Hai 🧡
Spam komen 💌
Happy Reading ❤️
46. TIGA HARI UNTUK MENCINTA (DAYS 1).
"Permainan cinta lucu ya. Kita bisa tertawa dan menderita secara bersamaan."
Kivan dan Odwin berada di dalam kelas X IPS 6, tentu kalian tau mereka menemui siapa. Odwin mengobrol banyak dengan Yira, bahkan Odwin juga makan bersama dengan gadis itu di mejanya.
Sedangkan Kivan membantu Amara mewarnai tugas karya seninya yang belum selesai.
"Gak sekalian lo berdua nyuruh Kak Rafanizan dan Kak Ammar ke sini? Biar makin komplit rasa iri gue," cetus Reveka.
"Mana mungkin kulkas 100 pintu nyamperin gue ke kelas cuma buat ngobrol kaya mereka. Mimpi banget, lagian gue udah gak mau berharap lagi," ucap Reine pasrah. Ia meletakkan kepalanya di atas meja.
Kyra menoleh ke arah Reveka yang tampak tak suka menatap kedekatan Yira dan Odwin. "Lu suka sama Kak Odwin?"
Reveka tersedak minuman ditangannya, "Ngaco lo, Ky!"
Reine mengangkat kepalanya, "Kyra gak pernah asal nebak orang kalau orang itu gak menunjukkan sikap yang dia maksud. Kita tau Rev, Kak Odwin sering cerita ke elo tentang Yira 'kan? Bahkan minta saran lo juga untuk hubungannya."
"Dari banyaknya cowok di SMA Cakrawala kenapa milih Kak Odwin?" tanya Kyra membuat Reveka menoleh.
"Jatuh cinta gak pernah bisa milih Ky, semua itu datang karena terbiasa. Setiap gue sama Kak Odwin, gue berharap dia bisa lupain Yira tapi di lain sisi gue gak mau nikung temen sendiri," Reveka menghembus napas berat.
"Reveka bener sih, jatuh cinta gak bisa milih mau sama siapa dan berakhir kaya gimana. Tapi Rev, gue saranin jangan deh. Perasaan lo belum begitu jauh sama Kak Odwin. Suka sama orang yang belum selesai sama masa lalunya itu menyakitkan," lirih Reine.
Ia tentu saja menyindir Rafanizan, namun entah kenapa Kyra juga merasa tersindir. Itu artinya pikiran Kyra tertuju pada Ammar yang menyukainya.
"Mau nyindir diri sendiri atau mau nyindir gue sih?" tanya Kyra melirik Reine.
Reine nyengir, "Ibarat sekali tepuk langsung dapat dua nyamuk. Kalau bisa nyindir semua kenapa harus satu?"
*****
Kivan memperhatikan Amara yang sibuk mewarnai gambarnya, ia menatap Amara sambil tersenyum manis. Tangannya terulur membelai rambut Amara yang menutupi wajah Amara.
"Jepitan rambut yang gue beliin gak lo pakai?" tanya Kivan. Amara langsung meraba rambutnya.
"Aish lupa ternyata, padahal tadi mau gue pakai. Maaf ya Kak," ucap Amara penuh penyesalan. Ini semua karena Ammar yang tiba-tiba mengajaknya berangkat pagi.
"Santai aja, besok jangan lupa di pakai ya?" Amara dengan cepat mengangguk.
"By the way tumben tadi lo sama Ammar berangkat pagi, biasanya mepet bel."
Amara menaroh spidol ditangannya, lalu pandangan matanya tertuju pada Kivan. "Semalam Bang Ammar ribut sama Papa, Bang Ammar nggak mau ketemu mereka."
Amara tak menyalahkan siapapun, apa yang dilakukan Ammar semalam menurutnya benar, ia tidak seberani Ammar hingga berani memberontak.
"Masalah yang sama?" tanya Kivan dibalas anggukan kepala Amara. Kivan mengusap punggung Amara, memberikan kekuatan pada gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANIZAN [END]
Teen Fiction"𝓓𝓾𝓪 𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷 𝓫𝓪𝓱𝓪𝓰𝓲𝓪 𝓫𝓮𝓻𝓼𝓪𝓶𝓪, 𝓽𝓮𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓻𝓲𝓷𝓰𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓵𝓲𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓻𝓵𝓾𝓴𝓪." - 𝐍𝐢𝐥𝐥𝐚𝐤𝐬𝐦, 𝑅𝒜𝐹𝒜𝒩𝐼𝒵𝒜𝒩. "Bertemu denganmu adalah ketidaksengajaan y...