Hai🧡
Absen dulu yukkk!!!
Spam komen jangan lupa 💗
Happy Reading ❤️
15. CEMBURU?
"Berharap tidak lah salah yang salah memaksakan keadaan agar sesuai dengan kenyataan."
"Jatuh cinta tak pernah bisa memilih. Kita hanyalah korban dari permainan takdir yang sudah ditentukan. Kecewa adalah konsekuensi dan bahagia adalah bonus."—Kivan Ghaaziy Mahaprana.
"Jangan suka sama Rafanizan. Suka sama gue aja."
Reine seketika berhenti mengobati Kivan. Ia menatap tak percaya atas apa yang baru ia dengar.
"Hah?" kinerja otak Reine mendadak berhenti, ia kesulitan mencerna maksud Kivan.
Kivan melihat raut wajah Reine tampak begitu serius, lantas ia tersenyum tanpa dosa. "Bercanda kali Rei, ya kali gue nikung temen sendiri."
Reine menghela napas lega, sungguh ia tak ingin membuat keadaan dirinya semakin sulit dengan pilihan yang akan terjadi nanti jika benar Kivan menyukainya.
"Kak Kivan kalau becanda bikin jantungan ihhh," omel Reine.
Mobil jeep hitam berhenti di samping mobil Reine. Pemilik mobil itu bergegas keluar dan mastikan sang pemilik mobil merah itu baik-baik saja.
"Nona! Nona tak apa?" tanya Alex ia terlihat sangat khawatir. Antara khawatir atau ia takut mati ditempat, entahlah.
"Dari mana aja kalian? Katanya bodyguard, nona kalian nyaris mati tadi," ujar Kivan terdengar berlebihan.
"Maaf nona, saya tadi mencari makan malam untuk nona. Nona terlihat sibuk dengan tugas hingga lupa makan, maafkan kecerobohan saya karena tidak meninggalkan penjaga lainnya," Alex menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap mata Reine.
Reine bukan orang yang menindas pekerjanya seperti apa yang dilakukan Wilbert. Ia meraih pundak Alex, "Lain kali tinggalin beberapa orang buat tetep stay, gue gak sanggup kalau harus home schooling lagi."
"Baik Nona," sahut Alex.
Kivan menatap mereka curiga, banyak pertanyaan yang muncul dipikirannya. Namun, Kivan tak seberani itu menanyakan secara langsung.
"Satu lagi, jangan bilang sama bokap tentang kejadian hari ini. Kalau sampai lo ember, gue akan bilang kalau ini kesalahan lo, tau 'kan konsekuensinya kalau gue bilang kaya gitu?" Reine tak main-main dengan ucapannya. Alex mengangguk, ia masih ingin hidup tentunya.
"Karena bodyguard lo udah ada, gue balik dulu," pamit Kivan, ia memakai kembali jaketnya yang sempat ia lepas tadi.
Reine mengambil makanan yang dibawa Alex untuk dirinya. "Kak Kivan!"
Kivan menoleh, ia tidak jadi naik ke motornya. "Ini makan malam buat Kak Kivan aja deh. Nggak kemakan juga sama gue." Kivan menerimanya lalu pergi melajukan motor.
*****
Kivan tak jadi pulang ke rumah, ia merasa ada sesuatu yang harus diselesaikan. Kivan memutar balik arah lajunya, menuju kompleks elite yang tak jauh dari sini. Kebetulan pula ia mendapatkan banyak makanan, tak akan sanggup jika ia habiskan seorang diri.
Rumah dengan cat dominan abu-abu, disinilah Kivan menghentikan motornya. Masih ada tiga motor sport terparkir rapi di depan rumah itu.
Tentu saja itu motor milik Ammar, Arka, dan Odwin. Ia masuk, kebetulan pintu rumah tidak di tutup, pemandangan yang sangat aneh bagi Kivan. Mereka duduk bersama tanpa suara canda, tawa yang seringkali mereka lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Teen Fiction"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...