"Aaaahhhh... Mmhhhhh..." Jessica menghisap bibir. Bertran malam ini benar-benar bernafsu terhadap dirinya sampai lupa diri kalau mereka ada di balkoni apartemen. Jessica harus menutup mulut agar aksi mereka tidak ketahuan penghuni lain. "Mmmhhh... B- bangg..." Jessica ingin berhenti. Sungguh, baru kali ini ia ingin berhenti. Entah. Mungkin karena ia tidak suka main di balkoni seperti ini, atau... entahlah. Jessica juga tidak tahu. Tapi, ia ingin dipeluk lagi, bukan berhubungan seperti ini.
"Ada apa sayang? Hmmm? Tumben lu menahan gue begini?" Bisik Bertran ke telinga Jessica.
"Mmmhh... Maaf Bang... Freya lagi enggak mood."
"Ooh begitu? Nghhh!" Buk! "Tapi gua nanggung! Sedikit lagi! Aaaghhhhh!" Sama seperti semua lelaki lain yang pernah menidurinya, Bertran juga sama, tetap lanjut menggenjot Jessica tanpa peduli mood gadis itu. Jessica pun akhirnya juga pasrah saja menerima gempuran itu di balkoni, yang penting tetap dirinya harus menutup mulut agar aksi mereka tidak ketahuan. "Aaaghhhhhhh!" Hingga akhirnya Bertran sampai, dan mereka berdua masuk kembali ke kamar apartemen.
Setelah menjalankan tugasnya sebagai kekasih yang memuaskan nafsu Bertran, Jessica merebahkan diri di atas kasur. Ia lelah. Beberapa hari terakhir, terutama saat dirinya terpaksa bolos sekolah karena ikut Bertran ke villa memang kurang istirahat. Sekarang rasanya ia ingin memejamkan mata saja, meskipun tubuhnya masih kotor, tak apa. Ia sudah terlalu lelah.
Namun, sebelum terpejam, Jessica mendengar sebuah telepon masuk dan dijawab oleh Bertran. "Halo Tuan Brandon." Dari nada Bertran, pria itu terdengar gugup, dan juga, begitu mendengar nama Brandon disebut, mata Jessica yang kelelahan seakan menemukan sebuah kekuatan untuk menahan kantuk. "O- oh begitu? Si- siap tuan!"
Ada apa? Batin Jessica ingin bertanya. Sepertinya Brandon menyuruh Bertran melakukan sesuatu, dan tampaknya merepotkan. "Anj!ng!" Umpat Bertran setelah menutup telpon. Ia bahkan juga melempar smartphonenya hingga membentur dinding.
"Kenapa Bang?" Elus Jessica ke punggung Bertran mencoba menenangkan pria itu. Cup.. Tak lupa, Jessica juga mencium pundak Bertran. Hah... Sebenarnya Jessica sangat mengantuk dan ingin tidur, tapi ia masih harus pura-pura peduli seperti ini untuk mengorek apa isi telpon Brandon barusan.
"Si Brandon memintaku untuk menyelenggarakan turnamen di fight club." Bertran tampak mengacak rambut, pusing dengan permintaan Brandon yang mendadak.
"Hah? Di saat-saat seperti ini? Bukannya lagi sibuk perekrutan anggota baru ya? Dan juga... Kemarin kita habis diserang..."
"Ya makanya! Tapi... Salah kami juga tidak memberitahu soal penyerangan itu ke Brandon."
"Huh?" Jessica kaget mendengar itu. Berapa hari sudah berlalu sejak penyerangannya? Hampir seminggu, dan baru ini dia tahu kalau Bertran dan kelima Jenderal Sabit Merah ini tidak melapor ke Brandon. "Tapi... Kenapa? Bukannya Bang Brandon itu Panglima Sabit Merah? Freya kira Abang dan Jenderal lain sudah pada lapor..."
Hah... Bertran menghembuskan nafas berat. "Tidak. Kami semua tidak memberitahunya. Masalah seberat ini, kalau sampai Brandon tahu bakalan..." Tangan Bertran gemetaran dan wajahnya berkeringat dingin. "Mengerikan." Gulp... Pria itu pun menelan ludah. Sengeri itukah Brandon? Memangnya seperti apa orangnya? Jessica dibuat terdiam saking penasarannya. Lalu, memangnya apa yang bakal terjadi kalau Brandon tahu soal penyerangan itu?
Tak punya pilihan, otak Bertran seakan mau terbelah. Di sisi lain, seleksi penerimaan anggota baru bakal mencapai titik final pada akhir pekan ini, sedangkan di saat yang sama, Brandon meminta diadakannya turnamen di fight club.
"Bagaimana kalau digabung saja Bang?" Tanya Jessica yang sontak membuat Bertran yang tak terpikirkan hal itu sama sekali menjadi menganga.
"Digabung...?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Batavia Gangster
ActionJakarta dikuasai oleh dua geng besar, Tirai Naga dan Sabit Merah. Mereka adalah dewa dunia bawah Jakarta, dan tidak ada satu pun yang berani macam-macam dengan mereka. Namun, ada satu geng yang berani menantang kedua dewa dunia bawah Jakarta itu! K...