68. PERJUANGANNYA.

230 20 38
                                    

Hai, apa kabar?

Siapa yang nungguin? Absen dulu sini!!!!

Baca jam berapa?

Happy Reading ❤️

68. PERJUANGANNYA.

"Semesta bahkan sudah memberikan isyarat, bahwa tak selamanya yang ada harus dimiliki."

Malam dingin menyapa dengan keresahan yang tak kunjung menemui tenangnya. Angin dingin itu menyentuh permukaan kulit laki-laki yang duduk di kursi balkon. Dinginnya hingga membuat bulu kuduk berdiri.

Rafanizan terus memikirkan permintaan Wilbert pada Reine. Apa dirinya tidak diizinkan bahagia? Hingga bahagia yang dia miliki saat ini harus di renggut. Sarah datang membawakan secangkir coklat hangat untuk putranya.

"Abang lagi mikirin apa? Serius banget bunda lihat." Sarah duduk di samping putranya.

Laki-laki itu menoleh, menatap sang bunda dengan penuh kebimbangan.

"Reine."

"Ada apa dengan Reine? Bukannya mereka sudah pulang? Tadi Kyra telepon bunda," ujar Sarah.

"Reine dijodohkan papanya," Rafanizan memberi tahu.

Sarah tampaknya terkejut dengan ucapan putranya. "Dengan siapa? Apa orang tuanya Reine tidak tau kalau Reine punya pacar?"

"Tau Bun, orang yang akan dijodohkan dengan Reine itu... Justin, orang kepercayaan papanya," tangan Rafa mengambil gelas berisi coklat hangat, ia minum agar membantu menenangkan dirinya.

Sarah mengusap punggung putranya. "Abang sayang Reine kan? Kalau seperti itu perjuangan dia, buktikan ke Papa Reine kalau Abang bisa jaga putrinya."

Rafanizan menatap wajah Sarah. Apa bundanya ini lupa dengan kondisi anaknya? Sarah berkata seakan Rafa sehat seperti pria yang dipilihkan orang tua Reine.

"Tapi Abang sekarat bunda."

*****

"KULKAS KELUAR LO!"

Teriakan merusak gendang telinga itu keluar dari mulut sang buaya darat, siapa lagi kalau bukan Ammar. Laki-laki itu terlihat marah karena Rafanizan melewatkan jadwal cuci darahnya lagi. Kondisi ginjal Rafanizan sudah tidak baik, sangat buruk. Kondisi fisiknya semakin melemah, hal itu membuat Ammar semakin posesif padanya.

"KELUAR LO ANJ—" ucapan Ammar terpotong karena tangan Arka sudah membungkam mulut Ammar.

"Berisik lo bangsat!" gerutunya. Arka lepas tangannya dari mulut Ammar.

Tak lama, pintu rumah itu terbuka menampakkan Sarah.

"Kalian mau bertemu Rafa?"

"Apalagi tante kalau bukan itu, ya kali saya mau ketemu Kyra," canda Odwin tanpa menunggu lama laki-laki itu sudah mendapatkan pukulan dari Ammar.

"Enak aja lo! Kyra punya gue!" tegas Ammar.

"Rafa udah tidur Tan?" tanya Kivan.

Sarah mengeleng, "Di balkon. Silahkan kalian temui."

Mereka masuk, saat Ammar hendak menaiki tangga. Sarah memanggilnya.

"Ammar? Boleh bunda ngobrol sama Ammar sebentar?" Ammar merasa ada hal buruk terjadi.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang