30. PERMOHONAN MAAF

359 52 223
                                    

Hai🧡

Absen💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

30. PERMOHONAN MAAF.

"Seseorang berubah karena dua hal, pikirannya yang terbuka atau hatinya yang terluka."


Rafanizan, Ammar, Kivan, Arka, dan Odwin keluar dari laboratorium, mereka baru selesai praktikum di mapel biologi.

Kivan menoleh kanan-kiri, tak biasanya mereka saling diam. Ia membuang napasnya berat.

"Ini kalau mikirin masalah hidup nggak akan selesai kali!" Mereka menatap Kivan.

"Ngomong apa sih lo, Van? Gak paham gue," sahut Arka.

"Gak paham apa nolak buat paham? Beda tipis, Ka!" Kivan memutar bola mata malas.

Rafanizan menoleh menatap teman-teman, matanya terhenti di Arka.

"Masukin baju lo, Ka. Habis ini jam Bu Melda," suruh Rafanizan.

Arka ini nakal luar biasa, bahkan ia pernah bolos satu minggu hanya karena gelang kesayangannya di sita oleh Bu Melda. Setelah gelang itu dikembalikan, baru Arka mau kembali berangkat sekolah. Hanya Arka, satu-satunya murid yang berani ngambek dengan guru.

Namun, sejak Rafanizan menjabat sebagai Ketua OSIS. Arka memutuskan untuk sedikit mengurangi kenakalannya, agar tak mempersulit hidup Rafanizan sebagai ketos.

Arka memasukkan bajunya ke dalam celana, melepas gelang dan cincin ditangannya.

"Demi lo gue kaya gini, awas aja kaga sembuh!" sungut Arka.

Rafanizan menoleh, "Lakuin demi diri lo sendiri bukan demi orang lain apalagi gue."

Tanpa sadar, Ammar sudah jalan tiga langkah dari mereka. Laki-laki itu tidak sadar jika keempat temannya berhenti.

"Ati-ati Mar, ntar ja—"

"Awwww anjir! Ini batu sejak kapan ada di sini?!" gerutu Ammar yang mengandung batu.

"Hahahaha baru juga mau gue kasih tau Mar, udah kesandung aja lo," tawa pecah Odwin.

Mereka menyusul Ammar, menertawakan Ammar yang sedang mengusap-usap ujung kakinya.

Kivan menepuk pundak Ammar, "Makannya kalau jalan itu lihat-lihat, bukan ngelamun."

"Ngelamunin apa sih lo? Kyra?" tanya Arka tepat benar.

"Gue binggung. Dia kemarin bersikap baik sama gue, perhatian bahkan nurut sama gue. Terus kenapa sikap dia berubah kaya awal lagi?" tanya Ammar terlihat sangat binggung.

"Gue udah bilang, nggak usah ngerasa spesial karena Kyra perhatian sama lo," cetus Rafanizan.

Kivan menatap Ammar, "Sebelumnya gue minta maaf, Mar. Kyra datang ke rumah bukan karena kemauan dia sendiri, tapi karena paksaan Amara dan juga gue."

"Itu artinya Kyra nggak pernah berubah, dia cuma bantu Amara," jelas Odwin.

Ammar menelan ludahnya, ia tidak marah dengan Kivan apalagi Amara. Ia hanya kecewa karena Kyra sama sekali tak pernah benar-benar tulus padanya.

*****

Tidak baik terlalu banyak berharap pada seseorang. Yang kecewa hanyalah dirimu sendiri, dia tidak akan merasakan hancur karena harapan itu.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang