Panda

756 52 0
                                    

-PANDA-

Para gangster itu dipelihara agar kriminal terpusat dan mudah dikendalikan serta diawasi, itulah alasan yang terus menerus kudengar kenapa Tirai Naga dan Sabit Merah yang jelas-jelas melakukan banyak tindakan melawan hukum dibiarkan begitu saja. Yah... itu memang benar, tapi, ada cerita lain di balik itu. Selain untuk menjaga keseimbangan dan mempermudah pengawasan, faktanya adalah... kepolisian juga menerima jatah dari kedua geng itu. Jatah yang dimaksud adalah... tentu saja uang dan juga pelayanan gratis ke jasa hiburan malam.

Aku yang hanya penyidik biasa, tentunya tak bisa banyak bicara. Tindakanku harusnya berdasarkan komando beruntut dari atas, dan masalahnya di atas mendapat jatah dari kedua geng itu, sehingga... jelas aku tidak bisa melakukan apa-apa, dan kalaupun memutuskan untuk melakukan sesuatu, bukan hanya berhadapan dengan kedua geng itu, aku juga harus berhadapan dengan instansiku sendiri.

Payah memang.

Apa? Dorongan keadilan? Meskipun terdengar omong kosong, tapi jujur, batinku terasa terganggu dengan eksistensi dua geng penguasa Jakarta ini. Kriminalitas mereka sudah terlalu brengsek untuk dibiarkan. Hanya karena demi menjaga keseimbangan dan untuk memudahkan mengendalikan kriminal, bukan berarti membiarkan kedua geng ini bertindak semaunya!

Apalagi... aku jadi teringat kasus dua gadis SMA yang lalu. Salah satunya diberitakan bunuh diri, yang tentu saja omong kosong. Dia dibunuh Tirai Naga setelah entah apa yang dilakukan geng itu kepadanya. Hasil autopsi juga menunjukkan kalau ia mengandung janin yang sengaja digugurkan dengan indikasi tendangan. Benar-benar bangs4t! Lalu... temannya juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda.

Aku yang menangani kasus itu terpaksa mundur setelah kalah di pengadilan. Bagaimana mungkin keadilan tidak bisa menyentuh orang-orang brengsek itu!?

Jessica, ya itulah nama gadis SMA malang yang entah sudah melalui apa setelah disekap di ruko Tirai Naga. Kepolisian tutup mata karena memang dia bukan berasal dari keluarga orang penting. Kudengar juga kemarin, Ibunya telah meninggal, indikasi bunuh diri. Ini sudah keterlaluan! Aku yakin, Tirai Naga pasti terlibat dalam hal itu!

Lalu, tiba-tiba saja aku melihat sosok Jessica itu sedang luntang-lantung di jalan. Pakaiannya lusuh, dan dari langkah kakinya yang sempoyongan, aku bisa mengira kalau dia sedang berjalan tanpa arah. Kebetulan sekali, saat itu aku sedang patroli di sekitar rumahnya. Saat itu, pukul empat subuh, bukan waktu yang wajar bagi gadis seperti dia bepergian, sehingga jelas, dia... pasti kabur dari rumah.

Aku pun menawarinya untuk masuk ke dalam mobilku. Tatapannya seperti hewan peliharaan yang telah dibuang, tak ada cahaya di matanya, dan yang ada hanyalah pantulan tidak percaya kepada siapa pun. Namun, ia menerima tawaranku. Mungkin karena kami sudah mengenal sebelumnya saat aku bertugas menyelidiki kasusnya bersama sahabatnya tempo dulu.

Aku lantas membawanya ke apartemenku, karena aku tinggal sendirian, tidak ada orang yang harus kujelaskan kenapa aku subuh-subuh membawa pulang gadis SMA seperti ini. Di sana ia hanya diam meringkuk di pojok, persis seperti kucing liar yang baru dipungut.

Setelah beberapa hari, barulah ia mulai berbicara dan menceritakan semuanya. Rupanya, kebrengsekan Tirai Naga tidak berhenti setelah mereka menang di pengadilan, namun justru semakin menjadi-jadi! Aku yang mendengar cerita kalau setiap hari gadis ini selalu dikunjungi anggota Tirai Naga membuat batinku bergetar. Apalagi ketika mendengar kalau Ibunya bunuh diri karena juga mengalami nasib yang sama dan tidak tahan.

Aku memeluknya dan ia pun menangis di pundakku. Dia... sungguh menakjubkan. Dia gadis yang kuat. Dia masih memiliki keinginan untuk hidup meskipun nasibnya seburuk itu. Malah... yang terjadi sebaliknya. Aku melihat ada api membara di balik tatapannya yang mati.

Dia berkata kepadaku kalau dia bersumpah akan menghancurkan Tirai Naga bagaimana pun caranya. Aku juga menginginkan hal itu. Gangster seperti Tirai Naga ini harus mendapatkan balasan atas tindakan mereka! Mereka tidak boleh kebal hukum seperti ini! Sebagai polisi, aku... jujur merasa gagal karena tidak berhasil melindungi Jessica, yang merupakan gadis SMA biasa ini dari mereka. Nasibnya sungguh malang. Aku tahu dia juga siswi cemerlang dengan masa depan cerah, namun, semua itu harus hancur gara-gara ini.

Aku kemudian mendapatkan sebuah ide, dan Jessica juha memikirkan hal yang sama. Kalau memang kami ingin menghancurkan geng kriminal ini, kami tidak dapat bergantung kepada sistem dan hukum yang ada! Kami harus melakukan pendekatan yang berbeda! Dan Jessica berkata kalau ia punya ide, yaitu membuat sebuah geng baru yang tujuannya adalah untuk menghancurkan Tirai Naga dan Sabit Merah.

Siapa anggotanya? Pertanyaanku itu langsung terjawab oleh benakku sendiri. Sebagai penyidik polisi, aku bisa mendapatkan informasi tentang calon-calon anggota yang mempunyai potensi! Itu gampang! Cukup melihat kasus-kasus kriminal gangster yang dipaksa untuk terbengkalai maka aku akan menemukan calon kandidat dengan motivasi kuat! Ya! Dengan itu, aku pasti bisa menemukan orang-orang yang juga sama-sama ingin menghancurkan geng-geng itu!

Lalu, Jessica kemudian berucap, bahwa selama dia dipermainkan oleh Tirai Naga, ia sempat mendengar beberapa nama. Salah satunya adalah Pascal. Pebisnis yang beberapa kali harus menerima kepahitan kalau usahanya dihentikan Tirai Naga karena dianggap ingin mengambil pasar dari geng itu! Tujuannya jelas. Jika ingin membuat sebuah geng baru, kami butuh dana, dan Pascal, orang yang dimaksud Jessica ini adalah calon rekrutmen pertama yang harus diprioritaskan!

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang