34

762 63 2
                                    

Mobil Van yang membawa Uka berhenti di depan kantor Pepeng. Comcom dan Gaban berkata menunggu di mobil untuk berjaga-jaga dan melihat situasi, sehingga yang masuk ke dalam hanyalah Jessica dan Uka berdua.

"Peng!" Uka menyeru nyaring begitu masuk ke dalam ruangan Pepeng.

Wajah Pepeng sungguh tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Ibarat orang yang melihat mayat hidup berjalan, ibarat orang yang melihat adanya orang bangkit dari kubur, seperti itulah eskpresi kacau di muka Pepeng begitu melihat Uka. Jelas saja, Uka tidak kelihatan selama seminggu lebih, dan dicari pun tidak ketemu, wajar jika Pepeng menganggap Uka sudah mati. Tapi, itulah dia, Uka hadir dalam keadaan yang baik-baik saja di hadapan Pepeng.

"U- Uka!? Tapi, bagaimana bisa!? Darimana saja lu!?" Mata Pepeng lantas beralih ke Jessica tahu harus ke mana untuk menuntut jawaban akan semua ini.

"Aku barusan menjemput Bang Uka di salah satu rumah Tirai Naga, Bang." Sahut Jessica. "Aku mendapatkan informasinya saat aku dijual Bang Bertran ke Tirai Naga dan dijadikan cewek penghibur."

"Hah!? Dijual Bertran?" Baik Pepeng dan juga Uka sama-sama kaget mendengar itu.

Jessica pun mengangguk lalu lanjut bercerita, "Bang Bertran... Berkhianat dari Sabit Merah. Dia yang membocorkan lokasi gudang Bang Vlam, makanya gudang itu diserang dan Toto, pemimpin Hyena Hitam itu lolos dan melaporkan penyerangan Sabit Merah ke polisi." Jessica lantas memutar rekaman suara dari gudang Vlam. Dibanding Uka yang sangat-sangat terkejut, Pepeng nampak sudah tak asing lagi. Sepertinya pria itu sudah mendengar kabar desas-desus akan Bertran yang berkhianat, akan tetapi tidak dapat mengkonfirmasinya.

"Bisa jadi juga alasan Bang Uka diserang karena bocor dari Bang Bertran!" Jessica kemudian menggebrak meja. Baru ini dia berani bersikap seperti itu di hadapan para Jenderal Sabit Merah ini, "Apa Abang-abang tahu lokasi persembunyian Bang Vlam?"

Uka dan Pepeng sama-sama saling tatap. Di dalam benak mereka sudah terbayang sebuah tempat yang tidak salah lagi adalah tempat yang dimaksud Vlam dari rekaman suara pria itu. Jessica yang melihat nampaknya kedua Jenderal ini sudah tahu di mana lokasinya lantas mengangguk dan kemudian mencanangkan rencana selanjutnya. "Aku... Enggak bermaksud lancang memerintah Abang-abang, tapi aku punya rencana!"

Pepeng menyahut, "Rencana apa?"

"Abang-abang jemput Bang Vlam, lalu aku akan mencoba mencari cara untuk mengeluarkan Kak Brandon! Kita akan memulihkan Sabit Merah kembali!" Seru Jessica dengan wajah yakin penuh tekad akan ucapannya.

Tapi, bicara soal membebaskan Brandon, Jessica tahu apa? Dia melangkah keluar dari kantor Pepeng dan masuk ke mobil Van di mana Comcom dan Gaban menunggu. "Bagaimana?" Tanya Comcom.

"Berjalan lancar. Mereka sebentar lagi akan pergi menjemput si Vlam. Tolong kabari Garpu dan yang lainnya ya!"

Comcom mengambil smartphonenya lalu menelpon Garpu. Di rumah belanda, sebuah telepon berbunyi. Garpu, Sendok, dan Raiden, ketiganya yang daritadi berakting seperti mayat dengan menumpahkan cairan darah palsu di sekitar mereka bangkit. "Halo?" Angkat Garpu ke telepon yang masuk sambil membersihkan diri.

"Semua berjalan lancar. Sekarang lakukan seperti rencana." Ucap Comcom.

"Siap..."

Setelah mengabari Garpu, mobil van pun lanjut melaju. Tujuan mereka adalah sebuah cafe yang tidak asing lagi. Seharusnya, pertemua mereka dengan Panda hanya dilakukan pada tanggal tertentu, tapi karena situasi mendadak ini, sebelumnya Jessica sudah meminta Garpu untuk mengontak Panda, sehingga mereka berjanji untuk bertemu di parkiran sebuah cafe.

Sosok Panda yang melihat mobil van datang mendapat intuisi. Gerakan mobil van itu terlihat tidak mencurigakan memang, akan tetapi dari arahnya yang mendekat dan parkir persis di sebelah mobilnya, tidak salah lagi, siapa yang datang. Sambil melihat sekitar, Panda keluar dari mobilnya lalu setelah keadaab dipastikan aman, ia bergegas masuk ke dalam mobil van.

Batavia GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang