Comcom

1.1K 69 0
                                    

-COMCOM-

Kehidupan yang ideal dan sempurna, bagi sebagian orang adalah hal yang sederhana. Mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji lebih dari cukup, ditambah membangun keluarga yang sudah dikaruniai dua orang buah hati lucu-lucu. Tidak ada yang lebih bahagia lagi dibanding perasaan seorang pria yang menginginkan kehidupan ideal, damai, dan sempurna.

Namaku Puji, aku bekerja sebagai salah satu staff di perusahaan teknologi. Gajinya lumayan, bisa menghidupi istriku dan kedua anakku. Yah, walau biaya hidup di Ibukota tinggi, tapi gajiku masih mengcover biaya kebutuhan pokok, dan bahkan masih lebih untuk dipakai sesekali berekreasi.

Hari ini, di Sabtu yang cerah, kami sekeluarga berencana pergi liburan kecil-kecilan di villa yang ada di puncak. Sekedar melepas penat dan juga sebagai hadiah bagi si Kakak yang sudah mendapat peringkat 3 di sekolahnya! Sebagai Ayah, aku tak bisa berkata-kata betapa bangganya aku kepada putri sulungku itu. Pasti, kepintarannya jatuh menular dariku! Haha! Yah, tapi kalau soal kecantikan, jelas, dia dan si Adik mendapatkannya dari Istriku.

Musik radio mobil sengaja kumatikan, karena aku ingin mendengar nyanyian lucu Kakak dan adik yang sedang riang-riangnya. Si adik yang belum lancar bicara itu tidak jelas mengatakan apa, tapi itu jugalah yang membuatnya lucu. Istriku yang sedang kelelahan tidur di samping. Kasihan, kemarin malam dia begadang untuk mempersiapkan ini semua. Kuelus rambutnya yang sedikit jatuh acak-acakan, dan seandainya aku bisa melepas tangan dari setir mobil sejenak, aku ingin mengecup keningnya.

Lalu, tiba-tiba dari arah belakang aku mendengar bunyi mesin mobil yang sangat nyaring. Saking nyaringnya, kedua putriku pun terdiam. Aku melihat dari kaca spion bahwa mobil mewah itu mengebut ugal-ugalan, jelas sekali pengemudinya sedang mabuk. Saat itu, aku pikir untuk menyingkir ke pinggir dan membiarkan mobil mewah itu lewat. Paling-paling anak orang kaya yang sedang mabuk.

Tapi... Mobil sport mewah itu oleng dan menyenggol belakang mobilku. Mobilku pun bergeser tak terkendali dan dari arah berlawan, muncul mobil lain yang tak dapat melakukan rem mendadak. Sebuah tabrakan pun terjadi. Mobilku hancur. Kaki dan tanganku patah. Aku tidak bisa berpikir jelas saat terjepit di dalam mobilku yang telah rusak. Tapi... Tapi... Tapi... Aku melihat Istriku dan juga anak-anakku dalam kondisi buruk.

Tubuh mereka tertusuk bagian mobil yang hancur. Si Adik terpental keluar dan aku bisa melihat jalur darah di jalan.

Tidak! Tidak! Tidak! Aku berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama mereka. Tapi... Mereka tak pernah bangun kembali.

Kasus ini kemudian kubawa ke pengadilan. Seorang penyidik polisi bernama Prana memperkenalkan diri kepadaku. Bersamanya, kami berhasil menelusuri siapa pemilik mobil sport ugal-ugalan itu. Seseorang dengan nama Alda. Orang itu dipanggil ke persidangan dan diadili di sana. Tapi... Hari itu aku untuk pertama kalinya mengetahui adanya dunia lain di Jakarta. Sebuah dunia bawah tanah tempat para preman dan gangster berkuasa, lalu Alda ini merupakan salah satu orang penting di Tirai Naga, salah satu geng penguasa Jakarta.

Orang kuat dengan banyak kenalan, serta harta. Tak ada satu pun tuntutan yang dijatuhkan kepadanya. Tidak ada. Dia berjalan keluar persidangan dengan santai tanpa rasa bersalah dengan gaya kakinya yang berlenggok.

Saat itu aku frustasi. Aku mengumpat dan berteriak di ruang persidangan. Aku rasanya ingin meludahi hakim, pengacara, serta jaksa yang ada di sana. Keadilan untuk orang biasa-biasa saja sepertiku ini hanyalah omong kosong. Hukum adalah kepunyaan orang-orang berharta dan bertahta.

Aku... kebingungan dan kehilangan arah. Keluarga kecilku itu satu-satunya yang kupunya. Aku tidak punya apa-apa lagi. Pekerjaanku terbengkalai dan aku terancam dipecat. Tapi... tak apa. Aku tak menemukan alasan apa pun untuk bangun pagi demi gajiku itu. Tidak ada tawa kakak dan adik yang akan menikmati jerih payahku. Tidak ada pula istriku yang menyambutku pulang. Tidak... Mereka pergi, karena kesalahan salah satu orang kaya bangs*t yang bisa membeli hukum!

Aku pun berpikiran terlalu jauh. Apa aku... mengakhirinya saja?

Tapi, di saat aku sedang makn sendirian di sebuah restoran, seorang perempuan mendatangiku. Umurnya masih muda, seharusnya baru lulus SMA atau bahkan masih SMA. Perempuan itu memperkenalkan dirinya, namanya adalah Jessica. Dia duduk di depanku sambil tersenyum. Tapi, dia tidak sendirian. Prana, polisi yang membantuku menyelidiki kasus tabrakan itu juga datang bersamanya.

Jessica menjulurkan tangannya kepadaku, mengajak jabat tangan sekaligus mengajakku untuk pergi keluar dari restoran bersamanya... "Kau mau bergabung bersama kami? Kami butuh seseorang yang mengerti komputer dan teknologi."

Mulai hari itu, aku dipanggil Comcom.

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang