"Uughhhh! Apa!? Apa ini!?" Jessica yang sadar dan sekarang sedang dipasung langsung mengamuk. Ia sudah tak lagi ada di kamar bau pesing di rumah bordil Tirai Naga itu, melainkan kamar di rumah belanda. Ia hafal karena jelas saja sudah beberapa kali tidur di sana. "Aaarrrghhhhh!"
Teriakan Jessica didengar semuanya yang sedang berkumpul di bawah. Semuanya pun berkumpul mendatangi Jessica. Raiden, Comcom, Sendok, Garpu, Gaban, serta Om Italia, semua hadir lengkap dan berwajah kasihan melihat Jessica yang sedang mengamuk. "Apa ini!? Lepasin!" Kaki dan tangan Jessica diikat kencang, ketika ia mau melakukan pergerakan, bukannya tubuhnya yang bergerak tapi justru kasur tempatnya terbaring yang ikut bergeser.
"Tenang Je!" Raiden menghampiri dan duduk di samping. Ia sejenak kehabisan kata-kata melihat bagaimana kondisi Jessica yang sekarang. Benar-benar jauh berbeda dari sosok periang yang dulu saat pertama bertemu, "Kami melakukan ini buatmu..." Raiden mengelus rambut Jessica mencoba menenangkan.
Tak ketinggalan, Garpu juga ikut menghampiri lalu menggenggam tangan Jessica. "Kau dalam pengaruh narkoba Je... Kau harus mencoba menahan godaanya, setidaknya selama beberapa hari agar efek ketergantungan itu hilang. Kau tahu sendiri dengan kondisimu yang sekarang, kau tidak bisa sembarangan pergi ke tempat rehabilitasi bukan?"
Jessica yang dielus dan digenggam pun perlahan tenang. Nafasnya yang jedag-jedug melambat, seraya ia melihat tatapan mata khawatir yang mengelilinginya. Ia sudah aman. Ia sudah selamat. Ia tak lagi terjebak di rumah bordil itu. Tindakan semua rekannya ini berniat merehabilitasi Jessica secara mandiri, dan Jessica mengerti akan niat baik itu. Akan tetapi ... "Kalian seharusnya meninggalkan aku di sana saja." Ucap Jessica memalingkan wajahnya, tidak sanggup mengatakan itu sambil melihat tatapan khawatir kepadanya. "Semua sudah berakhir. Sabit Merah sudah hancur... Setidaknya... Kalau di sana aku punya kesempatan untuk menusuk Martin."
"Jangan egois!" Suara Garpu yang lantang membuat Jessica bergetar dan membuka matanya lebar-lebar. "Kita semua di sini satu tujuan! Kalaupun gagal, kita gagal bersama, kau lupa itu!?"
Jessica yang menganga kemudian memandangi satu per satu setiap orang yang ada di kamar. Sendok, Comcom, Gaban, Om Italia, lalu terakhir Raiden. Mereka semua menatap Jessica dan tersenyum.
"Bukan cuma kau yang ingin balas dendam! Kita semua di sini juga! Jangan egois dan hanya memikirkan balas dendammu sendiri! Kita semua ingin melihat Tirai Naga dan Sabit Merah itu hancur!"
Bibir Jessica pun terhisap, seperti ombak yang surut sebelum menumpahkan tsunami. "Maaf..." Mata Jessica mulai berair, dan pecahlah tangisan yang coba ia tahan itu. "Maaf... Maaf... Maaf..." Ombak besar emosi itu bergulir, mengalirkan air mata yang deras ke pipinya. Benar... Egois... Apa yang dia pikirkan mencoba mengakhiri segalanya seperti itu? Bagaimana dengan teman-temannya ini? Ia tidak akan bisa sejauh ini tanpa mereka, dan Jessica memilih menyerah begitu saja?
"Maaf... Maaf... Aku... Aku..."
"Sudah..." Garpu datang memeluk Jessica. Hangatnya pelukan itu bisa sedikit menenangkan Jessica yang masih tersendu-sendu. "Untuk sekarang, kau harus fokus melawan efek narkoba ini dulu, baru selanjutnya, setelah kepalamu dingin, kita pikirkan rencana selanjutnya."
"Mmmmm!" Jessica mengangguk.
Semua pun bubar, namun Raiden kembali masuk setelah mengambil masakan Garpu untuk makan siang Jessica hari ini. "Sorry... Ikatannya enggak terlalu kencang kan?"
"Enggak apa-apa..." Sahut Jessica. "Kencangin saja, biar aku enggak bisa gerak."
Raiden pun tersenyum. Sosok Jessica yang ia kenal sudah mulai kembali. Dengan selembar tissue, Raiden menyapu kering sisa air mata Jessica. Mata mereka berdua bertatapan dan pupil masing-masing melebar. Entah kenapa juga, wajah keduanya menjadi merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
AcciónJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...