lampu penunjuk lantainya telah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...