"Kan sudah kubilang, masih ada dua anggota Batavia Roses yang belum lu temuin, hehe!"
Jessica, Raiden dan Gaban menaiki mobil hatchback bekas sebagai kendaraan operasional ketiga yang dimiliki Batavia Roses. Sejauh ini mereka punya tiga kendaraan, pertama motor ninja untuk Raiden, kedua mobil van modifikasi yang dipakai untuk penyerangan, dan terakhir untuk urusan biasa dan penyamaran seperti ini, mereka memiliki mobil hatchback dengan jenis Honda Jazz keluaran 10 tahun yang lalu. Warnanya hitam, tidak ada tambahan embel-embel apapun agar tidak mudah dicirikan. Kalau pergi bersama seperti ini, tentu saja bodoh namanya kalau menaiki mobil van yang dipakai untuk melakukan penyerangan.
"Oh iya, benar juga." Raiden sampai kelupaan, tapi hari ini ia ingat akan ucapan Jessica di hari pertamanya bergabung itu. "Lalu yang akan kita temui sekarang siapa?"
"Namanya ..." Jessica menunduk sejenak yang sepertinya memikirkan nama julukan untuk krunya yang satu itu, "Panda. Ya! Namanya Panda!"
"Panda huh, lagi-lagi julukan aneh." Raiden menghembuskan nafas saja mencoba memaklumi kelakukan Jessica yang rebahan di kursi belakang. "Terus ngapain kita bertemu dia?"
"Panda itu seorang polisi."
"A- apa!? P- polisi!? Tapi... Bagaimana bisa!?" Raiden yang kaget sampai tersedak, "Bagaimana bisa seorang polisi bergabung jadi anggota gangster seperti kita!?"
"Hehehe... Ceritanya panjang, tapi kami sudah menyepakati beberapa hal. Musuh dari musuh kita adalah teman, bukan begitu? Panda juga ingin menghancurkan Tirai Naga dan Sabit Merah makanya dia membantu kita!"
Raiden menyender di kursi memikirkan ucapan Jessica. Memang benar. Musuh dari musuh kita adalah teman, orang yang ingin menghancurkan Tirai Naga dan Sabit Merah adalah teman, terlepas mereka bergabung ke Batavi Roses atau bukan. "Oh ya, Bang Gaban sebelumnya pernah ketemu sama si Panda ini?" Tanya Raiden ke Gaban yang sedang menyupir.
Gaban, pria berwajah sangar itu tidak menjawab apa-apa, ia hanya menatap Raiden dalam diam. "O- oke..." Raiden pun mengalihkan pandangannya merasa Gaban tidak mau berbicara dengannya.
"Oh! Lu enggak tahu ya!" Jessica bangun lalu mencondongkan badan ke kursi depan agar lebih dekat dan bisa bergabung dalam perbincangan Raiden serta Gaban, "Bang Gaban enggak bisa ngomong."
"Enggak bisa... ngomong." Perlu waktu beberapa detik bagi Raiden untuk memahami maksud Jessica kalau Gaban mempunya kekurangan itu. "Oh! Ah! Maaf Bang! Aku enggak tahu!"
"Hehehe!" Jessica melakukan gerakan isyarat yang kemudian karena kebetulan mobil mereka berhenti di lampu merah persimpangan jalan, Gaban juga membalas gerakan isyaray Jessica. "Hm! Hm!" Wajah Jessica menoleh ke Raiden, "Kata Bang Gaban dia tidak apa-apa kok, dan barusan dia mengucapkan salam kenal. Katanya dia fansmu lo! Haha!"
"F- Fans? Tunggu, lu bisa bahasa isyarat!?" Tatap Raiden kaget ke Jessica.
"Haha ya dikit-dikit..." Jessica dan Gaban bertatapan lalu saling bertukar senyum. "Kata Bang Gaban dia dulu pernah melihatmu balapan dan katanya keren, makanya ngefans."
"O- oh begitu, ahaha..." Raiden yang salah tingkah mencoba menggaruk kepala sebagai pelampiasan.
"Ciyeee mukanya merah! Hahahah! Belum pernah ada yang ngefans ya!?"
"Berisik!"
Mobil mereka kemudian merapat di parkiran sebuah coffeeshop yang ada di Jakarta Pusat. Karena ini masih siang hari, yang berkunjung dan nongkrong di sana tergolong sepi, hanya ada beberapa sepeda motor dan mobil. Di dalamnya banyak bangku kosong, terlihat dari dinding kaca yang tembus pandang.
"Di mana si Panda ini?" Tanya Raiden, tapi Jessica tidak menjawabnya. Jessica bersama Gaban masuk ke dalam coffeeshop itu lalu memilih tempat duduk di sudut dinding kaca. "Dia belum datang?" Sekali lagi Raiden bertanya dan Jessica masih tidak menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
AcciónJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...