"Kak Brandon!"
Setelah membasmi Hyena Hitam sampai habis, Brandon yang terluka pun kehilangan kesadarannya. Semua Jenderal Sabit Merah langsung membawa Brandon ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan gawat darurat. Rumah sakit swasta yang sepertinya kenalan Sabit Merah itu langsung mengerti, dan tidak banyak tanya. Mereka seakan tahu kalau Sabit Merah sudah melakukan perang antar geng, dan Brandon yang terluka inilah akibatnya.
Bukan hanya Brandon. Beberapa anggota Sabit Merah lain yang masih dapat diselamatkan juga di bawa ke rumah sakit itu. Tapi tentunya, sebagai Panglima, nyawa Brandon yang diprioritaskan.
Bersama keempat Jenderal Sabit Merah, Vlam, Pepeng, Bertran, dan Monten, Jessica menunggu di depan kamar operasi. Dokter langsung memberikan perawatan darurat kepada Brandon dan sekarang sedang mencoba melakukan sesuatu terhadap Brandon.
Bagaimana kondisi Brandon? Jessica mencoba menebaknya. Pria itu tangguh. Dia tidak akan mati hanya dengan luka seperti itu, apalagi Brandon juga mendapatkan perawatan dari dokter terbaik. Dan benar, ketika dokter keluar dari kamar operasi, kabar bahwa Brandon akan baik-baik saja itulah yang didengar Jessica dan yang lainnya.
Sambil menunggu Brandon sadar, Sabit Merah pun bubar. Jessica bersikeras ingin menunggu Brandon sadar. Tentu saja agar dirinya semakin bisa mendekati pria itu, dan mengambil hatinya. Lagipula, sebagai kekasih Brandon saat ini, wajar jika Jessica meminta dirinya yang menjaga Brandon. Beberapa jam berlalu setelah Brandon dioperasi, lalu, Jessica yang juga kelelahan pada akhirnya ikut tertidur di kasur penunggu pasien.
Matahari bersinar terang dan masuk melalui tirai jendela yang dibuka oleh Dokter dan perawat yang datang berkunjung ke kamar. Jessica pun terbangun oleh sinar matahari pagi menjelang siang dan suara dokter yang masuk. "Ah, maaf membangunkan Mbak. Kami melakukan periksa rutin dulu terhadap pasien ya." Ucap si perawat tersenyum ke Jessica.
"Jangan banyak bergerak. Kalau kau patuh dan memperbanyak istirahat, kau juga yang cepat pulih nanti." Dokter tersebut nampak menasihati Brandon tanp ragu. Orang normal yang melihat tato Brandon pasti tahu Brandon bukan orang sembarangan dan pasti ada rasa segan. Mungkin, dokter itu sudah paham siapa Brandon, sekali lagi, Jessica memang mendengar Vlam berkata kalau rumah sakit ini ada hubungan dengan Sabit Merah.
"Eh Kakak sudah bangun!?" Seru Jessica yang kemudian menghampiri Brandon. Sesi kunjungan Dokter selesai, dan Jessica serta Brandon pun ditinggal berdua. "Bagaimana? Kakak sudah merasa mendingan?"
"Hmh..." Brandon mendengus menahan tawa tapi kemudian mukanya mengkerut menahan sakit. Sepertinya benar, dia harus istirahat tidak banyak gerak. Tertawa saja membuat punggung dan perutnya sakit. "Lumayan..." Brandon tersenyum menatap Jessica, "Kalau kamu enggak ikut masuk, kayaknya aku sudah mati. Aku... berhutang nyawa kepadamu."
"Eh!? E- enggak kok Kak! Itu hal kecil saja! Hehe..." Jessica menggaruk pipi.
Kemudian, terdengar bunyi perut Brandon memanggil lapar. Jessica juga sama, ia juga lapar. Ada makanan dari pihak rumah sakit, dan Brandon yang tahu Jessica juga lapar menyarankan mereka berdua untuk berbagi itu saja sebagai pengganjal perut. Lagipula porsinya lumayan banyak karena memang kamar VIP kelas terbaik Brandon diberikan makanan paling enak. Sebelum menyantap makanan, Jessica menghidupkan TV supaya ada suara agar suasana tidak terlalu hening.
"Ayo Kak... Aaamm..." Jessica memanjakan Brandon dengan menyuapi kekasihnya itu. Brandon sempat bingung menerimanya tapi kemudian ia tersenyum lebar. "Hehe..."
Melihat wajah Jessica dan senyuman manisnya, lalu bagaimana dirinya diperlakukan Jessica saat ini lantas membuat Brandon berkicau, "Hei, Freya..."
"Iya Kak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...