Hai🧡
Absen dulu sini!!!
Spam komen lagi boleh?
Happy Reading ❤️
14. SOMETHING WEIRD.
"Tidakkah kamu lelah berpura-pura tak apa? Kamu boleh menangis dan mengatakan kamu lelah."
"Tawa seseorang tak bisa dipercaya lagi. Entah ia benar-benar tertawa atau hanya sekedar menutupi luka?"—Ammar Shaquille Grahasa.
Seperti biasa, Rafanizan akan kembali lagi di tempat ini. Tempat yang tak pernah bosan ia kunjungi selama lima tahun terakhir. Kali ini dia tak sendiri, ia membiarkan Ammar, Kivan, Arka, dan Odwin ikut bersamanya.
Mereka belajar bersama untuk ulangan esok hari. Mengelar tikar, cemilan yang banyak, serta indahnya suasana sore hari menjadi kombinasi yang sempurna.
"Dulu pas SD gue pinter banget matematika, giliran SMA kenapa gue jadi bego banget?" tanya Arka menggaruk kepalanya.
"Masih mending lo SD pinter, lah gue sama aja tuh," sahut Odwin.
"Yee itu mah kapasitas otak lo aja yang minim!" cetus Kivan.
"Kerjain tuh soal, banyak bacot lo pada," Rafanizan menyodorkan lembar soal pada keempat temannya.
"Iya-iya, yang kemarin olimpiade matematika dapat juara satu," ledek Ammar, merebut lembar kertas ditangan Rafanizan.
"Iya deh yang jadi anak kesayangannya Bu Amel," Arka ikut meledek Rafanizan.
Bu Amelia—atau kerap dipanggil Bu Amel, guru matematika kelas XI. Terkenal super baik dan masih muda alias belum menikah. Tentu jadi jadi bahan ceng-cengan anak laki-laki.
Mereka mulai mengerjakan soal yang diberikan Rafanizan, jika ada soal yang sulit, Rafanizan akan menjelaskan dengan sangat detail. Hanya ini yang bisa Rafanizan berikan sebagai balasan kebaikan mereka.
Rafanizan tipe orang yang tidak suka jika memberikan jawabannya cuma-cuma. Menurutnya percuma jika kamu menyalin jawaban orang lain tapi kamu tidak paham apa yang kamu salin.
Kivan meletakkan bolpoint, teringat akan sesuatu, "Besok bukannya ada jam Bu Melda ya?"
"Mampus! Besok ulangan juga lagi," Odwin menepuk jidatnya.
"Gue males banget kalau ada jam Bu Melda, ngobrol aja pakai bahasa inggris. Bu Melda tuh udah tua masih aja nambah dosa," gerutu Arka.
"Bu Melda kaya gitu biar speak english kalian bagus. Harusnya bersyukur dapat guru kaya Bu Melda," ujar Rafanizan, ia kembali fokus pada soalnya.
Kivan merobek kertas meremasnya lalu dilempar tepat mengenai kepala Rafanizan, "Elo mah gampang ngomong kaya gitu, speak english lo bagus. Beda sama kita," omel Kivan.
"Gue heran deh Raf, lo tuh apa sih yang nggak bisa? Inggris lancar bener, debat jos banget, matematika makin gila lagi. Apa sih yang lo nggak bisa?" tanya Odwin.
"Nggak bisa bahagiain diri sendiri," celetuk Ammar. Akhirnya laki-laki ini ikut berbicara.
Rafanizan sontak menoleh, "Kenapa lo ngomong gitu?"
"Pikir aja sendiri," sahut Ammar terdengar kesal.
"Sensi bener lo, Mar. Kenapa? Peliharaan lo lepas lagi?" Arka menebak.
"Nggak usah bahas gue! Bahas tuh temen lo," sekras Ammar. Ia sedang tidak minat menceritakan dirinya sendiri.
"Temen lo juga kalau lupa!" ujar Kivan menepuk bahu Ammar. Kivan mengerti maksud ucapan Ammar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Teen Fiction"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...