30

836 48 0
                                    

"Hahahahaha!"

Suara tawa itu dapat didengar Jessica dengan jelas walau asalnya dari luar kamar. Aroma asap rokok yang pekat memenuhi seisi kamar tidurnya, bukannya menghilang, tapi justru semakin berkumpul memadat karena tak ada jendela. Dirinya saat ini terbaring tak berdaya di atas kasur. Kasur yang seharusnya tempat ternyaman dan teraman untuknya, tapi sekarang... Tidak. Dia tidak menyukai ini.

Ketidakberdayaan. Putus asa. Hilang harapan. Pasrah menerima tindakan brengsek mereka semua sejak dua hari yang lalu mengingatkan Jessica akan masa lampau. Masa di mana ia dulu juga diperlakukan seperti ini. Dihinakan, dan dilempar ke sana ke mari seperti boneka tanpa jiwa dan tak mempunyai perasaan.

Pintu terbuka, "Hahaha!" Membuat tawa dari luar sekilas terdengar lebih keras. Seorang pria anggota Tirai Naga masuk lalu mematikan rokoknya. Ia berdiam diri sejenak memandangi Jessica yang terbaring tak berdaya di atas kasur. Setelah ia datang mendekat lalu melihat sekujur tubuh Jessica yang dibiarkan terbuka, ia pun terkekeh seperti iblis lalu menurunkan celananya.

"Hmmm? Oi!" Anggota Tirai Naga itu menepuk-nepuk pipi Jessica, tapi Jessica tidak merespon apa-apa. Tatapan Jessica kosong. Tentu saja ia ingin menampar lalu menendang pria ini, lalu setelahnya kabur. Tapi, dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. "Hahaha! Bagaimana rasanya cantik? Ngefly terus digenjot? Hmm? Enak!? Hahaha!"

Mata Jessica yang terbaring miring menatap sebuah jarum suntik yang terletak persis ada di sebelah kasur. Bubuk-bubuk putih di sekitarnya juga terlihat bertebaran. Narkoba, entah jenis apa. Barang itu dimasukkan ke dalam aliran darah tubuh Jessica setelah Jessica dihabisi di klub milik Martin tempo hari.

Sebagaimana benda terlarang berefek ketergantungan, tubuh Jessica mulai kejang-kejang jika ia tidak segera mendapatkan suntikan barang itu. Sepertinya, ini adalah tindakan yang merupakan ide Martin untuk mencegah Jessica bisa pergi ke mana-mana. Seperti obat bius, Jessica dibuat teler hampir setiap saat sampai-sampai tubuhnya terasa mati rasa dan sudah seperti boneka.

Taktik busuk itu berhasil membuat Jessica lumpuh. Jangankan berpikir untuk kabur, menggerakkan jemari saja dirinya tak mampu melakukannya. Lalu, keadaan ini menjadi lebih buruk karena pengaruh obat terlarang itu justru membuat Jessica semakin menikmati setiap persetubuhan yang ia lakukan. Sebuah perasaan yang ingin meledak, ingin mengoyak-ngoyak apa yang ada bentrok dengan perasaan nikmat yang sejatinya membuat Jessica sendiri jijik dan geram.

"Mmmhhh..." Ia pun tak bisa melakukan banyak hal selain menutup mulut rapat-rapat, untuk tidak menunjukkan rasa apa pun, karena ketika ia menunjukkannya, itu justru membuat Tirai Naga brengsek ini merasa menang.

Satu hal yang dinanti Jessica adalah ketika pria yang masuk ke kamarnya ini sudah selesai dan meninggalkannya sendirian. Ia hanya bisa berharap hal itu selesai dengan tidak menodai dirinya lebih lanjut lagi untuk menerima cairan orang brengsek masuk ke dalam tubuhnya.

Nafasnya terengah-engah dan tubuhnya berkeringat. Putingnya terasa sedikit nyeri karena sudah digigit terlalu keras oleh beberapa orang bergantian. Namun sekarang, gempuran itu sedang berhenti, memberi waktu bagi Jessica untuk mengambil nafas sejenak. Entah apa yang terjadi, tapi dari luar kamarnya Jessica juga tidak mendengar ada apa-apa. Sepertinya semua anggota Tirai Naga anak buah Martin yang datang sudah selesai dan memutuskan untuk pergi.

"Nnghhh..." Jessica pun memaksa diri untuk bangkit. Wajahnya menunduk dan rambutnya yang kusut harus ia singkirkan dari menghalangi pandangan. Menjijikkan. Perutnya terlihat mengkilau penuh bekas cairan orang-orang brengsek itu sebagai tempat pembuangan mereka. "Bangs*t!" Umpat Jessica yang tak menemukan tissue lalu terpaksa memakai bantal untuk membersihkan diri.

Setelahnya, Jessica berusaha bangkit dan berjalan menuju pintu, tapi, Bruk! Tubuhnya terjatuh. Kesadarannya masih sempoyongan. Tak peduli betapa kerasnya ia melawan, pengaruh narkoba yang disuntikkan ke tubuhnya itu masih begitu kuat. Kakinya masih lemas. Tapi, Jessica masih belum menyerah dengan keadaan. Ia memaksa menyeret diri sampai akhirnya ia mampu menggapai gagang pintu.

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang