Part 3. Pria Berhati Batu

1K 883 941
                                    

"Ervan, mau Dinda bawain sepatunya nggak?"

Ervan hanya diam saja dan tak menjawab pertanyaan dari Dinda.

"Ervan marah ya sama Dinda? Ervan jangan diemin Dinda dong, mending Dinda dimarahin sama Ervan daripada di diemin kayak gini. Kan Dinda jadi sedih,"

"Mending lo nggak usah dekatin gue lagi," jawab Ervan.

"Tapi kan-"

Sebelum Dinda melanjutkan ocehannya itu langsung saja Ervan berjalan mendahului Dinda menuju ke parkiran.

Huhhh, tahan Dinda lo nggak boleh kayak gini terus, jangan kejar-kejar dia okay, nanti dia malah ilfil sama lo, batin Dinda.

"Ervan, Dinda mana?" tanya Divya terhadap Ervan yang baru saja keluar dari mall.

"Mana gue tahu,"

"Lo gimana sih, tadi kan Dinda barengan sama lo,"

"Ehh itu Dinda," ucap Artha.

"Cepetan Din nanti lo diculik jalan sendirian,"

"Biarin Dinda diculik, daripada Dinda di diemin kayak gini,"

Divya mengerutkan keningnya. "Lo di diemin sama siapa, Din?"

Dinda tak menjawab pertanyaan Divya barusan. Raut wajahnya mulai berubah memerah, kesal.

"Ayo, kita pulang saja, Dinda sudah capek mau tidur,"

"Ya udah, sekarang kita pulang, nanti lo pingsan lagi di sini," Divya hanya mengiyakan ajakan dari Dinda.

Dinda dan Divya pun pergi dari hadapan 3 pria itu dan pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Eh Van, lo apain tuh si Dinda sampai ngambek kayak gitu?" tanya Budi terhadap Ervan.

"Gue nggak ngapa-ngapain dia kok, gue cuman nyuruh dia buat jangan dekatin gue,"

"Emang kenapa sih kalau dia dekatin lo, mungkin dia itu suka sama lo," sambung Artha yang tiba-tiba ikut-ikutan.

"Ogah, gue nggak suka sama cewek gila kayak dia," decak Ervan.

"Eh najis Van, lo kali yang gila. Masak cewek secantik dan sebaik Dinda lo nggak suka, yang lo suka cewek kayak gimana Van, cewek yang dingin kayak sikap lo itu? Yang nggak perduli sama lo?" Artha mulai menuturi Ervan.

"Kalau lo suka sama dia kejar sana, jangan bawa-bawa gue, gue nggak suka!"

"Awas aja ya nanti lo jatuh cinta sama dia,"

"Nggak mungkin," jawab Ervan dengan wajah sinis.

"Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin Van," tambah Budi.

"Eh, bukannya lo ya yang suka sama sahabatnya si cewek gila itu, siapa namanya?"

"Divya," jawab Artha memberitahu.

"Iya, gue emang suka sama Divya, tapi gue nggak tahu dia suka apa enggak sama gue," ucap Budi dengan polosnya.

"Anjay, dia ngaku Van," heboh Artha sambil menepuk bahu Ervan dengan keras.

"Biasa aja kali nggak usah mukul gue, sakit tahu!" kesal Ervan sambil mengelus-elus bahunya.

"Laki gak lo? dipukul gitu aja sakit,"

"Oh, nggak sakit ya kalau dipukul? Sini gue pukul balik lo,"

"Sabar Van sabar, gue cuman becanda,"

"Sudah sudah, kalian mau nginap di sini apa mau pulang, ayo cepetan keburu hujan nih," ajak Budi yang sedari tadi menunggu ocehan tidak jelas dari mulut kedua sahabatnya.

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang