71. RASA TAKUT.

165 12 11
                                    

Hai💫

Siapa yang kangen Rafanizan?

Siap perasaan dibuat campur aduk dengan part ini?

Jangan lupa vote dan komen ya🌠

Happy Reading ❤️💌

“Yang paling takut di tinggalkan ternyata memilih meninggalkan. Manusia memang selucu itu.”

Suasana rumah megah dan mewah itu tampak sepi. Gadis berambut panjang lurus berwarna pirang itu berdiam diri di halaman belakang sambari menatap sendu langit yang bertaburan bintang.

Kyra yang baru saja kembali dari luar duduk di samping gadis itu. “Pesawat Justin bentar lagi take off.”

Pria berdarah blesteran itu harus terbang ke New York lebih dulu atas permintaan Wilbert. Reine cukup mengerti maksud ucapan Kyra. Gadis itu harus menghubungi laki-laki itu. Ia ambil ponselnya lalu menekan nomer Justin.

Take care of yourself well,” ucap Reine ketika sambung itu terhubung.

“Kamu akan menyusul bukan?” tanya Justin.

“Maybe,” jawab Reine singkat.

Panggilan itu terputus begitu saja, Reine tampaknya tidak ingin banyak mendengar ucapan lain dari pria itu yang bisa jadi membuat dirinya semakin dibuat binggung.

Kyra mengeleng kecil menatap Reine. “Jadi gimana?”

Reine menoleh, mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng kecil.

*****

“BAJINGANNN LO ARKA!” teriakan itu menggema di dalam kelas.

Kala itu Ammar yang lelah sehabis melakukan pertandingan voli milih tidur, akan tetapi satu temannya yang berdarah Behzad itu tidak mungkin menyia-nyiakan moment langka, dimana muka Ammar terlihat sangat cocok dijadikan sampul majalah sekolah.

Ammar meremas majalah di tangannya, laki-laki berseragam abu-abu itu berjalan mencari keberadaan temannya yang sangat menyebalkan. Seluruh pandangan mata tertuju padanya.

“Kak Ammar ganteng banget di foto majalah,” cetus salah satu adik kelas yang memegang majalah sekolah.

“Kak, besok perlu dibawaain tisu gak buat lap ilernya?”

“Muka Kak Ammar ileran aja tetep ganteng.”

Begitulah ucapan orang-orang sekitar. Sungguh harga dirinya di jatuhkan oleh temannya sendiri dan Ammar sungguh malu.

“Awas lo Arka! Habis lo di tangan gue!”

Pria Grahasa itu, sampai di lapangan utama, ia lihat sekeliling. Tidak menemukan Kivan yang biasanya bermain basket, tidak pula melihat Odwin yang biasanya bermain futsal dengan anak kelas lain, dan tidak menemukan manusia kulkas di tempat teduh. Dimana mereka?

Melati baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, ia lihat Ammar tampak kebingungan. “Cari siapa Kak?”

“Lo lihat temen-temen gue gak?” tanya Ammar.

“Gue tadi lihat Kak Arka ke roof top. Terus tadi Kak Kivan nyusul. Mungkin masih di sana,” jawab Melati.

“Oke thanks,” Ammar bergegas menuju tempat dimana teman-temannya berada.

RAFANIZAN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang