"Hei..." Raiden memanggil Jessica yang turun dari motornya. "Hati-hati," ucap Raiden.
"Hehe, iyaaaa!" Jessica menyahut itu dengan senyuman hangat.
Malam hampir tiba, sebenarnya karena sekarang Jessica tidak tinggal dengan Bertran, jadinya dia bisa pulang seenak hati. Berpacaran dengan Brandon yang tidak tinggal serumah dengannya memberikan waktu bagi Jessica untuk berleha-leha, bisa pulang kapan saja. Toh, dia diberikan sebuah apartemen untuk ditinggali sendiri, bukan? Paling-paling Brandon akan mengajaknya setiap akhir pekan untuk menghabiskan waktu berdua. Tapi, karena masih belum paham situasi, Jessica hari ini belum berani pulang terlalu larut. Lagipula dia juga harus mencari di mana apartemen yang diberikan Brandon.
"Hmmmm..."
Jessica mengikuti nomor kamar yang ada di gantungan kunci. Apartemen pemberian Brandon ini ada satu gedung dengan apartemen Bertran, hanya saja berbeda satu lantai. Malah kalau dipikir, apartemen Brandon ini persis ada di bawah apartemen Bertran.
Begitu pintu dibuka, terlihatlah sebuah apartemen yang cukup luas. Ada dua kamar, dilengkapi dapur, ruang bersantai di tengah, dan juga furniture futuristik. Tv besar tipis menempel di dinding seperti bioskop pribadi. Alat olahraga kecil juga tersedia. Benar-benar lengkap, dan Jessica tinggal tidur dan hidup di sana saja.
"Huaaahhhh..." Setelah capek seharian, dan karena memang jarang-jarang memiliki waktu sendirian seperti ini akhir-akhir ini, Jessica lantas membanting diri ke kasur. Empuk. Masih baru. Layaknya hotel bintang 5, sepertinya baru disiapkan karena tahu Jessica bakal tinggal di sini. "Hmm... Kalau sendiri begini apa kalau sekali-sekali kuajak yang lain main ke sini ya? Hihi..."
Mata terpejam dan Jessica larut dalam tidurnya. Namun, selang beberapa jam ketika hari sudah memasuki pertengahan malam, pintu apartemen terbuka. Sebuah sosok masuk ke dalam dan kemudian melihat Jessica yang sedang terbaring pulas. "Mmmhhhh..." Jessica mendengar itu. Mungkin instingnya sebagai manusia mendengar bunyi-bunyi halus dan nafas dari sosok yang masuk sembarangan dan menontonnya tidur, sehingga kesadaran Jessica perlahan kembali. "Mmmhhh... Kak Brandon?" Gumam Jessica karena memang hanya Brandonlah satu-satunya orang yang menurut Jessica masuk akal dapat masuk ke apartemen ini, padahal Jessica sudah menguncinya. "Huh!? Kau siapa!?"
Jessica yang baru bangun tidur itu mengucek mata agar bisa melihat dengan jelas. Gelap menjadi kabur seperti kabut, dan akhirnya pandangan Jessica dapat melihat bahwa sosok yang sedang menontonnya itu ternyata adalah Vlam. "M- Mau apa Abang ke sini!?"
"Hehe..." Vlam terkekeh memperlihatkan senyuman licik. Ia kemudian menghidupkan sebatang rokok lalu melempar rokok itu beserta pemantiknya ke Jessica, seakan menawari Jessica untuk ikut merokok bersamanya. "Gue ingin bicara dengan lu."
Jessica terdiam menarik selimut guna menutupi diri. Matanya bertatapan dengan sosok Vlam dalam adu tatap yang intens selama beberapa menit. Jelas saja Jessica sedikit kesal karena pria itu tiba-tiba masuk ke kamar dan menontonnya tidur entah sudah berapa lama. Tapi, kalau Vlam berniat buruk, sejatinya sudah daritadi Jenderal Sabit Merah itu mampu melakukannya. Akhirnya, Jessica pun berusaha untuk tenang dan melihat apa mau Vlam ke kamarnya malam-malam begini.
"Bicara apa?" Tanya Jessica sambil menghidupkan rokok pemberian Vlam.
"Gue dengar lu sudah menjadi pacar si Brandon. Benar?"
"Ya. Memangnya kenapa Bang?"
"Hahaha! Tidak, hanya saja ini menjadi sedikit merepotkan."
"Apanya?"
"Tidak apa-apa." Vlam kemudian berdiri dengan menghisap sebatang rokok di tangannya. "Ayo ikut gue, Brandon memanggil lu."
"Ikut?" Jessica melihat ke jam dinding, sekarang menunjukkan pukul 1 dini hari. "Ke mana Bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
AksiJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...