Part 47. Virgin Beach

152 85 14
                                    

Pagi ini seperti biasa, Dinda dibangunkan oleh suara alarmnya yang nyaring. Gadis itu masih tetap setia menutup matanya. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Dinda mendengar teriakan dari sang Mama yang menyuruhnya untuk bangun. Gadis itu pun membuka matanya perlahan dan mengedipkan matanya beberapa kali.

Dinda menguap, ia pun bangun dan berjalan menuju jendela kamarnya. Dimda membuka gorden dan kemudian melanjutkan membuka jendela kamarnya.

Dinda menatap keluar seraya menghirup udara segar pagi ini. Setelah itu, Dinda langsung meraih handuk mandinya.

Setelah selesai mandi, gadis itu langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dinda pun mengenakan seragam sekolahnya dengan tergesa-gesa.

Setelsh semuanya selesai, Dinda mersih tasnya dan berjalan turun ke meja makannya.

"Selamt pagi kesayangan Mama," Kenan menyapa putrinya seraya membawa selai strawberry ditangannya.

"Pagi, Ma," jawabnya seraya duduk.

"Sarapan dulu, Sayang," Kenan pun ikut duduk.

"Ma, emangnya harus ya Dinda itu lanjutin sekolah Dinda di Manado?"

"Din, Papa kamu 'kan pindah tugas, jadi mau nggak mau kita harus ikut ke sana," Kenan mengelus rambut puntrinya.

"Tapi gimana sama butik Mama yang di sini?"

"Kan udah ada karyawan Mama yang urusin, lagian 'kan udah ada Tante Merry yang juga ikut jagain butik Mama,"

"Tante Merry itu siapa, Ma?"

"Teman Mama,"

"Tapi Dinda nggak bisa sekolah di sana, Ma," rengak Dinda.

"Kamu nggak bisa jauh dari Ervan, kan?"

"Bukan gitu, Ma, Dinda dari kecil sampai sekarang ini tinggalnya di sini, teman Dinda semua di sini, kenangan Dinda, pokoknya Dinda nggak mau sekolah di sana," mata Dinda mulai berkaca-kaca.

"Din, kamu nggak boleh kayak gini, kamu-"

"Nggak bisa, Ma, Dinda nggak bisa!"

Dinda langsung berdiri dan meninggalkan Mamanya keluar. Dinda langsung berangkat ke sekolah pagi ini tanpa sarapan terlebih dahulu.

Kenan menghela napas berat menatap kepergian putrinya.

"Ini nih yang aku takutkan ketika Dinda udah mengenal yang namanya cinta."

*****

Pagi ini seperti biasa sekolah blok-blok di SMA Global sudah dipenuhi oleh siswa-siswinya. Dinda berjalan tergesa-gesa melewati koridor sekolahnya menuju ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Dinda sudah mendapati Divya yang sedang duduk di belakang. Dinda pun meletakkan tasnya dan berjalan mendekati Divya.

"Div, lo kenapa?" tanya Dinda.

Divya pun menatap Dinda. "Lo seriusan mau pindah sekolah ke Manado, Din?"

Dinda menghela napas berat, ia kira sahabatnya itu sedang putus cinta, ternyata tidak.

"Gue juga belum tau Div, tadi pagi gue udah bicara ssma nyokap gue, gue nggak mau pindah sekolah,"

"Din, kalau lo pindah sekolah gue duduknya sama siapa? Gue ke kantinnya sama siapa? Gue ke-"

Sebelum Divya melanjutkan ocehannya, Dinda langsung menekapkan jari telunjuknya di bibir Divya.

"Udah, ya? Gue nggak akan pergi,"

My Cold Man [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang