Hai🧡
Absen 💗
Spam komen 💌
Happy Reading ❤️
36. PSEUDO.
"Simpanlah kesetiaan mu untuk seseorang yang memang benar-benar pantas mendapatkannya."
"Sikap mu membuat aku binggung. Harus maju atau mundur?—Rafanizan Zavier Altezza.
"Sadar atau nggak sikap lo ke Reine itu, seolah ngasih harapan ke dia," nada kesal itu keluar dari mulut Kivan.
Tak ada yang mengira Rafanizan akan melakukan hal yang sangat diluar dirinya. Seperti biasa mereka duduk santai di taman dekat rumah Rafanizan selepas pulang sekolah.
"Gue nggak kasih harapan apa-apa. Lagian juga gue nggak ada rasa sama dia," sahut Rafanizan.
"Dianya ada," sela cepat Arka.
Odwin menyeruput minuman botol di tangannya, "Gue tuh kadang miris kalau lihat Rei, dia tulus tapi dimainin kaya gini."
"Jangan main api kalau gak mau ke bakar, Raf," celetuk Kivan. Lalu laki-laki itu menatap Ammar di sebelahnya yang diam.
"Kenapa lu? Tumben kaga nerocos," tanya Kivan memastikan Ammar baik-baik saja.
Ammar menghela napasnya, "Semalam gue ngungkapin perasaan ke Kyra."
Mata keempat laki-laki itu terbuka lebar mendengar ucapan Ammar.
"Lo serius?" tanya Arka.
"Jawaban Kyra apa?" Kivan menatap Ammar serius.
Ammar kembali menatap senja yang hendak berpamitan pada langit sore.
"Langsung pergi setelah gue jujur.""Lo ditolak?" Odwin rasanya ingin tertawa tapi sekuat tenaga ia tahan agar tak merusak suasana.
Arka membenarkan duduknya, "Gak heran sih gue, Kyra 'kan nggak suka sama lo. Lebih tepatnya nggak doyan cowok."
Kivan menatap Arka tajam, mulut laki-laki itu terlalu jujur di situasi yang kurang tepat.
Rafanizan mendekat dan menepuk pelan pundak Ammar, "Kyra masih trauma. Kasih dia waktu buat terima cowok lain selain cowok itu."
Odwin berdiri membenarkan seragamnya, "Makannya jangan suka sama orang yang trauma sama cowok. Makan ati 'kan lu!"
*****
"Makannya pelan-pelan, Reine," ucap Sarah.
"Habisnya masakan Tante enak banget. Reine udah lama nggak makan masakan rumah," ucap Reine melahap makanan yang dibuat Sarah.
"Memangnya Mama kamu nggak masakin kamu?" tanya Sarah membuat Reine terdiam dan meletakkan sendok serta garpunya.
Mulut Kyra tertutup rapat, ia merasa bersalah karena tak pernah memberi tau tentang hal ini pada Sarah.
"Mama udah meninggal 10 tahun yang lalu, Tante," sahut Reine berusaha untuk tetap senyum.
Sarah menutup mulutnya dengan tangan, "Maafin Tante Reine, Tante nggak maksud bikin kamu sedih."
Reine menggeleng, "Gak papa kok, Tan."
Kyra memutar otaknya agar tidak membahas tentang Mama Reine lagi, "Rafanizan ke mana, Tan? Jam segini kok belum pulang?"
"Biasalah Ky, mampir dulu di taman depan. Paling juga sama Ammar," papar Sarah ia mengerti maksud Kyra.
Reine teringat sesuatu, "Ngomong-ngomong soal Kak Ammar, Kyra di tembak Kak Ammar loh, Tan."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Dla nastolatków"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...