62. KEKASIH BAYANGAN

250 35 82
                                    

Hai 🧡

Absen 💗

Spam komen 💌

Happy Reading ❤️

62. KEKASIH BAYANGAN.

"Setidaknya aku berhasil menempati janjiku untuk tidak ada orang lain di hati selain kamu."—Reine Chessy Maheswari.

Malam gelap gulita tanpa bintang menguasai langit malam hari ini. Deru angin membuat bulu kuduk berdiri menusuk hingga ke kulit. Rasa sakit perlahan saling menguasai hati. Tak ada penjelasan apalagi ketegasan. Abu-abu, semu, tabu.

Dengan mudahnya Rafanizan mengajak Naresha untuk datang ke acara Melati bersamanya. Ia datang ke alamat yang disebutkan Naresha saat telepon. Perumahan Aster. Tempat yang sering Rafanizan lewati ketika berkunjung ke rumah Reine.

"Jadi selama ini kamu tinggal di perumahan ini?" tanya Rafanizan memutar setirnya.

Naresha meletakkan kedua tangannya di atas paha, "Iya Afa. Kamu sering lewat sini?"

"Tidak terlalu sering, hanya beberapa kali aja," balas Rafanizan kembali fokus menyetir.

"Daerah sini cukup jauh dari rumah kamu Afa. Kamu ke sini ngapain?" tanya Naresha membuat Rafanizan diam. Beberapa kali ia melirik Naresha binggung harus menjawab apa.

Tak mendengar balasan dari Rafanizan membuat Naresha terfikir satu hal. "Heem, pasti ke rumah Reine. Rumah Reine dekat dari sini. Bagaimana kabar Reine? Aku tak lagi mendengar kabarnya, dia masih marah ya? Kamu udah baikan sama Reine?" tanya Naresha membuat Rafanizan menoleh.

"Kenapa kamu memperdulikan hubungan ku dengan Reine? Apa kamu gak sakit hati kalau bahas dia sebagai pacarku?" tanya Rafanizan.

"Bohong kalau aku bilang gak cemburu. Hati aku sakit Afa, tapi bagaimanapun itu, Reine tetap pacarmu. Aku gak mau merebut milik orang lain," lirih Naresha. Tentu ia marah, marah pada dirinya sendiri, marah pada keadaan yang mempertemukan keduanya.

"Kamu gak pernah merebut milik orang, Esha. Justru Reine yang merebut apa yang seharusnya menjadi milik kamu," Rafanizan meraih satu tangan Naresha.

"Kamu juga mau Afa, kalau hanya dia yang mau mungkin bisa disebut perebut tapi kamu juga mau dengannya. Kamu menyukainya juga Afa," ucap Naresha melemah. Andai ia bisa melihat pasti akan terasa jauh lebih menyakitkan dari sekedar mendengar.

Rafanizan diam mematung, ucapan Naresha benar. Ia juga mau, ia menginginkannya, ia memintanya, dan ia menyukainya.

*****

Di mansion, Reine ditemani Justin mereka duduk bersama di ruang keluarga. Menonton film ditemani pizza dan wine mahal seharga 7,2 M  favorit Reine.

Meski raganya di ruangan ini, pikiran Reine berkeliaran dimana-mana, terutama pada sosok Rafanizan. Apa laki-laki itu tetap datang?

"Are you oke, Reine?" tanya Justin menyadari hal aneh pada Reine.

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah," tangan Reine mengambil gelas berisi whiskey.

Justin memperhatikan Reine, "Apa benar kamu dan Rafanizan berpacaran?"

"Ya, seperti yang kamu dengar," Reine yakin jika Justin mendengar berita itu dari Wilbert.

"Dari banyaknya cowok kenapa harus dia? Dia berkata sangat kasar hari itu," tutur Justin.

"Entahlah hatiku maunya dia," Reine memandang layar lebar di hadapannya.

Ponselnya terus menyala itu menandakan banyak pesan masuk di ponselnya. Reine beranjak mengambil ponselnya lalu duduk kembali.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang