"Hmmm? Kenapa muka lu?" Tanya Jessica yang keheranan melihat ekspresi Raiden seperti melihat setan saja, mengetahui Jessica akhirnya masuk sekolah setelah tiga hari membolos.
"Enggak... Gue kira lu..." Raiden ingin berkomentar bahwa ia mengira Jessica menghilang lagi, tidak masuk sekolah selama bertahun-tahun seperti cerita Pak Ali. "Enggak jadi."
"Ih apasih, enggak jelas! Ngomong yang selesai!" Gerutu Jessica duduk di bangkunya. Seperti biasa, cewek itu datang hanya membawa badan, tidak membawa buku dan alat tulis sama sekali. Guru-guru yang tahu kondisinya sepertinya memang sengaja membiarkan. Mungkin bagi mereka, kedatangan Jessica ke sekolah saja sudah sangat bagus. "Oh iya! Kemarin lu enggak ikut balap liar lagi ya?"
"Enggak. Kenapa?"
"Ya si Uka, Geng Sabit Merah itu marah-marah. Doi pengen ngelawan lu lagi katanya buat ngerebut gelar Raja Malam, tapi lu enggak muncul-muncul. Tapi ya... Karena lu enggak muncul otomatis gelarnya balik ke dia sih kemarin." Huah... Jessica menguap, dan padahal baru pagi-pagi begini, ia sudah mengantuk berat. Cewek itu pun rebahan menyembunyikan wajah di atas tangannya yang melipat di meja. Tapi, Tuk! "Aw! Ngapain sih lu lempar-lempar!?"
Raiden melempar penghapus, dan pulpen ke jidat Jessica yang baru saja mau terpejam. "Lu enggak bawa alat tulis kan? Tuh gue pinjemin."
"Eh!? Baik banget! Makasih ya! Hehe!" Jessica menyimpan baik-baik alat tulis pinjaman Raiden itu ke saku bajunya. "Terus kenapa lu enggak datang balap liar kemarin? Setelah menang lu takut kalah ya? Ahaha..."
"Bukan bego. Gue... Ada urusan. Kakek gue masuk rumah sakit."
Jessica lantas langsung bangkit, dan wajahnya seketika itu juga berubah serius. "Terus sekarang enggak apa-apa?" Tanya Jessica yang juga dengan nada serius.
"Ya aman. Sudah pulang ke rumah kok, tapi gue masih harus standby pulang cepat ke rumah."
"Kalau begitu..." Jessica bergumam sejenak sambil menggaruk pipi. Ia terlihat berpikir dan mungkin ragu Raiden bakal mau, tapi ia pun memantapkan ucapannya, "Gue ikut ngejenguk ya!" Jessica tersenyum manis.
Pulang sekolah, Raiden yang ingin menolak kemauan Jessica tidak mempunyai alasan yang kuat. Jessica menempelnya begitu erat, persis seperti saat Jessica merekrutnya untuk bergabung ke Batavia Roses. Alhasil, Raiden pun takluk oleh senyuman manis Jessica yang kegirangan naik ke astrea butut Raiden. Entah kebetulan atau tidak, tapi hari ini motor itu tidak mengambek, langsung menyala begitu dicoba dihidupkan. Mungkin tahu kalau Raiden harus buru-buru pulang, dan tahu kalau Raiden akan membonceng Jessica.
"Oh iya... Gue enggak bawa bingkisan apa-apa buat ngejenguk enggak apa-apa?" Tanya Jessica di belakang punggung Raiden.
"Enggak apa-apa. Lagian sebenarnya lu ngejenguk juga enggak guna kan?"
"Woi! Mulutmu ya!" Bngek! Jessica yang kesal dan sebal mencubit pipi Raiden, menariknya seperti kulit bayi yang masih elastis. "Eh tapi berarti sekarang lu tinggal bareng Kakek lu ya?"
"Ya. Bareng adik gue juga." Angguk Raiden.
Motor butut itu masuk ke gang-gang sempit padat penduduk. Saking sempit dan padatnya, hampir tidak ada jarak antar rumah bahkan seakan-akan dinding antar rumah sudah saling menyatu saja. Lalu, motor Raiden pun berhenti di depan sebuah rumah petak kecil. "Misi Pak..." Sapa Raiden ke bapak-bapak tetangganya. Bapak-bapak itu pun membalas sambil sedikit heran melihat kali ini Raiden pulang dengan membonceng seseorang. Jessica juga tidak lupa menyapa tetangga Raiden sebagai bentuk kesopanan.
Pintu tidak dikunci. Setelah melepas sepatunya, Raiden langsung masuk ke dalam dan disambut sebuah suara anak kecil kegirangan. "Kakaaaaak!" Anak gadis kecil itu mungkin masih SD, sekitar berumur 8 tahunan. "Eh!?" Dan sama seperti tetangga Raiden tadi, dia juga kaget melihat Jessica. "Dia siapa?" Gadis kecil polos berambut poni balok seperti mangkok itu menatap Jessica dengan mata membulat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...