63. UJIAN (HUBUNGAN) AKHIR SEMESTER

267 38 115
                                    

Hai 🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

63. UJIAN (HUBUNGAN) AKHIR SEMESTER.

"Ternyata benar, mau sejauh apa kita masuk ke dalam hidupnya. Kita akan kalah oleh seseorang dari masa lalunya."—Reine Chessy Maheswari.

Manusia memang tak pernah merasa puas dengan apa yang ia miliki sekarang. Padahal hidup tak melulu tentang sempurna. Ada kalanya kita harus saling melengkapi agar terhubung satu sama lain.

Sudah dua minggu hubungan Rafanizan dan Reine merenggang. Jangan katakan jika Rafanizan tak ada usaha menghubungi dan menemui Reine, ia sudah mencoba tapi Reine terus menghindarinya.

Hati Reine belum siap membahas masalahnya dengan Rafanizan. Hari ini jadwal Rafanizan cuci darah, ia ditemani oleh Ammar dan Odwin. Kivan ada latihan basket, sedangkan Arka memilih tidak ikut karena Rafanizan mengajak serta Naresha. Arka masih cukup waras untuk memukul habis gadis itu.

"Lo duduk di sini aja," ucap Ammar pada Naresha. Naresha menuruti ucapan Ammar menunggu Rafanizan di depan ruangan.

Odwin menatap Naresha, ia kasihan dengan gadis itu tapi ia jauh lebih kasihan dengan Reine. Bagaimana kabar hatinya melihat ini? Biasanya Reine yang menemani Rafanizan cuci darah, kali ini tidak.

"Gue ikutan binggung, Mar. Gue kasihan sama Naresha, tapi di sisi lain ada Reine yang jauh lebih terluka," bisik Odwin pada Ammar.

"Gak usah binggung lo bukan Rafanizan! Buruan masuk!" Ammar milih masuk.

Tiga jam berlalu, Rafanizan keluar bersama Ammar dan Odwin. Mereka berdua menuju administrasi, untuk mengurus biaya. Sedangkan Rafanizan duduk di samping Naresha.

"Udah selesai, Afa?" tanya Naresha.

"Udah. Esha, ada yang mau aku omongin," ucap Rafanizan membuat Naresha mencengkeram erat tongkatnya.

"Apa?" tanya Naresha mencoba tenang.

Rafanizan menceritakan semua tentang kejadian lima tahun yang lalu hingga penyebab mereka mengalami takdir yang tidak adil ini. Naresha menutup rapat mulutnya, berulangkali sorot terkejut terlihat di matanya.

"Jadi yang nabrak kita dulu itu, Papanya Reine?" Naresha masih tak percaya.

"Iya, kamu marah sama Reine?" tanya Rafanizan, apa Naresha juga akan marah mengetahui fakta ini?

Naresha menggeleng, "Aku udah ikhlas, Afa. Aku sama sekali gak marah sama Papa Reine, apalagi Reine. Kamu juga bilang kalau Reine selama itu tinggal di luar negeri, aku percaya Reine gak tau apa-apa. Aku sudah memaafkan Papa Reine sebelum beliau memintanya."

Rafanizan memandang Naresha takjub, hatinya begitu lapang dada.

Sangat berbeda dengan dirinya waktu mengetahui kebenaran itu. "Aku senang bertemu denganmu lagi, Esha."

"Aku jauh lebih senang. Afa, apa kita bisa bahagia seperti dulu?" tanya Naresha. Ia selalu beranggapan jika dipertemukan lagi dengan Rafanizan akan membuat hidupnya kembali bahagia.

"Tentu saja bisa, kita pasti bahagia," Rafanizan menggenggam tangan Naresha.

*****

Hari ini Reine dipaksa Justin ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Gadis itu sudah dua hari demam, parahnya ia terus menerus minum alkohol di keadaannya yang rapuh.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang