1. PERTEMUAN
"Kamu tidak bisa menghindari pertemuan dengan seseorang yang secara tidak langsung ditakdirkan untukmu."
Seperti biasa Rafanizan akan menunggu seseorang yang tak kunjung kembali, ia duduk di bawah pohon rindang dengan sebuah buku, kopi panas, dan senja yang menampilkan keindahannya. Suara dering telepon mengganggu aktivitas membaca Rafanizan. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat siapa yang menelepon.
"Kebiasaan," ujarnya. "Gue di tempat biasa, 15 menit!" Rafanizan mematikan panggilan. Ia kembali sibuk dengan buku dan juga pikirannya yang terus bergemuruh tanpa tau bagaimana caranya agar sedikit tenang.
Datang empat laki-laki yang tak lain adalah sahabat baik Rafanizan. Ammar, Kivan, Arkatama, dan Odwin. Hanya mereka yang tahan dengan sikap dingin Rafanizan, hanya mereka yang tersisa dari semua hal yang hilang dalam diri Rafanizan.
"Lo bolos jadwal ke rumah sakit lagi?" tanya seseorang yang mengenakan baju hitam polos dengan kombinasi kemeja kotak-kotak.
"Gak bosen apa, tiap hari ke sini mulu," oceh Odwin.
"Lo masih berharap dia datang?" tanya laki-laki berbaju hitam polos dengan kombinasi kemeja kotak-kotak.
"Kalau gue berhenti berharap, gue akan kehilangan semuanya, Ammar," jawab Rafanizan.
"Iya tapi nggak dengan nyiksa diri lo kaya gini!" sahut Arka.
"Udah lima tahun Raf, lima tahun dia pergi tanpa kabar, dia ninggalin lo tanpa penjelasan apa-apa dan lo? Lo berharap dia kembali? Kalau dia memang pergi untuk kembali, seharusnya dari dulu dia kembali dan nggak akan pernah biarin lo menderita kaya gini!" entah kenapa Ammar tersulut emosi, bukan sekali ia marah pada Rafanizan karena melewatkan jadwal.
"Mar, gue tau lo perduli sama gue. Urusan dia biar gue yang tanggung," sahut Rafanizan.
"Udah Mar kalem, ngegas mulu. Gini, sehari ini kita biarkan dia bolos jadwalnya, tapi sebagai ganti dia harus ikut kita ke suatu tempat," usul Odwin. Ia mencoba meredakan emosi yang ada dalam diri seorang Ammar.
"Jangan aneh-aneh, lo tau ni anak susah banget diajak belok," tutur Kivan.
"Gimana kalau kita ke diskotik? Gue denger ada yang baru buka," usul Arka. Dibalas anggukan kepala serta senyum sumringah Odwin dan Kivan, Ammar terlihat bodo amat, sedangkan Rafanizan sudah siap memukul kepala Arka dengan buku ditangannya.
"Ampun Raf, ampun!" rintih Arka.
"Sekali aja Raf, kita nggak maksa lo minum deh. Duduk-duduk nikmati musik aja, please sekali aja?" mohon Kivan, ia sudah lama tidak menghabiskan waktu di tempat seperti itu karena sibuk dengan urusan keluarga.
"Gak!" tolaknya.
"Ya udah oke, kita telepon Tante Sarah dan bilang kalau anaknya bolos jadwal," ancam Arka.
"Pengancaman," cibir Ammar.
"Tanpa lo kasih tau, Bunda udah tau," ungkap Rafanizan.
"Shit! Raf ayolah, sekali aja? Janji kita nggak akan maksa lo minum," rengek Kivan.
Rafanizan menoleh ke samping, melihat Ammar yang menatap kosong, "Lo ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Teen Fiction"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...