61. PEMILIHAN KETUA OSIS SMA CAKRAWALA

243 35 106
                                    

Hai 🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

61. PEMILIHAN KETUA OSIS SMA CAKRAWALA.

"Aku salah menganggapnya sumber bahagia. Dia adalah sumber luka ku."—Reine Chessy Maheswari.

Tak ada yang mampu menyembunyikan bangkai sampai tak tercium aromanya. Rahasia akan jadi boom waktu yang bisa meledak kapanpun tanpa diperintah.

"Maaf," hanya kata itu yang mampu Naresha ucapkan. Tangan berkeringat dingin itu di genggam Rafanizan.

Kyra menarik Reine ke belakang, menjauhkannya dari Rafanizan dan Naresha.

"Lo udah ketangkep basah, masih mau ngelak, Naresha? Sorry, maksud gue Lili. Ups salah lagi, Esha maksudnya." Kyra tersenyum sinis menatap gadis yang digenggam Rafanizan.

Ammar berkedik ngeri melihat ekspresi Kyra. "Kyra? Selama ini lo tau?"

Kyra menatap Ammar, mengangguk kecil. "Gue tau semuanya tapi gue gak sudi bongkar kebusukan dia. Biar aja dia sendiri yang ngaku."

Reine membalik lengan Kyra, "Kapan lo tau semua ini? Cerita detail sama gue!"

Helaan napas kasar keluar dari mulut Kyra. Menatap Naresha yang mulai menitikkan air mata.

"Raf, lo inget waktu gue sama Sasa sembunyi di balik pohon?" Rafanizan mengangguk, ia ingat betul hal itu.

"Itu hari dimana gue tau kalau cewek yang lo panggil Lili itu Naresha. Gue tau kalau Naresha itu Esha waktu Amara tanya siapa nama cowok yang dia suka, Naresha jawab Afa. Disitu gue tau kalau dia Esha yang lo tunggu!"

Naresha semakin menunduk kepalanya, ia tak menyangka bahwa Kyra adalah gadis kecil yang kerap cemburu denganya saat kecil. Pantas ia merasa mengenal Kyra, gaya bicara, respon marah, hingga mulutnya yang tajam. Itu adalah Ubre kecilnya Rafanizan.

"Baru kali ini gue ketemu orang bermuka tiga," cibir Kyra menatap prihatin Naresha.

Rafanizan menatap lekat Naresha setelah mendengar penjelasan Kyra. Ia tak mampu menyembunyikan lagi air matanya.

"Kenapa kamu ngelakuin ini, Esha?"

"Kamu?" tubuh Reine terasa terguncang mendengar Rafanizan berbicara dengan Naresha mengunakan bahasa aku-kamu.

"Maaf. Maaf Reine, aku tidak bermaksud membohongi mu. Aku juga tidak tau Izan yang kamu maksud itu Rafanizan. Aku tidak tau apa-apa, maaf," lirih Naresha membuat Reine merasa dibohongi selama ini.

Reine menghempas tangan Reveka yang menahannya. Ia mendekati Naresha, "Lo nipu gue, Nare. Kenapa lo gak cerita siapa nama asli Afa? Kalau tau gini gue gak akan pernah mau temenan sama orang yang disukai sama cowok gue!"

Rafanizan tak memperdulikan ucapan Reine sama sekali. Pikiran dan hatinya hanya fokus pada Naresha—Eshanya.

"Jawab aku Esha, kenapa ngelakuin semua ini? Kamu bilang kalau kembali akan cari aku? Tapi kamu justru bersandiwara, kenapa?"

Rafanizan tak mampu menahan rasa senangnya bisa bertemu kembali dengan Esha, firasat selama ini benar jika Lili adalah Eshanya.

"Aku cari kamu Afa, aku tepati janji. Tapi aku terlalu takut buat ketemu kamu dengan keadaan aku yang buta dan aku semakin merasa bersalah saat tau kalau kamu kehilangan satu ginjal karena nolongin aku. Maaf Afa, maafin Esha," Naresha semakin tak terkendali. Air mata itu deras layaknya hujan lebat di malam hari.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang