Hai 🧡
Absen 💗
Spam komen 💌
Happy Reading ❤️
64. SOP BUNTUT & LUKA.
"Yang kamu pikirkan, yang kamu duga belum tentu itu faktanya. Kamu terlalu percaya atas apa yang kamu lihat bukan yang kamu rasakan."
Tak! Tak! Tak!
Suara heels itu memasuki rumah bernuansa abu-abu. Malam ini Reine diundang makan malam bersama keluarga Rafanizan, sebelumnya ia menolak karena masih belum berani bertemu dengan orang tua Rafanizan secara langsung. Mengingat kejadian lima tahun yang dialami Rafanizan karena Wilbert.
Namun berkat usaha Rafanizan meyakinkan Reine ia mau datang. Mata Reine berhenti berotasi ketika melihat seorang wanita yang duduk di sebelah kiri Sarah. Kyra pun ikut terdiam ketika keluar kamar dan melihat siapa yang hadir ditengah-tengah mereka.
"Naresha juga lo ajak?" tanya Reine menatap Rafanizan.
Rafanizan menggeleng, "Gue gak ajak Esha. Bunda yang undang."
Reine berjalan, berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja. Rafanizan menarik kursi agar Reine duduk di sebelahnya, tapi Reine berjalan melewati kursi yang ditarik Rafanizan dan menarik kursi di samping Kyra.
"Gue duduk di sebelah Kyra aja," ujar Reine lalu duduk.
Rafanizan menghela napasnya, ia duduk di tengah-tengah antara Naresha dan Reine. Di depan Reine ada Naresha, sebelah Naresha tentu Sarah.
Lukas menatap Reine, ia tidak marah pada gadis itu atas kesalahan orang tuanya. Lagi pula Wilbert sudah meminta maaf secara langsung padanya.
"Terima kasih Reine sudah bersedia datang."
Reine menoleh menatap Lukas, "Saya yang seharusnya mengucapkan terima kasih, karena telah mengundang saya dan memaafkan Papa."
"Tidak perlu dibahas, itu sudah masa lalu. Silahkan dinikmati masakan istri saya," Lukas mempersilakan Reine dan yang lain makan.
Sarah mengambil makanan lalu ia taroh di piring Naresha. "Masih suka ikan bumbu kuning buatan Bunda kan, Esha?"
Naresha menggangguk, "Tentu saja masih Bunda, Esha rindu masakan Bunda. Tapi Bunda, ikan pasti ada durinya, Esha kan—"
"Biar gue bantu," Rafanizan mengambil piring Naresha memisahkan daging dari durinya.
Sarah tersenyum senang, "Bunda senang bisa lihat kamu bareng Rafa lagi, Esha. Makan yang banyak, hari ini Bunda segaja masak ini buat kamu."
Reine mencengkeram erat kedua sendok dan garpu di tangannya. Mendengar Naresha memanggil Sarah—Bunda sungguh membuat panas telinga Reine. Belum lagi perhatian Rafanizan pada perempuan itu. Kyra melirik ke arah Reine, menyenggol kaki Reine dari bawah memberi kode untuk mengendalikan diri.
"Om, Tante, Reine izin pakai toilet, boleh?" tanya Reine.
"Tentu saja, ada di sebelah kanan tangga," ujar Lukas.
Reine berdiri dan segera pergi. Mengabaikan tatapan Rafanizan padanya. Sampai di toilet ia menatap dirinya dicermin. Matanya tak mampu lagi menahan beban berat di kelopak mata.
"Kalau tau gini gue mending di rumah!"
"Lo mau apa sih? Mau pamer kalau Naresha cocok banget sama lo diminta keluarga lo?"
Tak mau berlama-lama, Reine menepis air mata, merapikan riasan di wajah. Ia tak mau orang lain mengetahui ia menangis. Saat Reine duduk kembali di meja makan, Sarah keluar dari dapur membawa mangkuk. Sarah meletakkan mangkuk tersebut di depan Reine.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Teen Fiction"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...