27. SERPIHAN

328 48 248
                                    

Hai🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

27. SERPIHAN.

"Kau dan aku seperti y = 2x dan y = 2x + 1. Sejajar, berdekatan, berjalan beriringan tapi tak ditakdirkan untuk bersama."

Memang tidak semua rahasia harus diketahui, tapi ada beberapa rahasia yang harus segera diungkapkan untuk membuka sebuah kebenaran.

"Darimana lo tau?" tanya Ammar mengintimidasi.

Kyra terdiam mendengar pernyataan Ammar. Pikirannya berputar kembali pada malam itu.

Ammar memegang bahu Kyra, membalikkan agar menatap dirinya. "Cerita sama gue gimana lo bisa tau kalau Rafanizan sakit?"

"Gue nggak sengaja masuk kamarnya dan nemu rekap medisnya," jawab Kyra, tangan Ammar melemas mendengar jawaban Kyra.

Mereka saling diam, Kyra kembali menatap depan, tak lagi menatap Ammar. Ammar mengamati Kyra dari atas hingga bawah, pikirannya tidak mengerti dengan Kyra. Tidakkah perempuan ini sedih? Atau minimal terkejut.

"Kenapa respon lo gini? Rafanizan saudara lo, lo nggak sedih?" tanya Ammar membuat Kyra menoleh.

Kyra membuang napasnya kasar, "Terus kalau gue sedih dia bisa sembuh? Nggak 'kan? Jadi nggak ada gunanya juga gue sedih."

"Masih benci sama Rafanizan?" Ammar menatap Kyra. Sedangkan gadis itu menatap Ammar tak mengerti. Ia berdiri, tidak tahan terlalu lama ngobrol dengan orang yang terasa asing baginya.

Kyra melangkahkan kakinya. Ammar sontak berdiri, menghela napasnya kasar.

"Rafanizan nggak pernah ninggalin lo, Ky. Lo salah paham sama dia selama ini, sekali aja coba dengerin dia. Selama ini lo cuma lihat dari satu sisi, sekali lihat dari sisi dia bukan hal salah," ucap Ammar menatap punggung Kyra.

Langkah kaki Kyra terhenti, ia membalikkan badan.

"Gue tau Ky, tau. Lo marah, mungkin orang pertama yang bikin lo takut dekat sama cowok itu Rafa, setelah itu orang yang mungkin sampai saat ini masih menguasai hati lo. Semua cowok yang lo sayang ninggalin lo dan lo marah," papar Ammar, mata Kyra terlihat memanas di pengelihatan Ammar.

Sekuat tenaga Ammar melangkahkan kakinya menghampiri Kyra.

"Gak semua cowok nyakitin, gak semua cowok akan ninggalin lo," ujar Ammar.

Kyra tersenyum kecut, "Perlu kaca deh gue rasa lo. Lo ninggalin cewek-cewek yang dekat sama lo, bahkan mantan lo kaya jumlah anak kelas. Lo pikir gue bego?"

Kyra menarik napas dalam-dalam, "Gue tau, lo cuma penasaran sama gue 'kan?" Ammar menggeleng.

"Lo penasaran sama gue karena gue terus-terusan nolak lo! Ntar kalau lo selesai sama rasa penasaran lo sama gue, lo pergi. Dan Lo berharap gue ngejar-ngejar lo? MIMPI!" Kyra menatap miris Ammar.

Kyra pergi menjauh dari hadapan Ammar. Sebelum ia benar-benar pergi ia menoleh ke belakang lagi.

"Stop suka sama gue! Gue bukan bahan buat rasa penasaran lo! Dan gue nggak tertarik sama perasaan lo!"


*****

Rafanizan berdiri di depan pintu kamar Kyra, sudah satu minggu lebih gadis itu pergi. Tangan Rafanizan memegang gagang pintu, membuka perlahan. Kamar dengan nuansa putih, biru langit itu di desain khusus oleh Lukas Altezza—Ayah Rafanizan untuk Kyra.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang