"Mmmhhhh..." Jessica membuka mata. Langit-langit putih bersih menyambutnya. Namun, langit-langit itu asing, dia tidak pernah melihat itu sebelumnya. Ini bukan rumah belanda. Ini juga bukan apartemen Bertran, apalagi rumah Jessica itu sendiri. Ia pun melihat ke sekeliling. Ini semua benar-benar asing. Ia ada di kamar yang tidak pernah ia kenal.
Kamar itu berukuran besar. Bahkan hampir sebesar rumah Jessica. Kasur yang ia rebahi juga berukuran besar. Nuansa putih melekat, dan di samping terbuka sebuah pintu lebar yang menghubungkan ke balkoni dengan pemandangan taman hijau indah. "Ini... di mana?"
Jessica pun bangkit duduk. "Eh?" Ia masih berseragam sekolah, hanya saja sedikit kumal karena mungkin dipakai tidur. Dan kemudian, ia pun ingat apa yang telah terjadi. "Brandon!" Benar. Terakhir, sebelum kesadarannya hilang, dia dibuat pingsan oleh pukulan telak Brandon di lehernya. Jessica pun memegang lehernya dan memang masih terasa sedikit nyeri berdenyut.
Apa rumah mewah ini rumah Brandon? Jessica lantas tidak mau berdiam diri. Ia mencoba membuka pintu kamar, tapi semua terkunci. Mendapati itu, ia lantas pergi ke balkoni dan melihat untuk pertama kalinya halaman yang begitu luas dari rumah Brandon yang nampak seperti istana. Mobil-mobil mewah terparkir berjejer di bawah atap garasi yang sepertinya bukanlah milik orang yang datang berkunjung, melainkan milik Brandon. Lalu pertanyaannya, di mana sosok Brandon ini? Dan... Jessica ada di mana!?
Benar ia memang ada di sebuah rumah, tapi kejelasan tentang ini rumah siapa masih menjadi pertanyaan. Belum lagi soal lokasinya. Bagaimana kalau misalkan tiba-tiba ia ada di luar negeri!? Tapi... Melihat iklimnya, sepertinya ia masih ada di dekat Jakarta.
"Ngghh!" Tak mau terjebak seperti tikus dalam perangkap, Jessica nekat keluar dari balkoni lalu terjun ke bawah. Kamarnya tadi ada di lantai dua. "Awwww!" Rintih Jessica yang masih bisa mendarat minim cedera karena ia bisa berguling untuk meminimalisirnya. Begitu ada di halaman, Jessica pun melihat sekeliling mencari pintu gerbang keluar dan juga ingin memastikan di rumah seperti apa dia sedang ditahan.
Rumah itu ternyata dikelilingi pagar menjulang tinggi dengan pintu gerbang dari besi yang sedang tertutup. Saat di halaman itu juga Jessica melihat sebuah kolam sebesar danau yang di sekitarnya banyak kuda berkeliaran. Bukan, ini bukan habitat kuda. Pastilah kuda itu ada di sana sebagai peliharaan. Hal ini semakin membuat Jessica penasaran.
Namun, pintu utama untuk masuk ke rumah mewah itu terbuka seakan mengundang Jessica untuk masuk ke dalam dan melihat-lihat sekaligus mencari tahu. Tentu saja Jessica menuruti hasratnya itu. Ia pun melangkah ke dalam. Perabotan mewah langsung menyambut, terbuat dari kayu mengkilap yang kontras dengan nuansa dinding rumah yang serba putih. Benar-benar terlihat mewah.
Jessica lantas melihat sebuah lukisan besar beraliran realisme akan dua buah sosok yang ada di ruang tamu. Sosok anak laki-laki kecil yang ada di bawah naungan yang sepertinya adalah Sang Ayah. Jessica menyipitkan mata dan melihat ada sebuah anting tak asing yang dipakai anak laki-laki itu. Anting balok bermotif harimau. "Ini... Bang Brandon?" Kalau itu Brandon, lantas siapa pria lain di lukisan itu? Wajahnya seperti tertutup bayangan hingga mata dan hidungnya tidak terlihat jelas, bisa jadi juga mungkin karena lukisan itu sudah rusak. Tapi, kalau memang anak kecil itu Brandon, Jessica pun mengira-ngira kalau sosok pria dewasa di lukisan itu pastilah Ayah angkat Brandon, yang dengan kata lain adalah Ketua Sabit Merah!
"Yo, kau menyukai rumah ini?"
"Kyah!" Jessica dibuat kaget dengan tepukan tangan di pundaknya yang datang tiba-tiba. Begitu berbalik, ternyata yang menyapanya adalah Brandon. "B- bang!?"
"Hmm... Aneh. Kenapa kau bisa keluar? Aku ingat kamarmu kukunci."
Jessica bergumam sejenak menghisap bibirnya, "A- aku lompat dari balkoni."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...